Thursday, December 27, 2007

Rumus Hidup : Pasti dan Tidak Pasti

Jakarta, 28 Desember 2007 – 3 Hari menjelang tahun 2008

Ceritanya begini. Sempat nggak menulis blog dulu, untuk hibernasi, seperti beruang kutub, setelah beraktivitas, bakal tidur sepuasnya untuk kumpulin energi, sebelum siap berperang lagi. Dan tahun 2008 bakal jadi tahun baru buat saya menerjang lagi lapangan ”pertempuran” untuk terus mengejar dan mewujudnyatakan mimpi.

Banyak aturan dalam kehidupan ini. Dan juga mitos-mitos yang dianggap wajib, karena sudah sering diikuti oleh generasi-generasi sebelumnya. Dan juga terlalu banyak teori yang membingungkan, padahal yang namanya teori itu bersifat pasti, tapi dalam hidup banyak teori tidak pasti. Hidup terus berubah, sehingga hidup tidak bisa dianggap sama seperti teori matematika yang ada rumus pastinya. Hidup itu gabungan ilmu pasti dan ilmu tidak pasti. Banyak ketidakpastian dalam hidup dan tidak semua rumus pasti bisa diterapkan dalam kehidupan. Salah satunya, soal perasaan dan moralitas.

Pertanyaan : Kalau ada seorang bapak yang anak bayinya sakit keras, memutuskan untuk merampok di sebuah rumah, demi uang sebesar Rp 500.000, -. Bapak ini salah atau tidak? Jelaskan dengan singkat.

Jawaban berdasarkan rumus pasti : Salah! Ajaran agama melarang manusia untuk mengambil barang yang bukan miliknya!

Jawaban berdasarkan rumus tidak pasti : Salah, jika si Bapak mau jalan pintas dan malas berusaha, secara, kalau mau niat, dengan menjadi kuli bangunan kasar atau dengan menjual barang-barang grosiran, bukan tidak mungkin untuk mendapatkan Rp 500.000,-. Benar, jika si Bapak mau menyelamatkan nyawa anaknya yang bisa jadi, suatu hari nanti menjadi presiden yang bisa menyelamatkan jutaan manusia di negaranya. Jalan tengahnya, mencari jalan keluar yang lebih normal, jangan merampok, tapi... dengan bekerja yang halal. Woof. Kok seperti lagi berkutat dengan teori basi yah? Maafkan! Teori basi yang mulai sering berdengung : ayo jalani kebaikan, jangan lakukan jalan keburukan, ayo berbuat kebajikan, supaya hidup bisa tenang dan nyaman.

Pertanyaan : Kalau ternyata istri yang Tono nikahi, sudah tidak virgin lagi, padahal semasa pacaran si istri bilang kalau dia sumpah mati, belum pernah melakukan ML. Tono perlu memaafkan istrinya atau nggak?

Jawaban berdasarkan rumus pasti : Nggak donk! Istri Tono sudah melanggar hukum kejujuran dalam pernikahan. Dan sudah berbohong! Itu dosa! Membohongi suami! Dan kebohongan adalah kenistaan yang besar dalam sebuah hubungan suami istri.

Jawaban berdasarkan rumus tidak pasti : Apa alasan istri Tono tidak menceritakan apa adanya pada Tono? Kalau diceritakan, nanti Tono nggak jadi menikahi si istri. Dan menceritakan dengan jujur kalau sudah tidak virgin, secara otomatis akan menurunkan harkat dan martabat seorang perempuan. Padahal kekuatan perempuan ada pada harkat dan martabat luhurnya, kan?

1 + 1 = 2 (ini rumus pasti). Dan 10 x 10 = 100 (ini rumus pakem yang nggak akan pernah berubah sepanjang masa). Dan 29 – 4 = 25 (ini rumus pengurangan yang lagi-lagi pasti!)

Itu soal matematika. Bagaimana dengan soal kehidupan? Begitu banyak soal-soal kehidupan yang ternyata belum ada rumus pastinya dan banyak jawaban yang bervariasi.

Contoh :

Boleh nggak melakukan eutanasia kepada seorang pasien sekarat yang sudah dipastikan nggak bakal sembuh tanpa bantuan selang-selang pernafasan? Padahal tabungan si keluarga pasien sudah habis terkuras tak bersisa!

Boleh nggak melakukan hubungan suami istri sebelum menikah? Jawabannya : nggak boleh! Kenapa nggak boleh? Karena melanggar ajaran agama? Kenapa melanggar ajaran agama? Karena itu bentuk dari perbuatan zinah? Atau ada jawaban lain : karena nanti bisa ada kemungkinan hamil, kalau belum menikah, bisa menghancurkan masa depan loh.

Apa jawabannya, Anak-anak?

In My Place - cold Play

In My Place – ColdPlay

In my place, in my place
Were lines that I couldnt change
I was lost, oh yeah
I was lost, I was lost
Crossed lines I shouldnt have crossed
I was lost, oh yeah And yeah
How long must you wait for it? Yeah
How long must you pay for it? Yeah
How long must you wait for it? For it

I was scared, I was scared Tired and underprepared
But I wait for it And if you go, if you go
And leave me down here on my own
Then Ill wait for you Yeah

And yeah How long must you wait for it?
Yeah How long must you pay for it?
Yeah How long must you wait for it?

Singing please, please, please
Come back and sing to me
To me, me



Come on and sing it out, now, now
Come on and sing it out, to me, me
Come back and sing

In my place, in my place
Were lines that I couldnt change
And I was lost, oh yeah, oh yeah

Tapi…

Masih ada banyak hal yang lebih penting untuk dibicarakan, bukan?

Ketika ada masalah, kita cenderung hanya memikirkan diri sendiri , dan menganggap masalah sendiri yang paling serius dan paling rumit.

Woof. Ini nggak boleh begini, karena akan melelahkan sendiri dan hanya membuat hidup terasa ruwet saja.

Padahal…

Hidup itu akan sangat indah dan sederhana, ketika kita mengetahui apa yang penting dan apa yang kurang penting untuk diperjuangkan.

Dan dalam hal ini, begitu banyak masalah yang menanti kita semua… dan tidak mungkin jika semua masalah harus dipikirkan dan dicari solusinya.

Pilih dan pilih. Mana yang penting dan mana yang tidak cukup penting.

Dan hidup lebih berarti ketika kita bisa memperjuangkan hal-hal besar yang bisa memberikan manfaat dan perubahan positif bagi orang lain di sekitar kita, akan lebih baik bagi orang lain dalam skala besar.

Anyway, lagu In My Place…coldplay sedikit mengingatkan saya, kalau memang ada garis-garis kehidupan yang tidak bisa dirubah dan dipindahkan. Lebih baik menjalani dulu apa yang ada di hadapan mata yang terdekat.

Untunglah sekarang tingkat kekebalan terhadap masalah dan sinisan hidup lebih tinggi lagi dan membuat tubuh dan jiwa ini lebih peka terhadap pemilahan mana yang penting dan mana yang nggak penting-penting amat. Terimakasih atas segala kesempatan yang ada. Dan si sini, di atas pentas kehidupan ini, semua orang berjuang untuk menjadi yang terbaik, menampilkan sisi terang dan cahaya dari dalam dirinya. Sebagai seorang manusia seutuhnya. Sebagai jiwa-jiwa perindu kedamaian dan ketenangan.

Tuesday, December 18, 2007

Chocolate Soup For The Soul #29 Becoming a True Richman #3

Becoming a True Richman #3

Tahukah Anda berapa omzet orang terkaya di Indonesia untuk saat ini? Besarnya 5,4 milliar US Dollar! Kira-kira 50 Triliun Rupiah. 50 ribu Milliar Rupiah. Pertanyaannya, kalau Anda adalah dia, sudah memiliki uang 50 Triliun Rupiah, kira-kira sudah merasa puas belum dengan hidup? Dan sudah tidak memiliki keinginan lain untuk dikejar?

“Kayaknya nggak bakal puas deh, namanya juga manusia”, jawab seorang lelaki muda, 30 tahunan.

“Kalau umurnya sudah tua, 70 tahunan, mungkin dia sudah bisa merasa puas, tapi kalau masih sekitar 40-50 tahunan, belum tentu dia masih puas”, balas seorang rekannya.

“Ya elah, aya aya wae, ngapain juga ngurusin kekayaan orang, udah deh urus diri sendiri aja, nape”, tambah seorang lagi.

“Ya, seru aja lagi!”

Lagi-lagi. Lagi-lagi. Yang dibahas kok soal kaya dan kaya lagi, masih seputar uang. Ada banyak alasan mengapa topik uang menjadi topik yang sering saya bahas. Karena uang menjadi momok yang begitu dashyat di abad ini. Orang bisa menjadi lebih baik dan bisa juga menjadi lebih buruk, ketika uang mempengaruhi hidupnya. Orang menjadi lebih giat beribadah ketika ia menyadari dengan menjadi orang baik, rezeki akan terus menemani dirinya. Sebaliknya, orang bisa melalaikan ibadahnya ketika ia menyadari tanpa uang tidaklah bisa ia hidup. Yang miskin berharap bisa segera berubah nasibnya. Yang kaya berharap bisa terus mempertahankan nasib baiknya. Segala cara dicoba untuk merubah nasib dari miskin menjadi kaya. Namun tidak sedikit banyak orang gagal mewujudkan mimpi dan harapannya, karena ada satu hal yang belum disadarinya. Ketika jiwa masih miskin, mana bisa berubah menjadi seorang yang berjiwa kaya. Apa jiwa miskin itu?

Kira-kira ini ciri-ciri orang ”berjiwa miskin” yang pernah saya dengar :

1. Lebih suka menerima daripada memberi.

2. Agak pelit dan maruk dalam segala hal, tidak terbiasa untuk berbagi dengan orang lain.

3. Boros dan sulit mengendalikan nafsu belanja, dan selalu saja merasa kekurangan. Misalnya : sudah punya banyak baju, tapi selalu bilang nggak ada baju bagus.

4. Suka yang serba instan : judi, taruhan, undian berhadiah, atau spekulasi yang penuh risiko.

5. Sering mengeluh dan menyalahkan kondisi luar dirinya, seperti : menyalahkan perusahaan yang pelit, menggosipkan bos kaya tapi nggak naik-naikkin gaji, atau mencari kejelekan orang lain yang lebih sukses dari dirinya.

6. Merasa minder ketika berada di hadapan orang yang lebih tinggi jabatan/ lebih hebat, dan merasa lebih pede ketika berada di hadapan orang yang biasa saja/ lebih rendah jabatannya.

7. Jarang menabung dan memiliki kebiasaan untuk memuaskan kenikmatan sesaat di depan mata. Contoh : ketika mendapat uang 1 juta rupiah, langsung menghabiskan untuk membeli apa saja yang diinginkan, tanpa menyisihkan sedikitpun untuk hari-hari selanjutnya.

8. Jarang bersyukur dan menyadari apa yang sudah dimilikinya dalam hidup.

9. Memiliki sifat malas : malas berusaha, malas mencoba, malas cari kenalan baru, malas belajar, dan juga malas bekerja. Ingin segala hal berjalan sesuai keinginannya saja dan mau dapetin yang enak-enaknya saja tanpa usaha yang ekstra keras.

10. Sering merasa diri sendiri tidak ada apa-apanya dan sering mengalami kesulitan untuk mendeskripsikan apa sisi positif dari diri sendiri.

Maaf-maaf kate kalau sepuluh hal diatas ini terkesan ”amatiran” dan tidak terbukti secara sains. Saya coba ambil contoh seorang penjudi kelas berat yang punya obsesi untuk punya uang banyak. Dari fakta-fakta yang ada, jarang sekali ada penjudi yang bisa kaya raya. Karena dari awalnya penjudi memiliki jiwa miskin (salah satunya : malas berusaha keras, tapi mau cara instant saja). So, ketika seorang penjudi berhasil memenangkan 30 juta, jarang merasa puas, dan selalu berpikir ”kali aja bisa dapet 2 kali lipat lebih besar lagi nantinya”. Permainan judi pun terus berlanjut dan berlanjut. Saya sungguh bersyukur ketika ada hukum tegas untuk menumpas bisnis-bisnis perjudian di negri ini, karena keberadaan tempat-tempat perjudian menjadi media yang mengiming-imingi orang untuk bisa cepat kaya tanpa perlu capek-capek bekerja. Walau kenyataannya, bisnis perjudian masih terus merajalela dan tidak akan pernah bisa ditumpas sampai bersih, I do hope, semakin banyak orang menyadari, kalau mau hidup makmur, harus berusaha dan bekerja keras dulu. Tanam benih dulu, baru menuai hasil. ”Nah, kan dengan gue berjudi, itu pun gue sudah berusaha, loh, sampe nggak tidur, nggak makan, nggak pulang ke rumah, dan sampe gue gadaiin cincin kawin gue!”, ungkap seorang penjudi yang sudah ketagihan judi setengah mati. Ups. Repot deh kalau penjudi udah buka suara. Selalu ada saja dalih!

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071218 #29

Monday, December 17, 2007

Chocolate Soup For The Soul #28 - Tahun Baru, Resolusi Baru

Tahun Baru, Resolusi Baru

Jakarta – dua minggu menjelang pergantian tahun yang baru.

Akhir tahun adalah saat yang tepat untuk melakukan refleksi apa saja yang sudah saya lakukan selama 365 hari ini. Begitu banyak peristiwa dan pengalaman yang membuat saya lebih menyadari apa makna hidup ini. Tidak sedikit juga kisah baru dan kejutan hidup yang membuat saya lebih sadar, kalau saya bukan anak kecil lagi, namun saya dituntut untuk bisa menikmati hidup seperti seorang anak kecil menikmati hidupnya sebagai taman bermain yang meyenangkan. Pergantian tahun bukan sekedar penambahan umur, tapi menjadi moment berharga untuk menuju tahapan lebih tinggi lagi sebagai seorang manusia.

Teman-teman baru hadir di tahun ini membuka cakrawala berpikir.

Pengalaman baru pun mengukir kisah sepanjang tahun ini.

Selalu ada cerita baru setiap harinya.

Melodi cinta mengiringi detik-detik nafas kehidupan.

Luka pun pernah menggoreskan kejap demi kejap waktu.

Ketika persahabatan teruji apakah bisa bertahan atau tidak.

Ketika ego harus dikendalikan dengan baik.

Ketika cinta ternyata tidak bisa mengalir sesuai dengan mimpi-mimpi yang pernah ada.

Ketika perseteruan menjadi moment untuk lebih mengenal lebih dekat siapa diri ini dan siapa orang di hadapan saya.

Ketika uang tidak mampu menjawab segala kegelisahan yang pernah datang.

Ketika reputasi seperti puing-puing emas yang akan segera terhempas angin yang hadir tanpa rencana.

Dan ketika fakta membuktikan, diri sendiri bisa menjadi sahabat terbaik yang menerima kita apa adanya. Ukuran kebahagiaan bukan seperti yang orang banyak ungkapkan. Bahagia bukan karena banyak uang. Bahagia bukan karena memenangkan kisah percintaan idaman. Bahagia bukan karena bebas dari masalah. Bahagia bukan karena bisa naik jabatan dan dipuji sana sini. Bahagia pun bukan karena bisa keliling dunia sesuka hati. Bahagia lebih daripada itu. Bahagia nggak perlu dikejar-kejar, cukup dengan duduk diam sejenak dan menyadari apa yang sudah ada di dalam diri ini. Bahagia adalah ketika saya sadar, saya sudah memiliki apa yang selama ini saya cari. Sumber itu sudah ada di dalam hati saya sendiri, tersembunyi dengan rapih dan sempurna, tinggal dibangkitkan saja, dan dia akan muncul.

Kalau flashback setahun lalu, ada 1 resolusi yang mau saya capai di tahun 2007, yaitu menurunkan berat badan! Dengan niat, supaya bisa terlihat langsing dan mengurangi tumpukan lemak di pinggang dan pinggul ini. Januari 2007. Tak disangka, resolusi itu terwujud, berat badan saya turun 3 kg. Sebulan kemudian, Februari 2007, mana sangka lagi, berat badan saya kembali turun 2 kg. Beberapa kenalan kaget dengan perubahan wajah saya yang semakin tirus dan cekung sekali. Beberapa pun komplain dan mengharapkan supaya tubuh saya kembali normal seperti semula, biar lebih seger katanya. Then, saya coba potong pendek rambut saya, dengan harapan supaya wajah terlihat lebih tembem, tapi tetep saja, wajah terlihat tirus dan cekung. Rahasia ampuh untuk turunin berat badan versi saya adalah kurangi makan nasi dan sering-seringlah berjalan kaki secara rutin. Biasanya, kalau pagi, cukup 1 sendok makan nasi saja, kalau siang 5 sendok makan nasi, sedangkan kalau malam cukup 2 sendok makan nasi saja. Bulan demi bulan berlalu, hingga sudah memasuki bulan ke-12 sejak resolusi saya untuk bisa kurus, tapi makin hari malah makin banyak kenalan yang mendadak memuji saya. “Wah, sekarang wajah kamu seger banget loh, udah lebih gemukan soalnya!”, kata seorang rekan kerja saya. Oow! Ini pujian atau bukan yah? Kalau saya dibilang lebih gemuk, berarti….resolusi saya yang seharusnya terwujud nyata, malah jadi gagal nih. Tapi, ternyata apapun kondisi tubuh saya, ternyata ada yang jauh lebih penting, yaitu gimana supaya saya bisa feel happy setiap harinya. Setiap akhir tahun adalah moment yang saya manfaatkan buat nulis ulang kejadian penting selama setahun ini dan nulis apa saja yang mau saya capai di tahun akan datang. Believe it or not! Banyak resolusi tahun-tahun dulu yang kesampean, dan saya makin yakin, semua itu diawali dengan niat dulu. Punya mimpi apapun, tulis di selembar kertas, susun rencana untuk wujudin mimpi itu, dan nikmati proses hidup dengan kegembiraan. Setelah berlalunya waktu, bisa dicek ulang, mimpi mana saja yang udah terwujud dan mimpi mana yang belum terwujud. Untuk mimpi yang belum kesampean, bisa direview ulang, kira-kira mimpi itu masih perlu dikejar atau sebaiknya diganti saja dengan mimpi yang lain. Pepatah bilang, lebih baik gagal setelah mencoba daripada gagal karena tidak berani untuk mencoba. Selamat berefleksi dan beresolusi. Cheers.

. - with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071217 #28

Chocolate Soup For The Soul #27 - Selamat Datang di Taman Borjuis

Selamat Datang Di Taman Borjuis

Di abad 21 ini masih mungkinkah ada kisah dongeng Cinderella? Ketika seorang gadis biasa saja akhirnya bisa bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih yang menjadi idaman banyak gadis seantero negri. Ini bukan kisah Cinderela. Ada kisah seorang gadis bernama Cindy, Cindy bukanlah gadis merana seperti Cinderela. Cindy biasa saja, malah bisa dikatakan cukup berada. Cindy akan dijodohkan dengan seorang sepupunya yang baru saja kembali dari negri Paman Sam. Sepupunya bernama Valeno. Valeno tidak lancar berbahasa Indonesia, tapi sempurna dalam berbahasa Inggris dan Chinese. Sedangkan Cindy? Bahasa Inggris sedang-sedang saja, bahasa Chinese pas-pas an. Berkumpullah Cindy bersama keluarga Valeno dan sahabat-sahabat Valeno yang hampir semuanya lulusan luar negri. Bukan hal yang mudah, tidak seperti bayangan Cindy. Sejak lama Cindy berkeyakinan, jika Cindy bisa bertemu dengan seorang pangeran kaya raya, berarti bereslah sudah penantiannya selama ini, penantiannya akan seorang pasangan hidup idaman yang terbaik. Ternyata belum selesai, masih ada yang harus Cindy hadapi, yaitu :

1. Keluarga Valeno yang begitu “tinggi” dan “sopan” sekali berbeda jauh dengan keluarga Cindy yang tidak terlalu memperhatikan etiket ala bangsawan. Cindy tegang dan tidak nyaman menjadi dirinya sendiri. Semua mata seolah memandang dirinya. Cindy harus bersikap anggun dan sempurna. Mama Valeno begitu anggun dan lembut sekali. Tidak hanya itu saja, masih ada calon-calon kakak ipar Cindy yang cantik dan penuh dengan etiket. Cindy tidak mengerti apa yang harus ia perbuat ketika duduk bersama di meja makan yang bundar besar itu. Nafsu makan menghilang sekejap. Valeno sesekali melihat Cindy yang tegang. Valeno makin cinta Cindy, Cindy makin takut untuk masuk dalam keluarga Valeno. “I just feel that I`m not supposed to be here with them, it`s not my comfort zone”, gumam Cindy dalam hati.

2. Sahabat Valeno yang lagi-lagi begitu “tinggi” dan selalu berbahasa Inggris dan bercanda dalam bahasa Inggris juga. Tak jarang banyak lelucon yang membuat genk Valeno tertawa terpingkal-pingkal, namun, Cindy tidak menemukan kelucuan sedikit pun. Cindy pun lebih memilih sudut lain, menyepi sendiri, daripada cengo bengo, dan salah merespon lelucon mereka. Setelah beberapa kali Cindy sadar, ketika genk Valeno tertawa terpingkal-pingkal, dan Cindy ikut nimbrung memberikan statement, mereka langsung terdiam tanpa suara. Cindy nggak nyambung. And it`s just another disaster for her. Cindy terus berharap waktu bergerak lebih cepat, bisa segera pulang ke rumah.

3. Gaya bergaul ala Valeno yang ternyata begitu berbeda dengan gaya bergaul Cindy. Valeno lebih banyak diam ketika berada diantara genk Cindy. Sebaliknya, Cindy pun lebih banyak diam ketika bersama teman-teman Valeno. Valeno ngefans Bob Marley, Cindy bingung siapa sih Bob Marley. Cindy hobbie belanja baju dan fashion, Valeno lebih suka nonton bioskop sampai tengah malam saja sekalian. Valeno lebih senang kencan beramai-ramai dengan genknya, Cindy lebih nyaman kalau tidak terlalu ramai. Valeno jarang menanyakan pendapat Cindy, Cindy merasa tidak dihargai karena tanpa persetujuannya Valeno sering memaksakan kehendaknya pada Cindy.

4. Komunikasi antara Cindy dan Valeno yang tidak mengalir lancar. Cindy tidak menyangka kemampuan bahasa Indonesia Valeno sampai separah itu. ”Iya, namanya juga lagi pendekatan, wajar aja kalau cowok jadi bertingkah begitu”, kata Cindy. ”Hah, I don`t get what you mean”, balas Valeno. ”Pendekatan....”, tandas Cindy. ”Apa itu pendekatan?”, tanya Valeno. ”Pendekatan itu PDKT....”, jawab Cindy. ”OK, what`s the meanin?”, tanya Valeno lagi. ”Pendekatan itu misalnya cowok suka satu cewek, nah dia harus pendekatan ke cewek itu, telpon lah, atau sms lah...begitu loh”, Cindy menjelaskan. ”Oh I See...”, akhirnya Valeno mengerti juga. Itu salah satu contoh masalah komunikasi Cindy dan Valeno. Pernah juga kejadian, karena keterbatasan bahasa, kesalahpahaman pun terjadi di antara mereka. Waktu itu Valeno lagi mengendarai mobil dan ketika di depan persimpangan, Cindy sudah bilang ”Turn left”, tapi tangannya mengarah ke kanan. Valeno pun akhirnya mengarah ke kiri, dan Cindy spontan bilang ”Hey, salah!”. Valeno pun bertanya : ”You said TURN LEFT”. Cindy pun malu tersipu-sipu, karena dia salah menerjemahkan bahasa. Parahnya Cindy. Namun walau sudah beberapa kali mengalami masalah komunikasi, Valeno tidak kehilangan feeling kepada Cindy. Valeno masih secara rutin mengejar Cindy, mencoba untuk mendapatkan dirinya. Sayangnya, Cindy sudah hilang rasa, komunikasi antara mereka berdua terasa begitu hambar dan kering, sudah hampir setahun, namun mereka berdua lebih sering berdiam dan Cindy terus berjuang untuk menciptakan topik pembicaraan. Valeno? Bukan hanya berdiam diri saja, dia pun mencoba untuk belajar bahasa-bahasa gaul anak Jakarta, seperti : “Sok jual mahal” misalnya.

Pertanyaan sederhana, kalau Cindy masih ingin mendapatkan pangeran Valeno ini, itu berarti, Cindy harus meng-upgrade dirinya, kemampuan bahasa Inggrisnya, supaya bisa nyambung ngobrol dengan Valeno. Dan sebagai usaha untuk menghilangkan rasa takut berlebihan menghadapi pihak keluarga Valeno, Cindy perlu lebih sering bergaul dengan berbagai jenis lingkungan baru, dan belajar menempatkan diri maupun memilih kata-kata yang tepat dan “nyambung” di saat ngobrol.

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071216 #27

Chocolate Soup For The Soul #26 - Becoming a True Richman #2

To Become a True Richman #2

Banyak jenis orang kaya, ada orang kaya yang dermawan dan ada orang kaya yang kikir nan pelit untuk berbagi dengan orang lain. Sebenarnya siapakah orang kaya itu?

Kalau menurut versi saya, ada dua jenis orang kaya, yaitu :

1. OKB (Orang Kaya Baru). Berawal dari kehidupan yang serba susah, lalu berjuang keras, dan mendadak jadi kaya. Karena belum terbiasa sebagai orang kaya, ia pun menjadi seorang OKB : hobbie menunjukkan kekayaannya, hobbie memamerkan siapa dirinya, dan OKB cenderung menganggap dirinya lebih tinggi dibandingkan orang lain yang tidak sekaya dirinya. OKB pun hobbie menggunakan kekuasaannya.

2. OKS (Orang Kaya Sesungguhnya). Bisa berawal dari kondisi yang sulit atau sejak lahir sudah ada di keluarga berkecukupan. Walau sudah memiliki kekayaan, OKS jarang menunjukkan kalau dia memiliki harta, OKS down to earth dan tidak jijik dengan makanan jalanan, dan OKS menganggap dirinya biasa saja, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah dari orang lain. OKS mampu dengan tulus menolong orang lain.

Biasanya orang dikatakan kaya ketika bisa memiliki kekayaan materi berupa : rumah indah, mobil mewah, tabungan investasi yang bertumpuk, sederet jaminan asuransi kesehatan dan kematian bagi anak cucu yang akan ditinggalkan, saham-saham prospektif yang tersebar di perusahaan-perusahaan besar di negri ini, dan juga koleksi-koleksi materi luxurious yang menggiurkan. Namun, ukuran kekayaan sesungguhnya bukan dari materi saja, masih ada kekayaan lain, kekayaan non materi yang membuat seseorang semakin kaya lagi dan pantas dikatakan “kaya”. Alasannya :

Tidak sedikit orang kaya yang merasa kesepian dan merasa hidupnya kosong. Tidak sedikit orang kaya yang harus terkulai di kursi roda dengan infus-infus berjejer dan harus disuntik setiap 2 jam sekali. Tidak sedikit orang kaya yang mengalami mimpi buruk, takut kalau kekayaannya habis dan takut kalau tidak bisa lagi menikmati kenyamanan sebagai orang kaya. Tidak sedikit orang kaya yang mati mendadak karena komplikasi sakit jantung dan kolesterol berat. Tidak sedikit orang kaya yang sibuk menikmati hidangan-hidangan di restoran mewah yang dibuat chef-chef internasional. Akibatnya, kekayaan tubuhnya terganggu karena tidak mampu menjaga kadar kolesterol dalam tubuhnya. Tidak sedikit juga orang kaya yang merasa stress, mengidap insomnia, perasaan hati kacau dan tidak tenang ataupun bahagia. Segala usaha pun dilakukan untuk bisa mendapatkan kekayaan batin itu. Sebagian besar orang kaya pun mulai menyadari ada kekayaan lain yang harus bisa dimiliki, selain kekayaan materi. Kekayaan batin dan kekayaan tubuh, dua hal yang tidak bisa dibeli dengan kekayaan materi.

Kekayaan tubuh : kondisi vitalitas tubuh yang terjamin, dengan rutinitas medical check up di Singapura, personal health assistant yang menjaga stamina tubuh supaya terjaga dari kemungkinan terkena penyakit aneh-aneh. Selain itu, seorang akan makin kaya ketika, selain memiliki harta materi berlimpah, tapi juga bebas dari kolesterol, darah tinggi, sakit jantung, ataupun serangan tumor ganas dalam tubuhnya.

Kekayaan batin : ketika batin penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Bebas dari rasa takut, amarah, benci, dendam, dan juga sedih berkepanjangan. Selain itu kondisi jiwa penuh dengan rasa syukur yang positif dan rasa cinta kasih pada sesama sekitar. Perasaan berkecukupan dan tidak lagi ada rasa keluh kesah dan menuntut lebih pada hidup ini. Sudah merasa bahagia dan puas dengan apa yang dimiliki dan apa yang dialami untuk saat-saat hidup ini.

Berita baiknya, dengan kekayaan materi yang berlimpah, para orang kaya akan lebih mudah mendapatkan kekayaan batin dan kekayaan tubuh. Dengan materinya, orang kaya bisa membangkitkan rasa cinta kasihnya, dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu sesama yang menderita kekurangan materi. Dengan materinya, orang kaya bisa menghire dokter gizi untuk memantau kondisi kesehatannya dan merancang pola makan yang sehat. Walau, yang namanya hidup, tidak pernah ada yang bisa menebaknya, kan? Kembali lagi pada konsep awal, mengapa ada orang yang terlahir di keluarga kaya dan ada yang terlahir di keluarga miskin. Sejak lahir ke dunia ini, setiap orang sudah membawa segudang dan sekumpulan karma-karmanya, ada juga yang menyebutnya sebagai nasib, setiap orang sudah memiliki nasibnya masing-masing, dan hidup menjadi persinggahan sementara untuk menyelesaikan tugas-tugas sebagai seorang manusia. Ketika meninggal dunia nanti, kekayaan materi tidak bisa dibawa, kekayaan tubuh apalagi. Ketika nafas terakhir berhembus, yang tersisa hanya jasad yang beberapa jam kemudian akan berubah menjadi bangkai busuk. Hanya kekayaan batin yang akan terus dibawa walau seseorang sudah meninggal dunia. Perasaan sedih, senang, bahagia, benci, marah, dendam, bersyukur, perasaan-perasaan ini yang akan terus melekat dalam jiwa seseorang. Ketika seseorang meninggal, jiwanya kembali menyatu ke alam semesta, dan jika masih memiliki banyak tabungan kebaikan, ia masih bisa terlahir lagi sebagai manusia, dan melanjutkan tugas-tugasnya yang sempat tertunda pada kehidupan yang lalu.

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071215 #26

Friday, December 14, 2007

Chocolate Soup For The Soul #25 Become a True Richman

To Become a True Richman

Andai a a a a …ku jadi orang kaya, andai a a a a ....ku punya mobil mewah...(Oppie Andaresta)

Andai kujadi raja, mau ini mau itu, tinggal tunjuk sana tunjuk sini...(Rif Band)

Begitu banyak orang ingin jadi orang kaya, mulai dari tukang ngamen di jalanan, sampe tukang main film di televisi. “Enak, Man, kalo gue punya uang banyak, gue bisa beli apa aja yang gue mau, dan gue pasti bahagia deh”, ungkap seorang tukang parkir dengan omzet Rp 50 ribu per harinya di persimpangan Menteng Jakarta. “Duh, Bo, udah beli belum Gucci terbaru, sebel banget deh, suami aku pelit banget, padahal murah banget tau nggak sih! Cuma 7 Jeti. Asli deh, aku bingung kenapa kok punya suami pelit begitu, kebangetan!”, cerita Desi, 34 tahun, istri seorang anak konglomerat, yang hobi koleksi tas merk Gucci dan LV. Di lemari pakaiannya, bejubel tas dan gaun mahal, tapi tetep aja menganggap suaminya tuh “Medan” ups...alias “Pelit”. Ya, biasalah, manusia kan jarang puas, kayak nggak tau aja.

Segala cara akan dilakukan, supaya bisa kaya, ada yang mau mulai dari bawah, ada yang mau instant aja, dan ada yang mau kaya tapi nggak mau kerja. Ada yang coba cara yang positif, dan ada juga yang coba cara yang tidak cukup positif. Contohnya, Mas! Contohnya begini, ada yang memilih jalur sebagai seorang pencopet, perampok, atau pemalak dengan risiko melanggar hukum pidana dan dipenjara beberapa tahun. Ada yang memilih sebagai pengedar narkoba, secara, ini gede loh pemasukannya, dan gede juga risikonya. Ada yang memilih jalur biasa aja, kerja sama orang, walau gaji kecil, yang penting bisa buat makan dan bayar tagihan listrik rumah setiap bulannya. Ada juga yang memilih cara cerdik : mempercantik diri lalu menebar pesona supaya bisa menggaet kaum-kaum borjuis, yah nggak apa deh jadi istri muda, asal bisa dapet rumah sederhana di kawasan Pondok Indah dan mobil sederhana sekelas Alphard, gitu. Ada lagi, fenomena baru, apalagi kalau udah nonton film Quickie Expressnya Nia Dinata dan Joko Anwar, ternyata kalau mau kaya, bisa juga dengan menjual diri dan memberikan service pemuasan nafsu birahi ibu-ibu setengah baya yang tidak bahagia dengan suaminya yang kebanyakan udah tua dan badannya banyak lemak gembul. Jadi gigolo, maksudnya, Mbak! Duh, masa sih, hari gini, nggak pernah denger “Gigolo”? Gigolo, itu yang suka nemenin tante girang loh. Bukan hanya cewek saja yang laku dan bisa cepet kaya dengan terjun di perhelatan dunia malam kawasan Hayam Wuruk atau Mangga Besar aja, cowok pun sudah emansipasi dan sadar. Emangnya cewek aja yang bisa cepet kaya! Dan emangnya cowok kalau mau kaya, hanya dengan jalan kriminal aja! Sorry aja nih, zaman sudah berubah, biaya makin meningkat, dan cowok tetep aja dituntut untuk bisa buktiin prestasi, yaitu bisa dapetin duit banyak! Kalau cewek kere dan nggak berduit, mungkin itu dianggap hal biasa, kan sepinter-pinternya cewek, ujung-ujungnya juga masuk dapur dan masak nasi! Kalau cowok kere dan nggak berduit, bisa diomongin macem-macem : gobloklah, payahlah, atau madesulah! Huah, hidup kejam amat yak. Ini sisi nyata kehidupan. Di pagi hari, berjuta-juta orang berlomba-lomba untuk sampai di tempatnya bekerja, macet dimana-mana, rasanya mau teriak melepas kekesalan akibat sesaknya bus atau angkot. Namun, tetep saja niat itu diteguhkan, mau nggak mau, nggak bisa nggak, gue harus kerja, kalau nggak gue nggak dapet duit, gue bisa dipecat, dan sebagainya dan sebagainya. Dan tanpa sadar, apapun kini diukur dengan uang, manusia baru bahagia kalau ada…..u…a…ng.... Kalau ada uang, hati tenang, nggak usah takut lagi kelaperan, dan nggak usah mikir-mikir lagi kalau pingin ngajak pacar nonton berdua di bioskop.

Tapi, apa iya, kalau udah ada uang, segalanya bakal berjalan sesuai harapan kita? Apa iya, kalau Desi yang tadi sempet dibahas, udah dapet tas Gucci impiannya, then dia nggak bakal complain lagi sama lakinya yang udah kewalahan dengan hobi belanja istrinya (bayangkan tas LV nya sudah ada 10 biji, tapi masih pingin juga tas Gucci yang lainnya lagi!). Ternyata, seorang perempuan yang udah punya 10 tas LV original aja, masih belum puas dengan hidupnya. Apalagi temen-temen yang mau makan aja harus mikir-mikir, uangnya cukup nggak yah buat ongkos pulang ke rumah? Anyway, boleh dong bermimpi jadi orang kaya, asal nggak cuma kegedean ngomong tapi kedikitan usaha. So, siapa lagi yah orang kaya selanjutnya yang siap diwawancara para reporter majalah Globe Asia (majalah bisnis, yang sering membahas tuntas daftar kekayaan konglomerat-konglomerat Indonesia). - with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071214 #25

Wednesday, December 12, 2007

Chocolate Soup For The Soul #24 - a Dozen of Hatreds

A Dozen of Hatreds

Di sebuah rumah sakit spesialis kanker, terdiam duduk 10 perempuan, menanti jawaban dan diagnosa dari dokter yang merawatnya. Terdengar dari depan ruangan praktek :

“Ibu, ada benjolan di sebelah kiri payudara Ibu, dan bisa makin membesar kalau tidak segera diobati”
“Mbak, setiap pagi tolong diperiksa bagian samping payudara Mbak, moga-moga obat yang saya kasih ini, bisa mengurangi benjolan yang di kanan”
“Maaf, Bu, tapi sepertinya kista di dalam rahim putri Ibu akan sulit sekali disembuhkan, kecuali keajaiban yang bisa menolong Putri Ibu”

Kemarin malam beberapa ibu senior membahas satu topik : hubungan antara perasaan benci dengan munculnya benjolan-benjolan – maaf, di payudara – atau kista di dalam rahim. Terlepas dari konteks medis dan kedokteran, kami membahas masalah kesehatan ini.

”Pernahkah Anda membenci seseorang selama bertahun-tahun lamanya dan ada kemarahan terpendam dalam hati Anda?”, tanya seorang ibu yang menjadi pembicara sebuah forum.

Kebencian mempengaruhi kondisi kesehatan kita. Kenapa semakin hari semakin banyak bermunculan penyakit, khususnya kanker, untuk perempuan : kanker payudara dan rahim? Banyak orang mencoba berhipotesa untuk mencari jawaban paling akurat. Dari sisi medis, dikatakan, bahwa setiap orang memiliki sel kanker dan bisa dipicu dengan cepat melalui perasaan stress dan depresi berlebihan. Dari sisi lain, ada yang mengatakan, polusi dan pencemaran semakin menggila, nggak heran bisa muncul penyakit aneh-aneh. Dari sisi psikologi, munculnya penyakit 90% disebabkan dari kondisi psikologis yang tidak sehat dan tidak stabil. Dari sisi spiritual, penyakit tubuh muncul karena ada kekotoran batin dan penyakit di hati yang sering kali terabaikan dan dianggap tidak ada, salah satunya : rasa benci bercampur marah. Repotnya, apa yang terlihat nyata lebih mudah dianalisa, ketimbang yang sunyata.

”Serem juga yah, karena perasaan benci dan marah, bisa muncul benjolan, ancrut!”, kilah seorang mahasiswi, 20 tahun, yang hobi makan junk food di mal.

”Duh, emangnya gampang, kalau tuh orang udah jahatin kita dan bikin hidup susah, apa mungkin nggak benci! Udah deh, yang realistis aja!”, tambah seorang ibu, 45 tahun, yang selama 20 tahun, pernah membenci almarhum ayahnya yang berpoligami (4 istri saja!).

Mengapa bisa muncul rasa benci? Mengapa kemarahan bisa muncul dalam diri kita? Pada dasarnya setiap orang memiliki semua potensi itu : potensi baik dan potensi buruk. Rasa benci, marah, dan cinta ada dalam hati semua orang. Yang menjadi masalah adalah mana yang lebih dominan, yang baik atau yang buruk. Rasa benci dan marah pun menjadi rasa yang manusiawi dan tidak mungkin dimusnahkan begitu saja, karena manusia utuh adalah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Siapa yang tidak pernah merasakan benci dalam sepanjang hidup ini? Saya yakin, siapapun pernah mengalami perasaan dan sensasi ”benci” dalam perkembangan kepribadiannya sebagai manusia yang utuh. Apa saja yang bisa memunculkan rasa benci? Ketika ada kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam diri sendiri dan ketika ada yang merampas kenyamanan dan kebahagiaan diri sendiri, secara detailnya, beberapa hal ini bisa merangsang munculnya rasa benci : ketika kita difitnah dan dituduh melakukan hal yang tidak kita lakukan, ketika dikritik di depan orang banyak, ketika kita dipermalukan di hadapan orang banyak, ketika kita dibanding-bandingkan dengan orang lain, ketika diremehkan, dihina, dianggap tidak ada apa-apa, ketika dicela dan diledek, ketika dibohongi dan dikhianati, dan ketika kebebasan untuk mengekspresikan diri dijajah dan dijerat. Ada lagi? Dan tanpa sadar, kita pun selama bertahun-tahun menyimpan rasa benci terpendam, yaitu : benci pada diri kita sendiri dan juga benci pada orang-orang terdekat kita. Seperti yang dialami oleh seorang perempuan, 40 tahun, 6 tahun lalu ada benjolan di payudaranya dan dia pun segera berobat ke dokter dan menyadari kalau ada kebiasaan membenci dalam dirinya. Dia berjuang keras untuk terapi fisik dan juga psikologis, dengan menghilangkan rasa benci itu. Benjolan pun hilang. Tak lama kemudian, benjolan muncul lagi karena rasa benci muncul lagi. Selama bertahun-tahun perempuan ini marah dan benci pada seseorang, yaitu kakak lelaki kandungnya yang menjadi penjudi kelas berat dan sering merongrong hidupnya. Walau ada hubungan darah namun bukanlah hal yang mudah untuk bisa melepaskan rasa benci itu. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa belajar memaafkan dan melepaskan rasa benci ataupun marah kepada kakaknya, hingga akhirnya beberapa bulan lalu kakaknya meninggal dunia. Penyesalan terjadi belakangan dan nasi sudah jadi bubur. Kini, rasa benci pada kakaknya sudah tidak ada lagi dalam perempuan ini, tapi tersisa rasa benci pada dirinya sendiri kenapa tidak mampu mengendalikan perasaan jiwanya sendiri. Ngomong-ngomong, apakah saya, Anda, kita, masih sedang membenci sesuatu, seseorang, ataupun diri sendiri? Gimana kalau kita bongkar apa saja yang masih memicu rasa benci dalam hati kita masing-masing?

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071213 #24

Chocolate Soup For The Soul - #23 In The Name of Gender

In The Name of Gender

Atas nama kodrat, kami berbicara. Inilah kami, pria dan wanita.

Pria dan wanita seperti busur dan panah, yang saling melengkapi. Kodrat? Apa itu kodrat?

“Huh, Kok Dhani begitu amat sih, melecehkan perempuan banget”, celoteh seorang ibu muda penikmat infotainment seraya melihat berita pertikaian antara Dhani dan Maia Ahmad.

Weits, sebenernya si Maia nya aja yang lupa kodrat, dia lupa apa yang menjadi kodratnya sebagai seorang cewek!”, bela seorang lelaki yang sering menyanjung band Dewa.

Lupa kodrat berarti lupa dengan tanggung jawab dan tugasnya, begitu maksudnya? Iya, kira-kira seperti itu, dan biasanya kodrat itu sering ditujukan bagi kaum wanita. Padahal lelaki juga punya kodrat. Semua kaum punya kodrat. Apa kodrat seorang lelaki dan apa kodrat seorang perempuan? Blur! Sejak Ibu Raden Ajeng Kartini bangkit dari kegelapan, kaum perempuan menjulang bebas kemana saja, mengepakkan sayap, dan mengukir rentetan prestasi. Bersama-sama kaum adam, kaum perempuan berjalan bersama meraih yang tertinggi yang mereka bisa.

Kini? Ada yang bilang kaum perempuan dan kaum lelaki posisinya sudah sejajar, udah nggak lagi bisa memandang sebelah mata kaum perempuan. Ini bukan tulisan seorang feminis. Karena saya bukan seorang feminis, hanya seorang perempuan biasa yang mencurahkan apa yang pernah dan yang sedang saya lihat di sekitar saya.

Kemarin malam seorang perempuan setengah baya berkeluh kesah kenapa suaminya melupakan kodratnya sebagai seorang kepala rumah tangga. Berbagai cara sudah dilakukan supaya suaminya mau bekerja, tapi….suaminya lebih memilih di rumah saja dan memohon supaya istrinya saja yang bekerja dan mencari nafkah. This is true, this is not fictive.

“Pak, udah coba cari kerja lagi belum?”, tanya si istri kepada suami.

“Ma, biar saya aja yang ngurus rumah aja yah, saya nggak mau kerja lagi”, jawab si suami.

“Kenapa bukan kamu aja yang kerja, biar saya yang urus rumah dan anak kita”, balas si istri.

“Fisik saya nggak memungkinkan, saya gampang capek, dan nggak bisa lagi keluar-luar rumah kena matahari”, jawab si suami yang berusia 45 tahun, sedangkan istrinya 40 tahun, dan anak mereka berusia 10 tahun. Si suami pernah menderita sakit kelebihan hormone tiroid.

Selang kemudian, sang istri segera mengangkat gagang telpon dan menelpon sahabatnya.

“Gue nggak tahan! Gue capek tiap hari begini, harus kerja sekaligus urus rumah tangga, gue bener-bener nggak bisa sabar lagi sama dia, Dit”, ungkap si istri kepada sahabatnya (Dita).

“Ya, elu suruh dia kerja lah!”, tukas Dita.

”Udah...tapi jawabannya selalu sama, dia mau di rumah aja, mau ngerjain kerjaan rumah tangga”, kilah terakhir si istri.

Emansipasi wanita membuyarkan aturan-aturan main yang ada. Atau justru hidup memang dinamis dan kodrat pun akan terus berubah seiring dengan perjalanan waktu. Seorang perempuan bertugas menjadi istri, ibu, guru, dan ”pengurus” rumah tangga yang baik. Itu dulu. Kini, ditambah lagi satu tugas sebagai seorang pencari nafkah yang baik, secara, biaya hidup semakin hari semakin mahal. Seorang pria bertugas menjadi suami, ayah, dan pencari nafkah yang rajin dan produktif. Kini, penambahan juga ada, seorang pria selayaknya mampu juga mengurus rumah tangga dengan baik dan tidak gengsi lagi untuk mengerjakan pekerjaan perempuan, mulai dari : mengepel, menggosok, memasak, dan juga mencuci piring.

Tapi, apa yang harus dilakukan oleh seorang istri jika si suami mau melepaskan kodrat sebagai pencari nafkah dan lebih memilih menjadi seorang bapak rumah tangga?

”Biasa aja ah, di luar negri, Amerika Australia, itu hal biasa saja!”, seru seorang ibu 48 tahun.

”Duh, nggak banget deh, masa sih, seorang lelaki pegang gosokan sambil nonton TV di siang hari bolong? Itu nggak wajar, swear!”, ungkap seorang ibu 35 tahun, lulusan S2 Australia.

”Tergantung sih apa sumber masalahnya, kalau memang si suami lagi ada penyakit kronis, mau diapain dong, daripada nanti malah nguras tabungan untuk ke dokter”

”Ok, kalau ada alasannya, tapi kalau si lelaki masih sehat bugar, tapi hanya karena penyakit malas untuk berjuang dan lebih milih tidur-tiduran santai saja di rumah, come on, dunia sepertinya udah bener-bener terbalik yah!”

Pernah beberapa kali teman saya, Berna, seorang reporter surat kabar, melewati kawasan-kawasan gang senggol, sekitar jam 11-12 siang bolong, dan disana berjejerlah pria-pria usia produktif yang duduk bengong di teras rumahnya, bersantai ria. Berna tanya salah satu dari bapak-bapak itu :

”Pak, sehari-harinya profesinya apa?”

”Oh, aduh neng, susah zaman sekarang, cari kerja susah deh”, jawab si bapak.

”Iya yah Pak, susah, tapi kalau boleh tau, untuk biaya rumah tangga sehari-hari repot juga yah Pak”

”Untungnya istri saya kerja jadi tukang cuci, lumayan deh”, tukas si bapak.

Datanglah segerombol anak kecil, ada 4-5 anak.

”Bapak, minta duit, mau jajan!”, paksa si anak.

”Duh, Bapak nggak ada duit, ntar aja deh tunggu emak pulang”, jawab si bapak.

”Oh, ini anak bapak yah?”, tanya Berna.

”Iya nih, anak saya ada 4, masih kecil-kecil, yang paling gede masih umur 10 taon”, jawab si bapak.

Berna pun beralih ke anak-anaknya.

”Ade...kalau udah gede mau jadi apa?”, tanya Berna.

”Hmm..aku mau jadi dokter gigi”, jawab anak kesatu.

”Kalau ade?”, tanya Berna ke anak kedua.

”Aku mau jadi guru”, jawabnya.

”Aku mau jadi pelaut!”, lanjut anak ketiga.

Dan tersisa seorang anak yang segera saja Berna tanya.

”Kalau kamu?”

”Aku mau jadi pengemis...”, jawabnya dengan wajah sumringah ceria.

”Oh, kenapa kok mau jadi pengemis?”, asli saya pun baru kali pertama mendengar seorang anak bercita-cita menjadi pengemis.

”Soalnya enak, tinggal minta, terus dapet duit deh...”

”Kamu tau darimana, Dek?”, penasarannya teman saya itu.

”Dari emak...”

”Oh emak?”

“Iya, emak aku cerita, tiap hari emak tinggal minta aja, terus dapet duit deh”

“Emak emangnya jadi apa?”

“Emak kan pengemis”, jawab si anak.

“Ah, nggak lagi, Neng, namanya juga anak-anak, dia nggak ngerti, jelas-jelas ibunya tuh tukang cuci baju! Udah sana kamu main”, si Bapak pun menyuruh si anak segera pergi.

Ini salah satu kisah nyata di gemerlapnya kota Jakarta dan kota-kota lainnya. Semakin banyak anak-anak yang kini berandai, suatu hari jadi orang kaya, berandai bisa segera dapet orang banyak, kalau bisa sih cepet, dan caranya ternyata gampang : jadi pengemis aja! Siapa gerangan yang mengajarkan ini kepada anak-anak yang mustinya bermimpi yang lebih tinggi lagi? Ibunya tuh! Kan, tugas Ibu adalah mendidik anaknya supaya jadi bener. Kalau anak ampe mikir gitu, itu sih karena didikannya nggak bener!

Well, kembali ke topik kodrat pria dan perempuan. Perempuan memiliki tugas besar, ketika sudah memutuskan untuk melahirkan seorang nyawa baru, yaitu mendidiknya menjadi orang yang benar dan bermanfaat bagi kehidupan. Kalau si pria? Ya, tugas pria adalah menemani si perempuan untuk mendidik anak, dan to the pointnya sih, mencari nafkah yang cukup dan memuaskan, supaya si perempuan nggak usah lagi pusing pikiran dan capek tenaga untuk banting tulang membiayai tagihan-tagihan listrik, air, ataupun telpon lainnya. Eh, tunggu dulu, zaman sekarang, seorang ayah pun berperan besar dalam perkembangan psikologis si anak! Kedekatan seorang anak dengan ayahnya akan turut mempengaruhi kualitas si anak. Tapi, tetep dong, sumber nafkah utama adalah dari si bapak? Iya. I`m pretty pretty sure, akan banyak sekali menentang pandangan bahwa kodrat lelaki adalah pencari nafkah premier dalam keluarga. Tapi saya juga yakin banget akan banyak sekali juga teman-teman yang mengiyakan pandangan ini. Bahwa kodrat perempuan, tetaplah sebagai seorang perempuan yang menjaga keutuhan sebuah keluarga dan mendidik si anak hingga dewasa nanti, dan kodrat lelaki terutama adalah menafkahi keluarga dan menjadi figur positif bagi si anak dan masyarakat. Namun, bukan berarti segalanya harus hitam putih, tanpa fleksibilitas, kalau ternyata gaji suami memang tidak memadai dan tidak mencukupi keseluruhan biaya rumah tangga, hal yang lumrah sekali jika si istri bekerja dan kadang gajinya jauh berlipat lebih besar dari suami, asalkan, masih tetap berada di koridor kodrat yang wajar, suami sebagai kepala keluarga yang mampu bersikap jantan ala lelaki, dan istri sebagai pelengkap yang mampu bersikap lembut keibuan namun ada bonusnya : dalam kondisi tertentu pun harus mampu tegar dan tahan banting sekuat seorang lelaki sejati. Atas nama kodrat dan gender, ungkapkan saja semua kegelisahan itu, biar genap, biar tak lagi mengganjal. Dengan sentuhan cinta kasih yang lembut seorang wanita dan benteng ketegaran seorang lelaki, lelaki dan wanita bisa sama-sama saling melengkapi dan memperindah dunia ini. Amin.

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071212 #23

Tuesday, December 11, 2007

Song of The Week : Vagetoz & Ari Lasso

Aku dan Dirimu - Ari Lasso feat Bunga Citra Lestari

Tiba saatnya kita saling bicara
Tentang perasaan yang kian menyiksa
Tentang rindu yang menggebu
Tentang cinta yang tak terungkap

Sudah terlalu lama kita berdiam
Tenggelam dalam gelisah yang tak teredam
Memenuhi mimpi-mimpi malam kita

Duhai cintaku sayangku lepaskanlah
Perasaanmu rindumu sluruh cintamu
Dan kini hanya ada aku dan dirimu
Sesaat di keabadian

Jika sang waktu bisa kita hentikan
Dan segala mimpi mimpi jadi kenyataan
Meleburkan semua batas antara kau dan aku
Kita....

Duhai cintaku sayangku lepaskanlah
Perasaanmu rindumu sluruh cintamu
Dan kini hanya ada aku dan dirimu
Sesaat di keabadian

Betapa Aku Mencintaimu - Vagetoz
Betapa aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku
Betapa aku menyayangimu lebih dari yang kau tahu
Inginku bahagiakan dirimu setiap saat bersamaku
Seperti janjiku kepadamu takkan pernah kuingkari
Aku kan slalu ada di dekatmu
Aku kan slalu menemani harimu
Kau harus tau betapa aku mencintaimu
Aku kan slalu ada di dekatmu
Aku kan slalu menemani harimu
Kau harus tau betapa aku mencintaimu

Monday, December 10, 2007

Chocolate Soup For The Soul #21 To Do Before I Die

To Do Before I Die

Apa yang paling ditakuti oleh sebagian besar orang pada umumnya? Takut miskin dan takut mati. Bicara soal takut mati, Di masa anak-anak sekitar usia 7-9 tahunan, anak kecil akan mengalami satu fase fear of death, takut mati, dan juga fear of separation, takut berpisah dengan orang yang disayangi. Saya masih ingat jelas, waktu itu masih usia 8 tahunan, dan mama saya selama 10 hari pergi ke luar kota, hampir setiap malam saya menangis karena ketakutan nggak bisa ketemu lagi dengan mama saya. Saat itu, ada pembantu saya yang menemani saya sampai akhirnya saya tertidur setelah lelah menangis. Itu berlangsung sampai 4-5 harian, entah apa yang ada di pikiran saya. Salah satu ketakutan adalah saya takut kalau nggak bisa lagi bertemu dengan mama saya! Tak jarang saya mimpi buruk yang mengerikan dan terbangun dengan mata basah dengan air mata. Di mimpi saya, saya berpisah dengan mama saya dan itu bikin saya takut sekali. Itu kejadian waktu masa-masa kecil dulu. Setelah belajar dan baca banyak buku mengenai filsafat kehidupan, saya sadar, kalau kematian itu hal yang mutlak dan nggak perlu ditakuti secara berlebihan. Ajaran agama pun selalu mengajarkan satu pesan : kalau hari ini bisa jadi hari terakhir Anda hidup di dunia ini, jadi manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya deh.

Ada satu cerita, seorang ibu 40 tahunan yang sudah memiliki 2 orang anak, hidupnya penuh dengan ketakutan. Ketakutannya yang paling besar adalah MATI. Makanya dia pun menghindari rumah sakit, rumah duka, dan juga kuburan. Walau hanya mendengar cerita orang yang mati pun, jantungnya langsung berdegup kencang, tensi darah langsung melesat hebat, dan serangan vertigo pun bisa dia alami. Ibu ini salah satu contoh dari sekian banyak orang yang sejujurnya takut sama yang namanya kematian. Bayangan orang mengenai kematian, begitu mengerikan : gelap, penuh api panas, dan lebih ekstrim lagi, penuh dengan belatung. Padahal, ketika kita tertidur lelap pun, itu kondisi yang tidak jauh berbeda dengan ketika kita mati nanti. ”Beda ah!”, kata seorang teman. ”Ok Ok, secara, kita nggak pernah bisa wawancara eksklusif ke orang yang sudah mati, no comment deh, kalau gitu”, balas saya.

Dalam forum-forum diskusi yang saya ikuti, akhir-akhir ini, seringkali kita membahas mengenai hidup dan mati. Terinspirasi dengan lagi maraknya kematian mendadak diantara rekan-rekan kami, mulai dari yang mati tertabrak, mati karena sakit, dan juga mati karena stress. Hayo, serem nggak kalau membahas soal mati? Sebenarnya, saya nggak berniat aneh-aneh, tapi dalam tulisan kali ini, ingin sekali ajak teman-teman untuk bahas secara gamblang topik ”Mati”, topik yang sering dianggap pamali dan tabu untuk dibahas. ”Awas luh, nanti beneran kejadian kalau diomongin”, ungkap seorang kenalan. Sekarang mari membahas ”kematian” dari sisi berbeda, dari sisi humanis, dan sisi realita.

Ada jenis-jenis kematian dan tiap orang pada akhirnya akan mati. Yang jadi pembahasan adalah akan seperti apakah kondisi terakhir seseorang ketika akan menghembuskan nafas terakhirnya. Kalau dalam ajaran Buddhism, kondisi terakhir ketika ajal akan menentukan dia akan terlahir seperti apa pada kehidupan yang selanjutnya, dan kondisi ketika mati juga yang akan menggambarkan bagaimana kondisi jiwanya yang sesungguhnya.

Berikut ini adalah beberapa jenis kondisi mati :

1. Mati karena penyakit tubuh entah turunan atau bukan turunan (kanker, stroke, jantung, TBC, dan lain-lain), dan terbaring di ICU rumah sakit.

2. Mati hangus dalam ledakan pesawat terbang atau gedung yang terbakar.

3. Mati bunuh diri, lompat dari gedung atau mengiris nadi sendiri. (Seperti Leslie Cheung di Hongkong?)

4. Mati sebagai korban tabrakan lalu lintas atau tertimpa benda keras.

5. Mati karena dibunuh, contoh : ditembak dengan sengaja atau tidak sengaja. (Seperti John Lennon?)

6. Mati karena overdosis narkoba. (Seperti Kurt Cobain?)

7. Mati karena umur yang sudah tua (60 – 70 tahun keatas).

8. Mati keracunan.

9. Mati di usia muda.

10. Mati ketika baru saja dilahirkan.

11. Mati karena kelaparan.

12. Mati sebagai korban perang.

13. Mati karena bencana alam : gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir.

14. Ada lagi? Silahkan dilengkapi sendiri, saking banyaknya jenis kematian.

Kondisi jenazah ada yang masih dalam kondisi utuh dan kondisi yang tidak berbentuk lagi. Ekspresi ketika meninggal pun bervariasi, ada yang tersenyum dan ada yang mukanya sudah membiru hitam karena sakit kronis yang diderita, dan bagi korban yang meninggal akibat kebakaran, kondisi tubuh biasanya sudah tidak bisa lagi dikenali. “Serem amat sih bahas beginian”, ungkap teman saya. Mungkin rasanya serem, karena selama ini kematian, sekali lagi, dianggap sebagai hal tabu yang mengerikan. Namun, ketika kita mau memaknai kehidupan dan memahami kehidupan, pelajarilah dulu kematian. Selama ini kita sibuk untuk mempelajari segala hal seputar kehidupan dan menjaga jarak jauh-jauh dengan kematian. Karena ada harapan terpendam, ingin terus hidup dan tidak mau sampai berpisah dengan hal-hal duniawi dalam hidup. Bukan berarti, dengan belajar soal kematian, kita pun jadi bersikap skeptis kepada hidup, dan berpikir ”Ah, nanti juga gue mati, ya kalau gitu, gue hidup sesuka hati gue aja”. Justru, kalau sudah paham kematian, berarti harus menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

Hidup adalah tempat untuk bermain dan bersenang-senang, tapi yang terjadi adalah hidup sepertinya penuh dengan penderitaan, dan tanpa sadar kehidupan lain sesudah meninggal nanti yang dibombardir akan jauh lebih menyenangkan dibandingkan hidup saat ini. Kematian bukan hal untuk ditakuti, tapi untuk disadari. Dengan lebih paham kalau siapapun pada akhirnya akan mati, kita bisa menjalani hidup dengan lebih bernilai dan lebih sepenuh hati, tidak ketinggalan lebih happy. Karena untuk bisa terlahir sebagai seorang manusia, bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan jutaan tahun lamanya dan dibutuhkan tumpukan-tumpukan karma baik di masa lampau, supaya bisa punya kesempatan untuk lahir sebagai manusia. Bisa terlahir sebagai manusia pun, bisa sempurna dan tidak sempurna. Ada teman-teman kita yang lahir dalam kondisi cacat tubuh dan dalam kondisi perang kelaparan yang mengerikan. Tapi kita yang bisa lahir dalam kondisi tenang dan damai, masih ada kecenderungan untuk mengeluh dan nggak puas dengan kondisi kita. Mulai dari nggak puas kenapa harus lahir di kondisi keluarga yang mungkin tidak ideal dan juga nggak puas dengan kondisi hidup yang tidak sesempurna hidup orang lain. Kita pun pernah juga nggak puas dengan hal-hal sederhana dalam hidup kita : Kenapa sih pacar saya nggak sebaik pacarnya orang lain? Kenapa sih posisi karir saya tidak secemerlang posisi karir teman sekolah saya? Kenapa sih hidup saya begini-begini aja dari tahun ke tahun? Kenapa sih suami saya kok nggak kaya-kaya padahal dia baek banget orangnya? Ada lagi hal yang sering kita keluhkan? Pastinya masih banyak.

Ada korelasi antara dengan tingkat kepuasan hidup dengan semakin berjamurnya pusat-pusat hiburan di kota metropolitan ini? Musti diresearch dulu, tentunya. Ini baru hipotesa. But fakta menunjukkan, semakin banyak pusat perbelanjaan dan pusat hiburan dan pengunjungnya pun tidak pernah habis, malah semakin banyak saja! Pusat hiburan ini dibangun sebagai salah satu sarana, supaya membantu orang untuk lebih menikmati hidup dan lebih bahagia dan puas lagi dengan hidupnya.

Karena terinspirasi dari sebuah buku berjudul “100 Things To Do Before I Die”, saya pun tertarik untuk mengeksplorasi topik “kematian” ini. Di buku ini dijelaskan hal-hal apa saja yang patut dilakukan dalam hidup ini, supaya hidup nggak sia-sia, karena bisa jadi Tomorrow never comes, dan today is our last day. Kalau masih sering spontan bilang “Emangnya gue pikirin!” atau “Sebodo teing deh, yang penting gue happy”, dan pemikiran egois-egois lainnya, kudu pikir-pikir ulang. Salah satunya kalau kita benci dan kasar dengan seseorang, kita nggak peduli, padahal bisa jadi orang yang kita sakiti itu, mungkin aja, besok udah nggak ada lagi, dan kita udah nggak bisa ketemu dia lagi dalam hidup. Di rumah duka, banyak orang menangis kejer dan nggak terkontrol, nggak bisa melepas kepergian orang yang meninggal (biasanya orang terdekat : orang tua atau saudara atau sahabat), karena merasa sudah melakukan kesalahan yang menyakitinya, dan belum sempat meminta maaf. Memang ini teori yang belum tentu mudah dijalani, tapi patut dicoba, kita semua kudu berjuang ekstra keras, untuk baik sama siapa saja, kapan saja, dimana saja, karena bisa jadi hari ini adalah kesempatan terakhir kita melakukan itu.

Lalu, masih adakah hal-hal yang selama ini sering kita tunda, karena kita berpikir “jalan masih panjang”, “masih banyak waktu”, “kapan-kapan juga masih bisa”, atau “santai aja nanti juga masih bisa”. Kalau masih ada hal yang sering ditunda, kenapa juga nggak segera diberesin satu persatu. Dan masih adakah orang-orang di masa lalu yang kita benci banget dan kita belum pernah ada kesempatan untuk ketemuin dia dan minta maaf ke dia? Ini bagian yang cukup sulit, apa mungkin kita cariin satu persatu orang-orang yang pernah sakiti, dan kucuk-kucuk, bilang sama dia ”Eh, sorry yah...”. Kalau mau lakuin ini, sok silahkan, tapi bisa juga dengan melakukan hal lain, dengan punya niat yang tulus, untuk minta maaf dia dalam hati kita, dan maafin juga diri sendiri karena udah khilaf. Ada juga mungkin orang-orang yang pernah menyakiti hati kita dan sulit sekali melepas rasa dendam kesumat, huah...lagi-lagi, ini bagian yang nggak gampang, memaafkan orang yang jelas-jelas udah ngerusak hidup kita dan rencana-rencana kita. Ada satu tips ampuh untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti kita, yaitu : dengan duduk tenang, pejamkan mata, dan bayangin orang yang kita benci itu waktu masih bayi dan polos. Pointnya adalah sejahat-jahatnya orang itu, dia pun dulunya adalah seorang bayi polos yang baik hati, namun lingkungan yang kotor membentuknya seperti itu, dan dia kurang paham harus bertindak seperti apa dan menjadi korban dari lingkungan dan pola asuh di sekitarnya. So, kira-kira apa yang ingin dan perlu Anda lakukan sebelum Anda hembusin nafas terakhir? - with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071211 #22

Chocolate Soup For The Soul - enjoy #21 Reasons For God

Reasons For God...

”Hai, nama saya Sinta”

“Nama saya, Joko”

Sinta dan Joko berkenalan satu sama lain dan saling bertukar biodata.

Dan mereka pun saling bertanya.

“Ngg….Joko, boleh tanya satu hal?”

”Boleh, mau tanya apa”

”Ngg... Joko agamanya apa?”

“Oh, kalau aku agama A, kalau kamu?”

”Aku agama B”

”Yah, nggak masalah tapi kan, kalau kamu agama B dan aku agama A?”

”Iya, nggak masalah lah”

”Yakin kalau perbedaan agama nggak masalah?”, bertanyalah si tuan hati dan pikiran kepada dua manusia ini. ”Ya, masalah juga sih, apalagi di negara ini!”, jawab Joko.

Masalah pertama : nikah beda agama repot! Masalah kedua : kalau sudah punya anak, bingung si anak nanti pilih agama si ibu atau si bapak!

Masalah ketiga : mau teken surat nikah pun harus sepakat di tempat ibadahnya si suami atau si istri! Masalah keempat : pasangan yang sama agama aja harus ngadepin banyak masalah, apalagi kalau ditambah masalah beda agama, ini masalah prinsip nih, Bro!

“Memangnya agama itu apaan sih, Bunda?”, tanya seorang anak kecil umur 7 tahun yang sedang belajar berdoa dengan ibunya.

”Agama itu pegangan hidup kita kalau misalkan lagi ada masalah, Nak”, jawab sang Ibu.

”Kalau lagi nggak ada masalah, udah nggak perlu agama dong, Bun?”, tanya si anak lagi.

”Nggak dong, agama itu akan kita pegang terus sampai kapanpun juga, ada atau tidak ada masalah, agama itu apa yah, agama yah, supaya kita nggak salah jalan, dan supaya kita bisa selalu bahagia dalam hidup ini, Nak”, tandas sang Ibu.

”Yuk, coba posisi duduk yang rapih, sekarang kita bersyukur yuk dan berdoa yang kyusuk”, ajak si Ibu.

”Tapi, aku lagi nggak ada masalah, dan aku kan bisa megang Bunda, kenapa aku harus beragama dan berdoa, aku bingung”, protes si anak.

Si Ibu pun sengaja menutup mata, bersikap berdoa, dan si anak pun mengikuti posisi ibunya, dalam hati masih belum puas karena pertanyaan belum terjawab dengan tuntas.

Memangnya kenapa sih orang mau beragama dan capek-capek meluangkan waktu untuk berdoa dan menjalankan ibadah?

Dari hasil analisa kasat mata saya , ada beberapa alasan kenapa orang mau serius menjalankan agama, yaitu :

1. Masih belum merasa bahagia dan puas dengan hidupnya.

2. Masih belum mendapatkan keinginan dan belum mewujudkan impian hidupnya.

3. Masih ada masalah yang tidak terselesaikan dan belum ada jalan keluarnya.

4. Untuk menghilangkan rasa takut dan gelisah akan hal-hal yang belum terjadi.

5. Supaya hidupnya lebih bernilai dan bermakna lagi.

6. Masih hidup serba kekurangan : kurang duit, kurang sehat, kurang harmonis keluarga dan perkawinannya, dan kurang tenang hatinya.

7. Takut memiliki nasib buruk dan takut mengalami malapetaka dalam hidup.

8. Demi melanjutkan amanah dari orang tua dan sebagai bukti balas budi ke orang tua.

9. Supaya bisa jadi orang kaya, bahagia, sehat, ngetop, dan sukses.

10. Karena sering mengalami musibah dan hal-hal buruk dalam perjalanan hidupnya, dan berharap tidak mengalami masalah lagi dalam hidup.

Kesimpulannya, mau beragama itu karena kita mau mencapai kondisi hati yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Setuju atau tidak setuju?

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071210 #21

Chocolate Soup For The Soul - enjoy #20 Beauty of Wedding

The Beauty of Wedding

Bulan November dan Desember 2007 ini undangan menikah berkeliaran, berkejar-kejaran, dan berlumuran. Iya. Banyak sekali yang menikah. Spekulasi pertama : banyak yang mengejar supaya bisa punya anak yang lahirnya di tanggal 8 bulan 8 tahun 2008. Spekulasi kedua : karena takut nggak kedapetan gedung resepsi dan takut biaya wedding tambah mahal kalau ditunda lagi sampai tahun depan. Informasi dari beberapa kenalan EO dan WO pun menyatakan kalau hampir 90% gedung pernikahan di Jakarta khususnya sudah penuh untuk tanggal 8 bulan 8 tahun 2008. Tanggal pernikahan yang ideal dan harapannya bisa membuat perkawinan nantinya jadi ideal juga sampai ajal memisahkan. Angka 8, bagi orang Chinese, adalah angka hoki dan keberuntungan. Perhatikan plat nomor mobil petinggi-petinggi dan pengusaha kelas kakap, rata-rata mengandung angka 8, mulai dari B 8 MM, B 171 CT, B 18 RM, secara fengshui, dengan sering menggunakan angka 8, keberuntungan akan meningkat. Sebaliknya, angka 4 adalah angka yang dianggap sebagai angka sial. Kenapa? Karena dalam bahasa Chinese, angka 4 dibaca “Se” yang artinya mati. Sedangkan angka 8 dibaca “Ba” dan mirip dengan huruf “Fa” yang berarti berkembang/ makmur.

Balik lagi ngomongin soal wedding. Menikah adalah impian banyak orang, mulai dari yang muda (yang akan menikah) sampai yang tua (orang tua dan keluarga yang akan menikahkan). Wedding menjadi moment besar yang krusial untuk menunjukkan jati diri sebuah keluarga dan juga soliditas sebuah generasi. Kakek saya, salah satu contoh nyatanya, di usianya yang ke-75 tahun, impian terbesarnya saat ini adalah menyelenggarakan sebuah pernikahan megah bagi anak cucunya, dan mengundang seluruh kerabat keluarga dan sahabat. “Ada kepuasan yang tidak bisa dijelaskan kalau bisa ngawinin”, ungkap Beliau.

Beberapa kriteria pernikahan indah yang ada di benak sebagian besar orang, kira-kira seperti ini :

Pernikahan di sebuah hotel berbintang lima atau gedung pernikahan yang elite, catering dengan kualitas menu makanan yang teruji enak, gaun pengantin yang indah dan tidak terlihat murahan, undangan dengan desain yang elegan dan didalamnya bisa menuliskan gelar-gelar sarjana dari calon mempelai, ditambah lagi dengan kuantitas tamu yang diundang. Semakin banyak jumlah tamu yang diundang menandakan level dan kelas sosial pihak keluarga penyelenggara pernikahan. Semakin sedikit jumlah tamu yang diundang bukan berarti pihak keluarga tidak cukup mapan kondisi keuangannya, karena ada kemungkinan pihak keluarga mengadakan pesta pernikahan eksklusif RSVP yang jauh lebih mahal ketimbang pesta prasmanan. Untuk menikah, di zaman sekarang ini, untuk yang paling sederhana, minimal harus menyediakan budget Rp 100 juta, untuk undangan sebanyak 500-600 orang, dan di sebuah gedung resepsi non hotel. Dan para dewasa muda dan orang tua pun berjuang keras untuk bisa mewujudkan impian menikah. Yang paling sering terkena imbasnya adalah para kaum adam, yang selama ini, mendapatkan doktrin, kalau pesta pernikahan adalah tugas dan tanggung jawab pihak lelaki (syukur-syukur kalau turunan dari keluarga kaya, beban pun berkurang banget), pihak perempuan tinggal terima beres saja. Namun, kalau zaman sekarang sudah banyak perubahan, pihak perempuan pun turut terlibat banyak dalam proses pengadaan pesta pernikahan.

Untuk keluarga level sosial atas, biasanya, pihak perempuan tidak mau ketinggalan untuk mengeluarkan budget untuk pesta pernikahan, walaupun sebenarnya pihak lelaki sudah sepakat untuk menanggung seluruh biaya. Ada semacam aturan main, kalau pihak lelaki membiayai seluruh pesta pernikahan, pihak perempuan juga harus mengadakan pesta balasan, sebagai penyeimbang. Pihak perempuan pun mengadakan pesta pertunangan yang tidak kalah mewahnya, tak jarang, hanya berselang 1 minggu saja dari hari H pernikahan resmi. Salah satu pesan yang mau disampaikan oleh pihak perempuan adalah kalau keluarga kami (keluarga perempuan) punya kemampuan juga dan anak perempuan kami menikah dengan anak lelaki Anda, bukan semata karena harta loh, karena kami pun memiliki kemampuan yang tidak kalah jauh dari pihak Anda. Ini pesan tersirat – dan mohon maaf kalau hipotesa saya ini salah yah – Anyway, semua orang pastinya berharap dan berandai bisa merasakan keindahan dari sebuah wedding dan rela menabung untuk bisa membayar impian 2 jam berdiri di pelaminan indah bersama pasangan, orang tua, dan mertua. Biaya 1 Miliar pun, sah-sah saja, demi 1 hari seumur hidup bisa mengundang banyak orang dalam sebuah pesta pernikahan indah nan sempurna.

But, still, beauty of wedding is just for 2 hours, dan beauty of marriage is more than just 2 hours. Tanpa bermaksud untuk berpesimistik, tapi ada kisah nyata, seorang teman menikah dengan sangat mewah di sebuah hotel berbintang lima, biaya pernikahan bisa mencapai 1 M, sepertinya, tapi baru 1 tahun pernikahan, they decided to divorce, alasan klise : sudah tidak cocok lagi. Alamak! Sayang banget yah biaya pesta segitu mahalnya, mubazir, karena si mempelai nggak tahan dengan masalah-masalah yang muncul pada 1 tahun pernikahan. I do hope, kisah teman saya ini bisa jadi pelajaran berharga buat kita semua supaya nggak hanya siap dengan keindahan wedding selama 2 jam, tapi siap juga dengan warna warni pernikahan yang bakal berlanjut sepanjang komitmen hidup kita. Salah besar, kalau berpikir, dengan sudah pesta pernikahan dengan lancar, berarti tugas sudah selesai, sebaliknya, tugas baru saja dimulai, story just begins, crisis just begin, kapal baru mau melaju di antara ombak memabukkan dan terumbu indah dalam perjalanan.

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071209 #20

Chocolate Soup For The Soul - Enjoy #19 The Power of Money

The Power of Money

Para pengunjung yang setia, Selamat datang di abad uang, disini Anda bisa dapatkan apa saja dengan uang Anda”, suara seorang wanita menyambut para pengunjung kehidupan.

Di sudut ruang lain, terngiang samar : ”Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang!”

Tidak setuju! Mau kencing aja sekarang bayar tawuk!”, ungkap seorang bapak usia 40 tahunan. Fakta membuktikan : uang memiliki kekuatan dasyhat untuk mempengaruhi hidup seseorang. Baiklah, pemirsa, langsung saja kita saksikan, inilah realita kali ini, abad uang :

Dengan uang, orang bisa langsung merasa sedih atau senang.

Dengan uang, orang bisa saling membunuh dan menyakiti.

Dengan uang, suami istri bisa melupakan janji sucinya untuk terus saling mencintai.

Dengan uang, orang bisa menjadi lebih baik atau justru menjadi lebih buruk.

Dengan uang, seorang anak bisa membenci atau lebih menyayangi orangtuanya.

Dengan uang, kisah cinta yang indah dan sudah dibina sedemikian lama, bisa kandas juga.

Dengan uang, orang bisa bosan hidup ingin bunuh diri atau justru lebih bersemangat hidup.

Dengan uang, orang bisa merasa lebih berarti dan bernilai dalam hidup ini.

Dengan uang, seseorang bisa merasa lebih percaya diri atau lebih minder.

Dengan uang, orang bisa sembuh dari sakit atau mati sekarat dari penyakitnya.

Dengan uang, orang bisa lebih sering tertawa atau justru lebih sering menangis.

Dengan uang, barang apapun bisa dibeli atau sebutir beras pun tidak bisa dibeli.

Dengan uang, orang bisa lupa apa tujuan hidupnya atau makin sadar dengan makna hidupnya.

Dengan uang, cinta bisa tumbuh atau cinta bisa pupus dalam sekejap.

Dengan uang, seorang karyawan mampu bekerja lebih keras lagi atau justru bekerja setengah hati dan penuh perhitungan.

Dengan uang, orang bisa menjadi lebih sehat atau justru menjadi penyakitan.

Dengan uang, rasa lapar bisa hilang dan rasa kenyang bisa memuaskan.

Dengan uang, orang bisa sakit jiwa atau justru lebih sehat jiwanya.

Dengan uang, keluarga bisa lebih harmonis atau justru lebih hancur berantakan.

Dengan uang, orang bisa melakukan usaha untuk menjadi lebih kuat, bebas, suci, tenang...

Dengan uang, kita bisa menikahi dan memilih orang yang paling kita dambakan.

Dengan uang, tidak akan ada lagi pelecehan harga diri dan nama baik.

Dengan uang, anak-anak pasti bisa terjamin masa depan dan pendidikannya.

Dengan uang, anak bisa membalas budi ke orang tua atau justru durhaka pada orang tua.

Dengan uang, kita bisa naik haji, bisa ziarah ke Israel, dan ziarah keagamaan lainnya lagi.

Dengan uang, kita nggak bakal stress atau justru bakal makin stress.

Dengan uang, tidak perlu lagi merampok atau mencopet orang demi sesuap nasi.

Dengan uang, kita bisa bertahan hidup dan bisa terus ada di dunia ini, kan?

Tidak setuju!”, protes seorang penganut aliran positivistik yang yakin sekali kalau uang tidak memberikan pengaruh signifikan bagi kebahagiaan seseorang. Martin Selignman, ketua Psikolog dunia, sudah melakukan penelitian mengenai kebahagiaan selama bertahun-tahun, dan beliau pun menyimpulkan bahwa uang bukan kunci dari kebahagiaan. Karena banyak orang yang malah menjadi tidak bahagia setelah memiliki banyak uang dan banyak orang menjadi tidak sehat setelah memiliki banyak tabungan di mana-mana. Tapi, bukan berarti kita tidak lagi mencari uang lagi lah yah, please, back to real, kita butuh makanan, pakaian, dan rumah.

Ya wis, nggak usah bacot lagi deh, nggak ada duit, nggak idup!”, simpul seorang kenek angkot yang sedang menghitung uang-uang buluk di tangannya.

Eh, nggak dong, uang bukan segala-galanya...”, masih terngiang suara-suara yang mencoba berdalih.

Diem luh! Segala-galanya butuh duit! Gua tusuk luh ya, kalau elu masih ngomong lagi!”, pinta seorang pengamen yang sedang berkeliling ke metro mini demi metro mini.

- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071208 #19