Friday, September 30, 2005

Merajut Impian Ros

Merajut Impian…
Dari dulu aku ingin menjadi seorang putri. Putri sebuah kerajaan dongeng indah yang tidak pernah berhenti bernyanyi senandung kasih tiada akhir.
Impian pertama, menjadi pemenang bagi diri sendiri.
Impian kedua, berjuang mengatasi kemarahan diri sendiri.
Impian ketiga, menerima diri sendiri dan bilang pada diri sendiri. Ya…aku pasti bisa. Pasti Bisa
Jika aku bisa, kamu pun pasti bisa. Rub sering mengucapkan kata-kata ini kepadaku. Rub, cinta yang selalu kutunggu sampai mati, mungkin.
Kenapa harus takut dengan hari esok? Toh, apapun yang terjadi, kita masih punya kekuatan besar yang terpendam. Rub sangat optimis dengan hubungan kami berdua.
Dear Rub, luka itu masih belum sembuh juga sampai detik ini. Aku masih belum bisa menerima kenyataan kamu memilih dia daripada aku. Cinta tidak memihak pada aku. Sekali lagi aku harus menerima kenyataan bahwa impian tidak selalu bisa terwujud.
Dear Rub, apa kabar kamu saat ini? Apakah kamu sudah merasa puas dan bahagia dengan pernikahanmu?
Dulu, kamu sering bilang kamu ingin sekali sebuah kehidupan yang sederhana, sebuah rumah mungil dan anak-anak manis duduk di pangkuan istrimu yang juga sederhana. Sederhana seperti yang sedari dulu kamu harapkan.
Rub, masih ingatkan dulu kita pernah berjanji akan terus menjaga hubungan kita walaupun kamu sudah menikah dan aku sudah hampir menikah. Kamu bilang, jangan pernah gara-gara pernikahan kita berdua terpisahkan oleh status.
Dear Ros, kabarku baik-baik saja, tentu aja aku masih ingat dengan janji kita dulu. Asal kamu tau aja, kamu selalu ada di hatiku dan tidak akan pernah hilang dari pikiranku. Pernikahan sederhanaku sangat menyenangkan, sampai saat ini aku merasakan semua impianku terwujud di rumah yang nyaman di bilangan Utara ini. Istriku mengerti bagaimana melengkapi kesepian, kehampaan, dan kelelahanku. Anak-anakku sudah mulai belajar mengenal dunia dan mereka lucu sekali. Setiap kali aku pulang kerja, aku capek sekali, lalu aku melihat istri dan anak-anakku, aku merasa puas dan lelah langsung hilang sekejap.
Aku senang mendengar kamu bahagia, Rub. I`m happy for you. Aku akan segera menikah, tepatnya sebulan lagi. Dari dulu aku bermimpi bisa menjadi pengantin wanita paling cantik duduk di pelaminan dan menatap lembut orang di sebelah kiriku yang tak lain adalah suamiku. Rub, masih ingatkan dulu kita sering menulis surat di saat pelajaran Sejarah SMA yang membosankan itu. Dan kamu pernah tanya aku, apa impian yang masih belum kuwujudkan. Lalu, aku bilang ke kamu, aku ingin sekali berada di negri Sakura di malam Natal yang dingin, dan ada seseorang yang menghangatkan tanganku yang dingin dengan genggaman tangannya yang sangat erat sekali.
Iya, Ros, aku lalu bilang kalau suatu saat aku akan menemanimu dan akulah yang akan menjadi orang pertama yang menghangatkan tanganmu yang dingin, bukan?
Wah, kamu masih ingat juga, Rub? Rub, kenapa yah kita tidak bisa mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah kita rangkai di masa sekolah dulu?
Ros, aku sering bertanya pada diriku sendiri, apakah ini yang kumau? Apakah pernikahan ini yang dari dulu kuharapkan. Sepertinya iya, aku mendapatkan segalanya yang kumau, tetapi aku masih merasa kosong. Istriku sudah berusaha keras untuk mengisi kekosongan itu. Dia sangat sabar dan tidak berhenti meyakinkanku betapa besar rasa sayang dan cintanya padaku.
Rub, aku ingin kamu bahagia dan tidak kosong lagi. Istrimu pasti sangat mengerti kamu.
Ros, sebenarnya aku sudah berpikir panjang sekali, sampai rambut rasanya hampir rontok memikirkan ini.
Apa itu, Rub? Kamu ada masalah apa lagi?
Ros, sepertinya kekosongan itu bersumber dari satu hal deh.
Aha…apa itu, Rub?
Ros, aku selalu menyimpan kenangan kita di hati ini. Di dada ini. Sentuhlah dada ini. Rasakan detaknya. Rasakan gejolaknya.
Rub, kenapa kamu jadi begini?
Ros, aku butuh seseorang.
Kamu sudah ada istri dan anak-anakmu, bukan?
Iya, aku tahu, tetapi aku masih butuh satu orang yang tidak pernah berhenti memberikan kedamaian di saat kegersangan itu tumbuh.
Rub, kamu sudah tau jawabannya kan sebenarnya?
Iya, Ros, jawabannya sangat sederhana.
Hahahaha…lagi-lagi sederhana. Kamu sangat suka kesederhanaan yah?
Ros, kamu tau kan arah pembicaraanku?
Hmm…hanya tebak-tebak saja dan bukan hal yang pasti, Rub.
Ok, Ros, aku cuma mau kamu tau, ternyata kamu adalah orang yang selama ini aku cari untuk mengisi kekosongan di jiwa ini.
Rub, aku juga selalu berpikir seperti itu. Setiap malam aku tidak pernah berhenti memikirkan kamu. Aku selalu menyimpan janjimu di dada ini. Dada ini sering sesak ketika aku menyadari ternyata kita tidak mungkin bisa bersatu.
Ros, ikatan benang merah ini tidak akan pernah terlepas. Kamu selalu menjadi orang paling penting bagi aku.
Terima kasih, Rub. Sebulan lagi aku akan menikah dan kita tidak bisa seperti sekarang ini lagi.
Kenapa tidak bisa? Aku akan terus mengetuk suara hatimu dari kejauhan, Ros. Aku bener-bener kangen sama kamu, Ros.
Rub, aku bisa merasakan getaranmu dari kejauhan.

1 comment:

Fery said...

tulisannya kecil2, sehingga harus di pelototi