Tuesday, December 18, 2007

Chocolate Soup For The Soul #29 Becoming a True Richman #3

Becoming a True Richman #3

Tahukah Anda berapa omzet orang terkaya di Indonesia untuk saat ini? Besarnya 5,4 milliar US Dollar! Kira-kira 50 Triliun Rupiah. 50 ribu Milliar Rupiah. Pertanyaannya, kalau Anda adalah dia, sudah memiliki uang 50 Triliun Rupiah, kira-kira sudah merasa puas belum dengan hidup? Dan sudah tidak memiliki keinginan lain untuk dikejar?

“Kayaknya nggak bakal puas deh, namanya juga manusia”, jawab seorang lelaki muda, 30 tahunan.

“Kalau umurnya sudah tua, 70 tahunan, mungkin dia sudah bisa merasa puas, tapi kalau masih sekitar 40-50 tahunan, belum tentu dia masih puas”, balas seorang rekannya.

“Ya elah, aya aya wae, ngapain juga ngurusin kekayaan orang, udah deh urus diri sendiri aja, nape”, tambah seorang lagi.

“Ya, seru aja lagi!”

Lagi-lagi. Lagi-lagi. Yang dibahas kok soal kaya dan kaya lagi, masih seputar uang. Ada banyak alasan mengapa topik uang menjadi topik yang sering saya bahas. Karena uang menjadi momok yang begitu dashyat di abad ini. Orang bisa menjadi lebih baik dan bisa juga menjadi lebih buruk, ketika uang mempengaruhi hidupnya. Orang menjadi lebih giat beribadah ketika ia menyadari dengan menjadi orang baik, rezeki akan terus menemani dirinya. Sebaliknya, orang bisa melalaikan ibadahnya ketika ia menyadari tanpa uang tidaklah bisa ia hidup. Yang miskin berharap bisa segera berubah nasibnya. Yang kaya berharap bisa terus mempertahankan nasib baiknya. Segala cara dicoba untuk merubah nasib dari miskin menjadi kaya. Namun tidak sedikit banyak orang gagal mewujudkan mimpi dan harapannya, karena ada satu hal yang belum disadarinya. Ketika jiwa masih miskin, mana bisa berubah menjadi seorang yang berjiwa kaya. Apa jiwa miskin itu?

Kira-kira ini ciri-ciri orang ”berjiwa miskin” yang pernah saya dengar :

1. Lebih suka menerima daripada memberi.

2. Agak pelit dan maruk dalam segala hal, tidak terbiasa untuk berbagi dengan orang lain.

3. Boros dan sulit mengendalikan nafsu belanja, dan selalu saja merasa kekurangan. Misalnya : sudah punya banyak baju, tapi selalu bilang nggak ada baju bagus.

4. Suka yang serba instan : judi, taruhan, undian berhadiah, atau spekulasi yang penuh risiko.

5. Sering mengeluh dan menyalahkan kondisi luar dirinya, seperti : menyalahkan perusahaan yang pelit, menggosipkan bos kaya tapi nggak naik-naikkin gaji, atau mencari kejelekan orang lain yang lebih sukses dari dirinya.

6. Merasa minder ketika berada di hadapan orang yang lebih tinggi jabatan/ lebih hebat, dan merasa lebih pede ketika berada di hadapan orang yang biasa saja/ lebih rendah jabatannya.

7. Jarang menabung dan memiliki kebiasaan untuk memuaskan kenikmatan sesaat di depan mata. Contoh : ketika mendapat uang 1 juta rupiah, langsung menghabiskan untuk membeli apa saja yang diinginkan, tanpa menyisihkan sedikitpun untuk hari-hari selanjutnya.

8. Jarang bersyukur dan menyadari apa yang sudah dimilikinya dalam hidup.

9. Memiliki sifat malas : malas berusaha, malas mencoba, malas cari kenalan baru, malas belajar, dan juga malas bekerja. Ingin segala hal berjalan sesuai keinginannya saja dan mau dapetin yang enak-enaknya saja tanpa usaha yang ekstra keras.

10. Sering merasa diri sendiri tidak ada apa-apanya dan sering mengalami kesulitan untuk mendeskripsikan apa sisi positif dari diri sendiri.

Maaf-maaf kate kalau sepuluh hal diatas ini terkesan ”amatiran” dan tidak terbukti secara sains. Saya coba ambil contoh seorang penjudi kelas berat yang punya obsesi untuk punya uang banyak. Dari fakta-fakta yang ada, jarang sekali ada penjudi yang bisa kaya raya. Karena dari awalnya penjudi memiliki jiwa miskin (salah satunya : malas berusaha keras, tapi mau cara instant saja). So, ketika seorang penjudi berhasil memenangkan 30 juta, jarang merasa puas, dan selalu berpikir ”kali aja bisa dapet 2 kali lipat lebih besar lagi nantinya”. Permainan judi pun terus berlanjut dan berlanjut. Saya sungguh bersyukur ketika ada hukum tegas untuk menumpas bisnis-bisnis perjudian di negri ini, karena keberadaan tempat-tempat perjudian menjadi media yang mengiming-imingi orang untuk bisa cepat kaya tanpa perlu capek-capek bekerja. Walau kenyataannya, bisnis perjudian masih terus merajalela dan tidak akan pernah bisa ditumpas sampai bersih, I do hope, semakin banyak orang menyadari, kalau mau hidup makmur, harus berusaha dan bekerja keras dulu. Tanam benih dulu, baru menuai hasil. ”Nah, kan dengan gue berjudi, itu pun gue sudah berusaha, loh, sampe nggak tidur, nggak makan, nggak pulang ke rumah, dan sampe gue gadaiin cincin kawin gue!”, ungkap seorang penjudi yang sudah ketagihan judi setengah mati. Ups. Repot deh kalau penjudi udah buka suara. Selalu ada saja dalih!

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071218 #29

No comments: