Friday, September 30, 2005

Let Time Decide The Best For Us

Take that way you like. That`s ok. Dun just follow the wind blow, the river water flow. You can`t be like that for the rest of your life. You deserve a better way to live and to be alive.
Ask me why I leave
Ask me why I scream
Ask me why I kiss you
Ask me why I touch you
And ask me why I never understand you
You tell me why you crush on me
You tell me once again that you`re not as what I think.
You convince me that love isn`t countable
You said that you`ll learn how to love and how to be mine
But you never do that cause you just say a blind promise to me
Finally, I have to say that word you like to say to me…
Let Time Decide The Best For Us
It`s not a satisfying answer for us, right.

Merajut Impian Ros

Merajut Impian…
Dari dulu aku ingin menjadi seorang putri. Putri sebuah kerajaan dongeng indah yang tidak pernah berhenti bernyanyi senandung kasih tiada akhir.
Impian pertama, menjadi pemenang bagi diri sendiri.
Impian kedua, berjuang mengatasi kemarahan diri sendiri.
Impian ketiga, menerima diri sendiri dan bilang pada diri sendiri. Ya…aku pasti bisa. Pasti Bisa
Jika aku bisa, kamu pun pasti bisa. Rub sering mengucapkan kata-kata ini kepadaku. Rub, cinta yang selalu kutunggu sampai mati, mungkin.
Kenapa harus takut dengan hari esok? Toh, apapun yang terjadi, kita masih punya kekuatan besar yang terpendam. Rub sangat optimis dengan hubungan kami berdua.
Dear Rub, luka itu masih belum sembuh juga sampai detik ini. Aku masih belum bisa menerima kenyataan kamu memilih dia daripada aku. Cinta tidak memihak pada aku. Sekali lagi aku harus menerima kenyataan bahwa impian tidak selalu bisa terwujud.
Dear Rub, apa kabar kamu saat ini? Apakah kamu sudah merasa puas dan bahagia dengan pernikahanmu?
Dulu, kamu sering bilang kamu ingin sekali sebuah kehidupan yang sederhana, sebuah rumah mungil dan anak-anak manis duduk di pangkuan istrimu yang juga sederhana. Sederhana seperti yang sedari dulu kamu harapkan.
Rub, masih ingatkan dulu kita pernah berjanji akan terus menjaga hubungan kita walaupun kamu sudah menikah dan aku sudah hampir menikah. Kamu bilang, jangan pernah gara-gara pernikahan kita berdua terpisahkan oleh status.
Dear Ros, kabarku baik-baik saja, tentu aja aku masih ingat dengan janji kita dulu. Asal kamu tau aja, kamu selalu ada di hatiku dan tidak akan pernah hilang dari pikiranku. Pernikahan sederhanaku sangat menyenangkan, sampai saat ini aku merasakan semua impianku terwujud di rumah yang nyaman di bilangan Utara ini. Istriku mengerti bagaimana melengkapi kesepian, kehampaan, dan kelelahanku. Anak-anakku sudah mulai belajar mengenal dunia dan mereka lucu sekali. Setiap kali aku pulang kerja, aku capek sekali, lalu aku melihat istri dan anak-anakku, aku merasa puas dan lelah langsung hilang sekejap.
Aku senang mendengar kamu bahagia, Rub. I`m happy for you. Aku akan segera menikah, tepatnya sebulan lagi. Dari dulu aku bermimpi bisa menjadi pengantin wanita paling cantik duduk di pelaminan dan menatap lembut orang di sebelah kiriku yang tak lain adalah suamiku. Rub, masih ingatkan dulu kita sering menulis surat di saat pelajaran Sejarah SMA yang membosankan itu. Dan kamu pernah tanya aku, apa impian yang masih belum kuwujudkan. Lalu, aku bilang ke kamu, aku ingin sekali berada di negri Sakura di malam Natal yang dingin, dan ada seseorang yang menghangatkan tanganku yang dingin dengan genggaman tangannya yang sangat erat sekali.
Iya, Ros, aku lalu bilang kalau suatu saat aku akan menemanimu dan akulah yang akan menjadi orang pertama yang menghangatkan tanganmu yang dingin, bukan?
Wah, kamu masih ingat juga, Rub? Rub, kenapa yah kita tidak bisa mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah kita rangkai di masa sekolah dulu?
Ros, aku sering bertanya pada diriku sendiri, apakah ini yang kumau? Apakah pernikahan ini yang dari dulu kuharapkan. Sepertinya iya, aku mendapatkan segalanya yang kumau, tetapi aku masih merasa kosong. Istriku sudah berusaha keras untuk mengisi kekosongan itu. Dia sangat sabar dan tidak berhenti meyakinkanku betapa besar rasa sayang dan cintanya padaku.
Rub, aku ingin kamu bahagia dan tidak kosong lagi. Istrimu pasti sangat mengerti kamu.
Ros, sebenarnya aku sudah berpikir panjang sekali, sampai rambut rasanya hampir rontok memikirkan ini.
Apa itu, Rub? Kamu ada masalah apa lagi?
Ros, sepertinya kekosongan itu bersumber dari satu hal deh.
Aha…apa itu, Rub?
Ros, aku selalu menyimpan kenangan kita di hati ini. Di dada ini. Sentuhlah dada ini. Rasakan detaknya. Rasakan gejolaknya.
Rub, kenapa kamu jadi begini?
Ros, aku butuh seseorang.
Kamu sudah ada istri dan anak-anakmu, bukan?
Iya, aku tahu, tetapi aku masih butuh satu orang yang tidak pernah berhenti memberikan kedamaian di saat kegersangan itu tumbuh.
Rub, kamu sudah tau jawabannya kan sebenarnya?
Iya, Ros, jawabannya sangat sederhana.
Hahahaha…lagi-lagi sederhana. Kamu sangat suka kesederhanaan yah?
Ros, kamu tau kan arah pembicaraanku?
Hmm…hanya tebak-tebak saja dan bukan hal yang pasti, Rub.
Ok, Ros, aku cuma mau kamu tau, ternyata kamu adalah orang yang selama ini aku cari untuk mengisi kekosongan di jiwa ini.
Rub, aku juga selalu berpikir seperti itu. Setiap malam aku tidak pernah berhenti memikirkan kamu. Aku selalu menyimpan janjimu di dada ini. Dada ini sering sesak ketika aku menyadari ternyata kita tidak mungkin bisa bersatu.
Ros, ikatan benang merah ini tidak akan pernah terlepas. Kamu selalu menjadi orang paling penting bagi aku.
Terima kasih, Rub. Sebulan lagi aku akan menikah dan kita tidak bisa seperti sekarang ini lagi.
Kenapa tidak bisa? Aku akan terus mengetuk suara hatimu dari kejauhan, Ros. Aku bener-bener kangen sama kamu, Ros.
Rub, aku bisa merasakan getaranmu dari kejauhan.

Friday, September 23, 2005

Krisis Cinta Yang Baru

Beberapa harapan akan cinta baru sedang muncul di depan mata.
Ada Mr.Manja yang punya segudang cara untuk menghujamiku dengan perhatiannya. Dia membuatku selalu dekat dengannya. Telponnya yang sensual, smsnya yang centil, dan juga usahanya untuk selalu menjadi pelindung.
Ada juga Mr.Nice Guy, sudah hampir 6 bulan, dia masih setia menanti kesempatan yang kali-kali saja akan kuberikan padanya. Dia sabar menanti, tetapi jawaban masih belum kunjung kudapat.
Ada Mr.Leader, tiba-tiba muncul, sebelumnya, aku sering melilhatnya dari kejauhan, dalam hati hanya bergumam, seandainya saja aku bisa…dengannya. Impian seperti menjadi kenyataan. Dia yang begitu jauh, kini tiba-tiba menjadi begitu dekat. Dia ada di setiap saat aku memikirkannya. Dia pun datang di saat aku bertanya-tanya….apa yah yang sedang ia kerjakan.
Ada Mr. Nathan, cinta lama sejak SMA dulu, dia segera akan menikah dengan pacarnya, membina perkawinan indah yang sejak dulu sudah ia impikan. Dia seperti sebuah buku yang tidak pernah bosan kubaca. Dia terus ada di dalam hati ini. Diakah cinta sejati yang akan selalu kutunggu?
Yang terakhir, sempat menggoreskan kenangan di biduk sukma ini. Mr.Superman dari negri Toba. Awalnya, dia hanya sebuah khayalan. Kami kenal di dunia khayal. Kami berandai-andai banyak hal. Tentang cinta, masa depan, dan juga harapan. Lalu, pelan-pelan ia masuk ke dalam dunia nyataku. Dia bilang, dia ingin menjadi nyata bagi hidupku. Dia tidak hanya ingin menjadi sekedar khayalan bagiku. Ia ingin menjadi sesuatu yang riil. Ia pun pergi…Ia punya khayalan lain yang sedang diwujudkannya.
Begitu banyak harapan yang tinggal kupilih saja, tetapi memilih tidaklah semudah menjentikkan jari. Aku harus memahami apa makna dari masing-masing pilihan itu terlebih dahulu. Sebelum akhirnya terjerumus ke lubang kepedihan seperti sebelum-sebelumnya.

Delon, Cinta, dan Prinsip

Di lagu Delon, ada lirik yang cukup menarik, “semua karena cinta, semua karena cinta, bukan karena kuat dan hebatku” Kenapa bukan karena kuat dan hebat diri sendiri kita bisa menjadi seorang yang tegar dan kuat?

Demi cinta, seseorang rela berbuat apa saja. Meninggalkan agamanya, meninggalkan jati dirinya, melepaskan prinsipnya. Dengan mengatasnamakan cinta. Apakah perlu kita melakukan hal itu?

Banyak pilihan dalam hidup ini. Pertama, tetap bertahan dengan keyakinan dan prinsip sendiri. Kedua, mengikuti arus luar dari orang lain, entah itu pasangan kita sendiri. Pilihan bisa memiliki positif dan negatif. Yang bisa menilai pun sebenarnya adalah diri kita sendiri. Bagaimana jika kita harus memilih antara cinta dan prinsip? Jika kita bertahan dengan prinsip, kita mungkin akan kehilangan cinta. Jika kita tetap bertahan dengan cinta, dan harus melepaskan prinsip hidup, itu juga sebuah pilihan. Dari pilihan-pilihan ini sudah siap konsekuensi yang akan kita terima.

Sebelum memutuskan untuk memilih cinta daripada prinsip, kita harus bisa berpikir. “pentingkah perjuangan ini?” “bisakah saya bertahan tanpa adanya prinsip ini?”
Jika jawabannya memang “tidak penting dan ya saya bisa bertahan tanpa prinsip ini”, itu sudah menjadi sebuah akibat baru. Kita sudah memutuskan untuk memilih.

Akibat Curiga Berlebihan

Hal yang sangat simple, tetapi bikin gue mau ketawa juga. Karena curiga berlebihan dengan 1 cewe yang pas zaman sma duduk di depan gue. Suatu hari, gue mencari-mencari penghapus yang memang agak mungil. Langsung saja gue tuduh dia. Udah deh gue nggak becanda lagi sama lo. Sini gak. Dan dia bilang nggak ada…beneran nggak ada. Gue masih nggak percaya dan gue gobrak gabrik tas, meja, dan juga kantong baju seragamnya. Gue udah kesel dan bilang dia itu keterlaluan kalo becanda. Dia memang udah seringkali ngerjain gue. Setelah beberapa menit, gue diam, capek juga nyari-nyari di tempat dia tapi nggak ketemu. Ternyata, penghapusnya ada di meja gue, ketindih buku tulis dan terselip di antara lembaran kertas. Hahahaha…malu juga. Tadinya gue sempet nggak mau kasih tau temen di depan gue itu, supaya dia merasa bersalah. Tapi karena she`s one of my best mate, gue crita juga deh. Dan dia bilang…makanya jangan curiga berlebihan donk…abis itu, kita jadi tertawa geliii banget dan sudah lewat 5 tahun, kejadian itu masih teringat jelas. Lucu juga yah cuma karena penghapus mungil yang nggak penting, rasa curiga bisa muncul begitu gedenya.

Sebuah Pertanyaan...

Yang tahu masalah persisnya seperti apa. Hanyalah Allah?
Hmm….
Have to analyze about it

Sebuah Cerita...Cinta Lagi

Masa kecil. Ketika TK, ada seorang anak perempuan yang sangat cengeng dan ia pun diganggu terus oleh teman-teman di sekitarnya. Ia juga tidak dijemput dan sendirian setiap kali bel bubar sekolah berbunyi. Ibunya adalah seorang janda yang bekerja sebagai penjahit dengan penghasilan pas-pasan. Ayahnya pergi meninggalkannya begitu saja. Ia punya seorang kakak yang harus diserahkan ke orang lain karena ibunya tidak bisa membiayainya lagi. Chika, nama anak perempuan itu. Chika sering berdiri di depan sebuah rumah sangat megah, itu adalah rumah peninggalan ayahnya. Dari kejauhan, Chika melihat ayahnya bersama keluarga barunya. Chika berjalan di sisi jalan. Suatu hari ada seorang anak laki-laki yang sedang menangis karena jatuh dari sepeda. Chika menolongnya. Anak laki-laki itu malah memukulnya. Chika bengong. Chika langsung meninggalkannya. Keesokannya, Chika kembali ke rumah tua itu. Konon, diceritakan bahwa rumah tua itu menyimpan banyak kenangan. Kenangan ketika masih bersama ayahnya. Kakeknya yang juga sudah meninggal dunia. Chika tidak punya apa-apa lagi selain mamanya.
Chika senang bermain ayunan. Suatu saat ia kembali bertemu anak laki-laki yang dulu pernah terjatuh di selokan dan mencoba untuk minggat dari rumah. Anak laki-laki itu memberikan permen ke Chika.

Beranjak dewasa.
Diawali dengan masa ospek. Terus bersama, mulai di angkot, di pagar depan sekolah. Dihukum bareng. Serunya masa ospek. Minta tanda tangan dsb dsbnya. Perpisahan dengan teman kecilnya, tidak membuat Chika berpikir bahwa ia akan kembali bertemu lagi dengan
Konflik : ketika cinta Chika tidak bisa bersatu karena terbatasi oleh perbedaan kasta.
Chika percaya akan adanya cinta sejati, tetapi Chika pun harus belajar untuk melupakan keyakinannya itu.

INT. Ballroom sebuah hotel berbintang 5
Di pernikahan Ruby, Chika datang dengan Bastian. Ruby terlihat cukup puas dengan pernikahannya.

EXT. Kebun rerumputan yang sangat luas.
Chika dan Ruby tidur di atas rumput, menatap langit. Mengenang masa ketika mereka masih kecil Ruby kembali bertanya.
“Apa impian terbesar kamu?”
“Hanya ada satu…”
“Apa itu”
“Kamu…”

Perpisahan itu ternyata tidak enak yah. Regine. Orang yang akhirnya kupilih. Tapi Regine malah mengkhianatiku. Regine bilang, Regine ingin sekali menjadi sebuah ibu. Tapi aku? Aku tidak bisa memenuhi impian Regine. Aku mandul.

Ruby, jangan sedih. Ruby, aku selalu disini. Chika. Chika yang dari dulu selalu menunggumu.

Bagaimana dengan Rio yang sudah hampir 5 tahun menunggu kepastian dari kamu. Kamu yang selalu menghindar setiap kali Rio mengajak untuk menikah.

Aku capek, Rub. Rio terlalu baik dan setiap detik aku terus membohonginya dan membohongi diriku sendiri.

Hanya satu impianku.
Dan itu adalah kamu, Ruby.
Kita harus hentikan semua ini, Rub.
Kenapa sih, Chik? Kamu takut apa?
Kalo Regine tiba-tiba datang, kasihan dia.
Kamu masih bisa kasihan sama dia, Chik?
Ya, tentu saja, aku juga wanita, aku mengerti sakitnya dikhianati.
Aku pernah khianati kamu, Chik.
Iya…itu sakit banget.
Maafkan, Chik. Tapi kesalahan terbesar dalam hidupku adalah aku tidak memilih kamu.
Sudahlah, Rub. Itu nggak usah dibahas lagi.
Aku akan segera pisah dengan Regine.
Jangan. Karir kamu sedang bagus-bagusnya.
Aku nggak peduli.
Kalau Regine tiba-tiba hamil?
Itu nggak mungkin. Sudah hampir 4 tahun, dan dokter sudah bilang, masalahnya ada di aku.
Aku nggak mau, Rub. Sudah cukup aku mempermainkan diriku sendiri. Aku sudah lelah dengan permainanmu.
Chika, kamu bener-bener sudah benci padaku yah.
Aku nggak benci.
Lalu kenapa?
Aku merasa hal ini tidak pantas.
Jadi…kamu benci aku?
Rub…ini bukan masalah benci atau tidak.
Lalu apa….aku bener2 nggak ngerti…
Sudah deh. Aku sudah harus pulang.
Chik…tunggu.
Udah deh, lepasin…
Chik, tolong pikirkan. Kali ini aku bener-bener serius dan nggak main-main.
Rub, kamu sudah pernah bilang seperti itu juga.
Chik, kamu sudah nggak percaya aku lagi?
Tolong…lepasin…

INT. Bandara Airport.
Jangan pergi sebelum aku datang. Aku ingin kasih liat kamu sesuatu.
Oh…
Kali ini aku bener-bener serius. Jika dada ini bisa dibelah, orang pertama yang akan menyentuh adalah kamu.
Idih..serem banget.
Aku serius..
Aku takut darah
Aku nggak mau bercanda.
Hahaha tapi aku beneran takut darah.
Ya sudahlah, jangan dibahas lagi, ga penting!

Ketika Semua Sibuk Mengertik

Tik tik tik tik tik ketik tik tik tik ketik…
Semua sedang sibuk….
Tik tik tik ketik tik tik tik…
Sibuk…sibuk sibuk nichh…..
Semua sedang sibuk…
Sibuk bermain internet…
Tik tik tik tik tik…
Wuahh….sibukkk sekali orang-orang ini…
Tik tik tik tik ….
Ngapain yah?
Browsing?...
No!
Tik tik tik tik tik tik …
Semua sedang bermain mesin untuk ngobrol….
Tik tik tik tik ketik…
Wow…
Luar biasa…kecepatan mengetik menjadi dua kali lipat cepatnya…
Ada apa dengan orang-orang ini…
Aku pun terhanyut menikmati ketikan demi ketikan…
Tik tik tik tik … terus terus…terus mengetik…
Sampai titik ketik mencapai titik terakhir dari si mesin tik.

Monday, September 19, 2005

It`s been 6 years

“Aku resah”
“Kenapa lagi, Sayang”
“Selalu saja seperti ini…”
“Ayo ada apa lagi…please tell me…”
“I don’t know what to say and how to say it to you”
“Aku merasa kosong”
“Ada aku disini, Say”
‘How can I believe in you?”
“Kamu meragukan aku?”
“Ya, tentu saja…”

Kami terdiam…
Lalu dia menatap mataku…tatapan yang sangat dalam sekali…
Aku buang mukaku ke sisi lain, aku lihat ke arah jalan, supaya tidak lagi melihat wajahnya…

“I`m so so tired, you know…”

”Yes, I know that…”
“Hahaha…how can you know about that…”

”If only I have a chance, I`ll try to be the best for you”
“Oh ye…it`s been too much nice words I`ve heard…”
“You can count on me in this case…”

Kudengar alunan musik yang sedang diputar di mobil jeep yang sangat dingin ini.

“Baby, you all that I want…”
“Love is all that I need…”

"hahaha....iya percaya?!"

Di malam itu, no answer I got…
He just sat very sound near beside me…
Just look into my eyes…
From the deepest of my heart I know for sure that there`s nothing more than just a little hope that love will come to us.

“Hanya maut yang bisa memisahkan dia dan cintanya”

”Kok berpikir seperti itu sih…”
“I love him…but destiny doesn’t want to win us….”
“Masih banyak yang lain, Sayang…”

”Hm….Yeahh…”
“Kamu masih belum bisa melupakan dia juga sampai saat ini?!”
“Nggak akan pernah bisa sepertinya…”

It`s been almost 6 years...

Thursday, September 08, 2005

A Song For You, Jerky

Tiada lagi kasih yang dulu
Yang tertinggal hanyalah kenangan saja
Sekarang…
Harus kujalani hari yang baru
Hari tanpa memikirkan dirimu…

Walau semua begitu menyakitkan
Namun aku tidak berharap
Semua tidak pernah terjadi
Karena…
Aku ingat betapa indahnya
Indah kenangan saat kita berdua…

Itu semua kenangan yang tak mungkin kulupakan
Jangan paksa aku untuk melupakan semua itu…
Biarkan aku hidup dengan kenangan dan mimpi baruku

Oh…kasih…terimakasih…
Setidaknya aku sudah pernah merasakan indahnya bersamamu…
Semoga kau pun begitu juga…
Tidak lupa begitu saja dengan kenangan kita

Wednesday, September 07, 2005

Orang-orang "Kecil" Yang Terlupakan

Aku bekerja di salah satu stasiun televisi yang cukup terkenal di negaraku. Untuk bisa diterima di perusahaan cukup besar ini, tidaklah mudah. Banyak sekali serentetan tes yang rumit dan sulit. Aku sendiri tidak mengerti bagaimana bisa aku diterima. Sejak duduk di SD, aku sudah dikenal sebagai anak yang aneh, penyendiri, bahasa kerennya “Freak” dan sulit dimengerti. Hari-hariku sampai aku berusia 28 tahun sekarang ini, aku habiskan dengan kesendirian dan kesepian.
Setiap hari pulang kerja, aku menuju kost mungil dengan biaya yang mungil juga. Disana aku sendirian. Ada sih teman se-kost, tetapi mereka semua sepertinya sibuk dan tidak ada waktu untuk bersosialisasi dengan aku yang aneh ini. Yup. Banyak orang bilang aku aneh, walaupun dengan bahasa yang halus atau nada menghentak di belakang kupingku. Pernah aku dengar atasanku menggerutu kepada rekan kerja yang lain.
“Heran deh aku, itu orang harus diapakan lagi yah….Nggak ngerti aku cara menghadapinya!!!”
Tidak jarang juga ada yang meledek dengan lembut betapa anehnya selera musikku. Di zaman secanggih ini, aku justru sangat menikmati alunan musik Jawa Keraton yang bisa membuat teman-temanku terkantuk-kantuk atau sedikit mual mendengarnya.

“Lalu, Mas, kalau liburan, ngapain aja nih?”, gadis luwes yang pernah kuceritakan itu sepertinya masih berusaha untuk menjalin komunikasi dengan aku.
Hmm…..aku diam sejenak, tersenyum, sambil menatap ke arah luar jendela.
“Ya…paling di kost aja…”
“Nggak jalan ke mall, Mas?”
“Aku nggak gitu suka yah..”
“Ooo….”
“Aku lebih sering seharian naik bus ke arah Bogor, lalu langsung balik lagi ke sini…”
“Maksudnya?”
“Ya…aku nikmati perjalanan di bus itu aja, biar waktu terasa lebih cepat dan malam pun segera datang…”
“Loh…h eh…seru juga ya sepertinya, Mas…”
“Ya begitulah….kalau kamu?”
“hmm…kalo aku anak mall, Mas, kalo weekend aku pasti ke mall dan cuci mata liha-lihat barang yang lucu-lucu…”
“Kalau aku nggak suka dengan suasana yang berisik seperti di mall..lebih suka suasana di pedesaan Jogja…”
Percakapan singkat dengan gadis belia itu lumayan menghiburku. Aku kembali melanjutkan kesibukanku. Hah. Ini bukan kesibukan, tepatnya adalah rutinitas atau keharusan karena aku bekerja disini.

Makan siang telah tiba. Semua rekan-rekanku sibuk memikirkan akan makan dimana, mau makan apa, mau ajak siapa saja. Tapi aku? Tidak ada yang berniat mengajakku lagi sejak beberapa kali aku menolak ajakan mereka. Aku menuju kamar mandi mencuci tangan. Bolak-balik mencuci tangan berharap waktu segera lewat setiap kali aku sibuk bolak-bolak kamar mandi. Aku juga ingin menunjukkan aku juga sedang sibuk, aku tidak perlu diajak makan siang bersama.
Suasana ruangan kantor sudah sepi. Semua sudah keluar makan siang. Hanya ada 2-3 orang saja yang memang terlalu sibuk sehingga tidak sempat meluangkan waktu untuk makan. Aku biasanya makan ketika mereka semua sudah kembali ke ruangan. Entah apa yang kuhindari, aku sebenarnya ingin sekali bergabung dan terlibat dengan obrolan seru mereka. Bergaul dan berkomunikasi dengan mereka. Namun, hal itu sepertinya tidak cukup mudah. Aku sudah terlanjur dianggap aneh dan mengganggu suasana keakraban mereka saja.
Akibatnya…
Ini adalah akibat dari perbuatan, pikiran, dan perasaan burukku sendiri. Aku yang menilai negatif diriku dan aku yang tidak bisa menghargai diriku sendiri. Aku sendiri saja tidak bisa menghargai diri sendiri, apalagi orang lain.
Aku pun menjadi orang”kecil” yang sering terlupakan. Aku tidak berharap untuk mengingatkan mereka untuk tidakmelupakan aku, tetapi aku juga tidak berharap mereka terus melupakanku seperti ini. Aku masih punya harapan terpendam untuk diterima dan diajak ngobrol bareng.
Jika harapan itu hanya sekedar harapan, aku juga sudah siap menerima kenyataan bahwa aku memang tidak perlu lagi berpikir keras untuk bisa menjadi bagian dari mereka.

Sebentar lagi jam pulang kantor…
Di saat mereka semua bergaduh-gaduh girang karena segera bisa pulang ke rumah. Aku sibuk mengetik hal yang tidak jelas juga, supaya terlihat sibuk dan tidak diajak pulang bersama. Loh?! Bukan, bukan, mereka juga tidak akan mengajakku pulang bersama. Tetapi imajinasiku mengatakan mereka akan mengajakku pulang atau sekedar mengucapkan salam perpisahan…
“sampai jumpa besok…”

Aku masih tetap berkutat sendiri dengan kesepian di pojok sana. Mejaku terletak di pojok sebagai simbol aku yang terpencil dan tanpa disengaja…terlupakan.

Orang-orang “kecil” Yang Sering Terlupakan

Beginilah nasib menjadi orang “kecil”
Di saat semua sedang bergembira, aku hanya sendiri, kosong dengan pikiranku.
Di saat semua sedang sibuk dag dig dug, aku di pojok sana menikmati kopi panasku.
Aku seperti tidak ada.

“hey, kamu sibuk yah?”, seorang wanita muda cantik yang cukup luwes bergaul bertanya sekilas padaku. Aku tahu ini hanya sekedar basa-basi untuk mengurangi kesepianku. Wanita ini cukup peka dan ia sepertinya tahu kalau aku sedang dilupakan oleh yang lain.

Aku tersenyum meringis dan menatap matanya dengan kelembutan.
“aku kayaknya nggak pernah sibuk tuh…”, aku tersenyum dengan bangganya.

Kulihat gadis itu sedikit mengerutkan dahi. Di dalam pikirannya, ia pasti bingung. Bagaimana mungkin di saat hampir semua orang sedang sibuk, kok aku malah bilang aku tidak pernah sibuk. “manusia yang aneh”, dia pasti berpikir seperti itu.

To be continued***** hahahaha sorry…interrupted

Monday, September 05, 2005

Next Target To Be True

Do you believe in yourself? Do you believe in the power of dream and the power of mind?
I believe...
Nothing is impossible in this life...as long as we have already known what we want, sweety...
3 more months to 2006...
My next target :
* South Korea....- Beautiful winter in Korea...-
* Japan ...- White Christmas in Osaka-
Preparation for the next degree...yeah...You got it...
So, what` bout you, guys? Prepare your next target ok...

Sunday, September 04, 2005

What a Jerk You Are!

Oke….satu lagi permainan sudah hampir selesai dan hampir saja I lose this game. Hmm…I`m trying very hard to see positively my current problem.
Hmm…jika ada yang tidak mengena di hati, kenapa tidak langsung saja katakan.
Jika ada yang mengecewakan, kenapa tidak langsung saja bilang.
Apakah harus sembunyi-sembunyi seperti ini?
Untungnya permainan belum sampai terlalu lama, sehingga aku masih bisa kembali mundur.
Masalahnya adalah tidak semua hal dapat dengan mudah dilupakan.
Tidak selamanya, segala hal menjadi mudah ketika kekecewaan itu hadir kembali.
Damn it.
Aku hanya berteriak, kenapa aku terperangkap lagi dengan kesemuan ini.
Dari awal kan sudah dibilang, jangan sembarangan bermain-main, jangan sembarangan memberikan perasaan ke orang yang tidak tepat.
Lihat kan nyatanya…
Sekarang siapa yang seharusnya kalah dan siapa yang seharusnya menang.
Permainan terlalu cepat selesai nih dan aku jadi tidak mengerti mengapa endingnya begitu cepat.
Flow cerita belum mengalir dengan sempurna bukan, tetapi sudah harus berakhir juga.
Sayang sekali…
Terlalu banyak kata sayang yang harus dibuang begitu saja dan terlalu banyak kepalsuan yang harus dikubur jauh sebelum sayang itu tumbuh kembali.

Dedicated to Mr.Clark Kent yang pernah bilang….”kali ini dia bener-bener mau serius dengan Princess Lana Lang”…ternyata Mr.Clark Kent berbohong…dia terbang sebelum pertandingan ala Superman dimulai dan dia hanya membiarkan Lana melongo cengo tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Lana to Clark Kent : Mana janjimu?! What a Liar you are!