I sense it, I feel it, and I see it... Life can be sense, Life can be non sense... I`m learning to sense the life
Wednesday, June 25, 2008
Sahabatku, Sepatuku, Obsesiku
Hampir 10 tahun sejak masa sekolah, hoby shopping saya geluti. Apa saja yang indah, pasti saya beli. Apa saja yang enak, pasti saya makan. 2 tahun ini, banyak yang berubah. Saya belajar hal-hal berharga yang nggak akan saya dapat kalau saya tidak melewati fase-fase perjalanan hidup saya : sulit dan non sulit.
1. Kisah sepatu. Tahun 2006 saya beli 1 sepatu hitam merk Bucherri dengan harga 225 ribu, harga yang cukup tinggi, biasanya saya beli sepatu seharga 50 ribu, tapi rutin sekali atau 2 kali seminggu, dan hanya hitungan 2-3 bulan biasanya sudah buduk. So, saya putuskan untuk beli sepatu bermerk cukup terkenal, karena waktu itu saya pakai untuk mengajar. Ups, di usia 17 tahun, pernah saya alami insiden, di pesta sweetseventeen, sepatu saya patah dan saya harus nyeker untuk pulangnya. Kapok sembarangan milih sepatu, ditambah lagi tante saya 6 tahun lalu terpeleset di pasar, karena sendalnya licin, padahal sendalnya saya yakin betul harganya di atas 400 ribu. Bayangkan, sandal merk mahal saja bisa bikin tante saya terpeleset dan harus berbaring di ranjang selama 5 bulan, kakinya harus dipasang pen, wuuff, pastinya sakit banget, dan kalau ke WC harus digendong oleh suami/ anak-anaknya. Ok, balik lagi, jadi sepatu yang saya beli di tahun 2006, sampai sekarang masih saya pakai, dan saya makin cinta dan makin bersyukur, sepatu ini sudah 2 kali saya sol ulang, dan makin nyaman dipakai, sepatu ini juga sudah menemani saya melewati pengalaman-pengalaman menarik selama bekerja. Hanya sepatu kulit biasa, tapi ada kesan mendalam yang saya rasakan tiap kali lagi berjalan dan menunduk melihat ke arah sepatu. Dalam hati bergumam, bisa saja saya beli sepatu lain, tapi saya merasa sepatu ini beda, sungguh beda, dan satu pelajaran berharga yang saya dapat adalah : benar juga apa kata orang, beli barang jangan karena murahnya, tapi karena kualitasnya, ya, walau sepatu ini sedikit mahal, tapi bisa tahan 2 tahun, ya mudah-mudahan sampai 5 tahun, gitu? Bukan hanya sepatu saja, tas pun pernah saya alami. Jangan sembarang pilih tas, apalagi tas yang dijual di emperan, semua tergantung si pemakainya sih, ada pemakai yang memang apik, tapi bagi yang kurang apik, sebaiknya pilih tas dengan kualitas yang teruji, ya nggak harus tas LV sekitar 5-6 jutaan, tas standar yang ada merk di middle level, it`s ok lah. Kenapa? Karena tas yang memang teruji kualitasnya, tidak mudah putus talinya, lalu kulitnya tidak mudah buduk, dan yang terpenting, modelnya pun nggak malu-maluin. Soal sepatu dan tas dan satu lagi adalah baju. Wuf, dulu saya setiap minggu pasti ke ITC untuk hunting t-shirt/ blus model baru, penuhlah lemari ini, tapi kini sudah setahun, kantor saya di ITC, syukurlah, saya malah nggak minat lagi hunting t-shirt/ blus-blusan loh, sebagai gantinya hunting DVD bajakan. Ada alasannya kenapa, beberapa kali bertemu dengan narasumber yang hidup serba kekurangan ekonomi, saya belajar bahwa mereka punya 1-2 pasang baju saja sudah bersyukur minta ampun, bisa punya sandal jepit yang udah butut pun, itu bener-bener bagus daripada nggak ada alas kaki sama sekali. See?
2. Persahabatan. Baru saja saya dapat kiriman email soal Renungan Coca Cola, bagus deh, kutipannya begini nih : “Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP. Apabila Anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada dilingkungan yang mengkerdilkan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil” . Kutipan yang indah banget dan ”ngena” banget. Sejak kecil hingga kini, saya ketemu dengan berbagai tipe manusia dan karakter, dan tak jarang ada yang bisa bikin ketawa sampe keluar air mata, tapi tak jarang juga banyak yang bisa bikin nangis dan gondok karena makan hati. Ada orang yang positif dan bisa membangkitkan semangat hidup dan membuat saya merasa berharga, tapi ada juga orang yang negatif dan setiap kali ketemu bawaannya mau kritik dan mencari kejelekan saya saja. Dua hal yang lumrah dan pasti akan selalu terjadi. Yin Yang akan selalu berlaku di dalam hidup ini. Dan siapapun yang pernah saya temui adalah harta dan guru terbaik buat saya – dan tentunya kita semua lah yah – kalau ketemu teman yang menyenangkan dan positif, saya bersyukur karena ternyata saya diterima dan cocok dengan mereka. Kalau ketemu orang yang ogah berteman dengan saya, reaksi normal biasanya adalah menghindar dan mencibir mereka ”huh, siapa loe...” dan terbawa juga untuk mencari kejelekannya, untuk melindungi harga diri saya. Tapi, kenapa harus begitu? Kenapa kok saya harus terbawa menjelekkan dia juga? Wups. Manusiawi? Auk ah, jawab aja sendiri. By the way, busway, Cuma mau sharing, dengan siapa kita bergaul akan turut mempengaruhi hidup kita juga nantinya. Bukannya pilih-pilih dan tidak membuka diri kepada siapa saja yang kita temui, tapi hidup terlalu berharga jika kita menghabiskan energi untuk mereka yang lebih sering membuat kita merasa “kerdil”, mereka yang tidak membuat kita lebih berkembang jadi lebih baik. Tapi hati-hati juga, jangan sampe, justru kita yang menjadi orang yang cenderung memojokkan orang lain dan merendahkan harga diri orang lain. Untuk sadar soal ini, butuh latihan rutin berulang-ulang.
3. Obsesi itu perlu. Karna sering mendengar kata “ayolah bersyukur, ayolah belajar untuk berpuas diri, jangan serakah, jangan maruk, bla bla bla…”, sempat ada salah kaprah, oh kalau begitu, nggak perlu lagi punya obsesi atau mimpi muluk-muluk? No. obsesi itu jadi bumbu penyedap untuk jiwa kita supaya lebih semangat lagi mengisi hidup ini. Ada satu buku yang sangat well-recommended, ditulis oleh John Gray (penulis Men From Mars, Women From Venus), judul bukunya “HOW TO GET WHAT YOU WANT AND WANT WHAT YOU HAVE”. Tidak mudah memang untuk mengatur keseimbangan supaya kita bisa selalu bersyukur atas apa yang sudah kita miliki, sambil tetap bergelora untuk mengejar obsesi yang bisa membuat perubahan bagi dunia ini. Obsesi apapun itu, nggak ada yang nggak mungkin. Masih ada obsesi yang tertunda? Saya masih banyak, mulai dari belajar melukis dan pameran di satu galeri lukisan, belajar bahasa Korea, Belanda, kuliah lagi dengan bebas biaya dunk, dan mau buktiin quote yang bilang “YOU CAN BE THE CHANGE YOU WISH TO SEE IN THIS WORLD” . But, ada yang penting juga, yang saya dapat, bahwa : saya tidak akan pernah bisa merubah nasib orang lain, yang bisa saya perbuat adalah merubah nasib saya untuk bisa baik seperti yang saya harapkan, dan menularkan rasa bahagia saya kepada orang di sekeliling saya, hingga nasibnya pun berubah.
Regards, Maeya (maerose11@yahoo.com)
Wednesday, June 11, 2008
Antara Cinta dan Tergila-gila
Memang sulit membedakan antara cinta sejati dan cinta yang tergila-gila di saat seseorang sedang jatuh cinta. Sehingga terkadang banyak orang terjerumus pada arti cinta yang sebenarnya. Untuk itu pahami makna dari cinta agar tidak tersakiti saat kehilangannya, simak dibawah ini.
Cinta adalah sesuatu yang dimulai dari persahabatan, yang terus berkembang tiap harinya. Di dalamnya, ketertarikan fisik hanyalah salah satu aspek dari perasaan yang dibagi bersama. Sesuatu yang mengajarkan anda menjadi sabar dan merencanakan masa depan dengan percaya diri dan tidak terburu-buru.
Cinta adalah sesuatu yang melibatkan pengertian dan kerelaan menerima dia beserta apapun kekurangannya. Saat kedua orang yang terlibat di dalamnya bisa menjadi diri mereka sendiri dan merasa nyaman satu sama lain. Sesuatu yang melibatkan kejujuran, rasa hormat dan percaya.
Di dalam cinta tak ada rasa curiga sehingga yang ada hanya rasa tenang dan aman. Sesuatu yang selalu memberi anda kekuatan dalam menghadapi apapun. Sesuatu yang diberikan dan diterima. Saat anda tetap merasa dekat dengan pasangan, walau berada jauh sekali.
Cinta juga sesuatu yang tetap bisa seimbang dengan aspek hidup lainnya selain hubungan. Sesuatu di mana keduanya bisa menghadapi baik masa senang maupun sulit di antara mereka. Sesuatu yang membuat anda berpikir dan melihat lebih jauh. Singkatnya, cinta membuat anda menjadi orang yang lebih baik.
Sedangkan cinta yang tergila-gila adalah gairah instan yang akan habis seiring dengan berjalannya waktu. Sesuatu yang sangat melibatkan ketertarikan. Ketika kalian bersama, yang diharapkan terakhir hanyalan intimitas.
Sesuatu yang tidak hanya melibatkan rasa curiga, tapi juga tidak percaya pada pasangan, maupun kepada diri sendiri. Sesuatu yang membuat kita mengambil keputusan terburu-buru. Saat anda selalu memiliki perasaan tak aman bahwa anda akan kehilangan pasangan anda suatu saat.
Tak pernah puas akan pasangan anda dan merasa terganggu dengan berbagai kekurangannya. Sesuatu yang membuat anda merasa gelisah dan stres saat dia tidak sedang bersama anda. Sesuatu yang membuat anda merasa gembira dan bersemangat, tapi bukan bahagia dalam arti yang sesungguhnya. Sesuatu yang bisa membuat anda melakukan hal-hal yang bisa anda sesali nanti, tidak seperti cinta. Jadi cinta mana yang saat ini anda rasakan?
Dicari : Sales Promoter Agama Berkualitas
Menganggap agama sendiri yang paling baik? Ih fanatik sekali kalau begitu, hah? Tapi bagaimana mungkin menjalankan agama bercabang-cabang, mau tidak mau para pemeluk agama belajar untuk memilih satu ajaran yang paling diyakini bisa memberikan ketenangan bagi jiwa. Apa beda fanatik dengan percaya? Apakah beragama berarti memaksakan orang lain untuk bisa sama seperti kita, sama jalannya seperti kita, untuk bisa bahagia? Apakah beragama berarti menjelekkan agama lain dan berusaha dengan berbagai cara untuk memenangkan agama sendiri?
Ketika ada teman mengalami masalah, kita berusaha mengajaknya untuk ikut dan mencoba ajaran agama yang kita yakini kebenarannya. Ketika kita pernah mengajak orang lain untuk ikut dengan agama kita, itu berarti kita tidak bisa lagi bersikap seperti dulu, ada batas-batas yang harus kita jaga. Ini soal nama baik agama. Awalnya kita mengajak orang lain untuk bisa bahagia dengan menjalani ajaran agama kita, lalu ketika kita memiliki masalah dan tidak bahagia, muncul dilema baru : saya kan sudah pernah membanggakan agama ini bisa memberikan kebahagiaan, bagaimana mungkin jika saya menunjukkan kalau saya tidak bahagia. Agama itu akan dipertanyakan dan orang akan bertanya balik pada kita. Gimana sih sampean yang bilang kalau udah jalanin agama bisa bahagia, tapi kok sampean sendiri belum bahagia.
Gengsi? Pastinya. Bingung? Biasanya. Hal ini pernah saya alami dan sempat membuat saya berpikir, udah ah nggak perlu banyak berkeluh kesah pada banyak orang, terutama mereka yang pernah kita ajak untuk ikut ajaran agama kita ini. Tapi lebih baik bercerita pada mereka yang sudah bisa berpikir terbuka bahwa memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
Agama perlahan jadi seperti sebuah produk, dan pemeluknya adalah si sales promoternya. Seorang sales berjuang untuk meyakinkan ke banyak orang kalau produk yang ditawarkannya itu punya something special dan menjamin pelanggan nggak bakal kecewa jika memilih produk itu. Kadang sales pun tidak pakai produk itu sehingga tidak menjiwai produk itu dan cenderung menawarkan dengan cara yang memaksa, dengan target utama : bisa dapat untung. Beda dengan sales yang memang benar-benar mengakui kualitas produknya itu memang ok dan terjamin dan dianya sendiri pun sudah membuktikan kalau dia memakai produk itu, dia puas. Apakah agama sama dengan produk-produk yang dijual oleh sales promoter itu? Jika agama sama seperti barang yang di jual di pameran-pameran, berarti agama menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan. Ketika kita sudah berorientasi pada keuntungan, biasanya kita pun cenderung berpikir untung rugi saja, dan biasanya jarang mau rugi. Padahal kunci dari keyakinan beragama adalah tulus, bukannya untung rugi. Ketika tidak mau rugi, kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang melenceng dari aturan pun akan muncul. Tidak ada orang yang mau merasakan kerugian di dalam hidup ini, bahkan seorang anak bayi pun sudah bisa menunjukkan kalau rugi itu tidak enak. Rugi itu menyakitkan dan rugi itu membuat dirinya tidak bahagia. Di zaman ini sayangnya agama dianggap sama seperti barang. Tujuan punya agama adalah untuk mendapatkan keuntungan, dengan berdalih untuk bisa bahagia. Ujung-ujungnya duit. Iya, orang berbondong-bondong beragama supaya bisa kaya. Ini fakta. Ada yang sudah kaya, lalu lupa agama, tapi ada yang kalau sudah berhasil, makin yakin dengan agamanya. Tapi ada juga orang yang mencoba berkilah, ah nggak kok uang itu nggak bisa bikin kita bahagia dan bukan jaminan kebahagiaan. Ada juga yang mencoba menjiwai agamanya dengan cara yang merusak diri sendiri, karena menangkap konsep ”kepahlawanan” dalam beragama. Karena terinspirasi dari kisah hampir semua tokoh agama yang mengalami penyiksaan dan perlawanan dan penentangan, sampai akhirnya diakui keberadaannya. Sebut saja Yesus, Budha Sakyamuni, dan Nabi Muhammad SAW, hampir semuanya pernah mengalami penyiksaan ketika ingin menunjukkan kebenaran agamaNya, dan ketika ingin membuktikan bahwa segala ajaran yang ingin disebarkan itu memang benar-benar bisa menyelamatkan nasib banyak umat manusia di dunia yang makin kacau balau ini. Maka terjadilah chaos agama. Ketika ada yang menghina ajaran agama tertentu, si pemeluknya marah, dan segera terpanggil untuk menyadarkan si sesat dan melakukan kekerasan salah satunya. Tapi agama tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk marah, untuk benci, dan untuk membunuh orang lain. Jika dikaitkan lagi dengan produk dan sales promoter, kondisinya akan mirip seperti ini : ketika sales promoter menawarkan produk kepada satu klien, dan kliennya mencibir kalau produknya tuh jelek dan murahan, maka si promoter akan langsung memukul atau menghabisi klien itu. Tapi jarang terjadi seperti ini kan? Karena promoter bertanggung jawab untuk menjaga image produk dan akan kehilangan kesempatan untuk menjadi promoter produk itu jika melakukan kesalahan bertindak, apalagi tindakan kekerasan. Mengapa agama malah jadi lebih rendah perlakuannya dibandingkan sebuah produk/ benda di pameran?
Agama itu apa? Agama itu hanya punya tujuan satu : supaya manusia bisa hidup dengan damai, tentram, tenang, dan bahagia. Tapi naluri manusia untuk memiliki sesuatu yang disayanginya dan untuk membagikan sesuatu yang disayanginya kepada orang yang disayanginya, membuat manusia pun terdorong untuk lupa kalau dunia ini penuh dengan warna dan tidak semua hal bisa sesuai dengan apa yang kita harapkan dan apa yang kita anggap benar. Ketika bertemu yang beda agama, tanpa sadar menganggap diri sendiri paling benar, lalu berharap orang lain bisa sama seperti diri sendiri. Jadi apa sumber masalahnya : Agamanya atau karakter si pemeluk agamanya?
Regards,
Maeya
maerose11@yahoo.com
Wednesday, May 28, 2008
A Battle Cry _ The Call
It started out as a feeling
Which then grew into a hope
Which then turned into a quiet thought
Which then turned into a quiet word
And then that word grew louder and louder
'Til it was a battle cry
I'll come back
When you call me
No need to say goodbye
Just because everything's changing
Doesn't mean it's never
Been this way before
All you can do is try to know
Who your friends are
As you head off to the war
Pick a star on the dark horizon
And follow the light
You'll come back
When it's over
No need to say good bye
Now we're back to the beginning
It's just a feeling and now one knows yet
But just because they can't feel it too
Doesn't mean that you have to forget
Let your memories grow stronger ans stronger
'Til they're before your eyes
You'll come back
When it's over
No need to say good bye
Ini sebuah cerita seorang pejuang cilik bernama Yani
Karena tidak punya uang, Yani harus menunggu untuk bisa sembuh.
Karena tidak punya uang, Yani tidak bisa sekolah.
Karena tidak punya uang, Yani harus menunggu bantuan dari luar.
Karena tidak punya uang, belum tentu Yani bisa sembuh.
Tidak sedikit orang menoleh melihat Yani yang polos tak berdaya.
Suatu hari ketika duduk bersama Yani, beberapa orang menghampiri kami, rasa kasihan mendera mereka.
Namun ada juga yang melihat Yani, lalu tertawa terkekeh-kekeh dan spontan bilang :”amit-amit”.
Keseharian ayah Yani bekerja/ untuk mengumpulkan barang bekas/ lalu menjualnya di salah satu kawasan ibukota Jakarta//
Nafasnya terengah-engah seperti bengek, tubuhnya mungil dan semakin mengurus dibandingkan pertama kali saya bertemu dengan Yani. Tangan mungilnya, tubuh mungilnya, tidak membuatnya jera dengan kehidupan. Kalau ditanya Yani mau sembuh nggak? Spontan Yani akan menjawab dengan nada cukup keras : MAU! Kalau sudah sembuh Yani mau ngapain, tanya kami. Aku mau sekolah, jawab Yani. Yani juga bisa mengaji dan menyanyi lagu Balonku dengan lancar dan fasih sekali. Bisa juga berhitung dengan baik, tapi sayang, Yani belum bisa membaca dan belum mengerti abjad a-z.
Kesehariannya, Yani mengisi hari-harinya dengan bermain, nonton TV, atau kadang menemani ayahnya untuk mencari nafkah. Selentingan berita pun mengatakan, kadang Yani dan ayahnya berkeliling di pusat keramaian ibukota untuk meminta belas kasihan dari orang-orang sekitar. Walau ala kadar, pemberian uang bermakna besar bagi keluarga sederhana ini.
Renungan saya :
I don’t know sampai batas mana limit gue dan sampai mana gue harus bertahan. Yang gue tau sekarang gue berjuang untuk jalanin yang terbaik yang gue mampu dan gue menjalani apa yang bisa gue jalani. Dan sampai sebatas mana gue bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain dan berhak untuk menolong dia. Come on, setiap orang punya power masing-masing, gue percaya itu dan gue sungguh memberikan kepercayaan kalau setiap orang pasti bisa membuktikan kekuatannya yang terpendam. Di saat semakin banyak hantaman dan kejutan datang silih berganti, gue belajar satu hal : untuk diam sejenak. Pejamkan mata. Dan menyadarkan diri gue, yes, im still alive, dan gue masih bernafas, dan gue belajar untuk merasakan masih ada hembusan nafas yang keluar dari saluran indra ini. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi gue belajar untuk selalu melakukan segala hal sesempurna yang gue mampu, dan gue terus bertekad dan berjuang untuk menjadi manusia yang semakin sempurna. Sempurna dalam memaknai arti kelahiran gue dalam hidup ini. Hidup ini menyenangkan sekali bagi gue, kadang dateline-dateline menjadi warna indah yang pasti dan ada banyak hal yang erat kaitannya dengan dateline. Saking terbiasa untuk hidup dengan dateline, gue pun sampai pada satu titik, hidup pun akan ada dateline nya, ketika saat itu tiba dan berarti sudah selesai dan sudah tuntas semuanya, tidak bisa lagi mundur dan mendapatkan tambahan waktu ataupun bonus umur lagi. Semuanya ada dateline. Pekerjaan. Kepanitiaan. Kesehatan pun akan ada datelinenya. Usia tua itu pasti. Suntik hormon sana sini, tetap saja tubuh akan menua. Hanya satu yang akan terus bertahan abadi, yaitu jiwa. Jiwa tidak akan pernah jadi tua selama selalu ada passion untuk bergerak, bertindak, berkarya, bermanfaat bagi kehidupan.
Ini sebuah perjalanan mendaki gunung yang tinggi, dan sepanjang jalan itu akan ada beraneka batu, bunga, pohon yang indah, dengan segala pemandangan yang bervariasi silih berganti, cuaca dan iklim yang terus berubah. Lelah jika memandang dari jauh, kok nggak nyampe-nyampe ke puncak itu. Pertanyaannya bukan : kapan saya nyampe ke puncak itu? Tapi : apa yang perlu saya perbuat untuk menuju puncak itu?
Pengalaman baru-baru ini misalnya, mempersiapkan satu acara, tapi yang sudah dipikirkan pertama adalah apa hadiahnya, tapi belum tau apa yang bisa membuat peserta mendapatkan hadiah itu? Seperti sudah mempersiapkan piala sebelum mempersiapkan lomba apa yang akan dirancang untuk mendapatkan piala itu.
Anyway, perjalanan hidup itu sebenarnya menyenangkan dan setiap hari dan setiap detik ada kisah menarik yang bisa kita petik dan patut kita syukuri. Seperti perjalanan cinta misalnya. Mendengar kata cinta yang terlintas adalah akhir indah dari kisah cinta itu, entah pesta pernikahan megah, keluarga sempurna, dan anak-anak yang lucu, memang benar kita fokus dengan hal-hal positif dan optimis, but proses perjalanan menuju itu akan jauh lebih bermakna jika kita selalu sadar dan menikmati moment-moment berharga itu.
Waktu lagi susah uang, kita cenderung berpikir kapan punya uang kapan punya uang, tapi apa artinya pikiran itu tanpa bergerak, tanpa bertindak, tanpa melakukan hal nyata yang memang mengarah ke tujuan itu.
Waktu sudah selesai. Waktu jam makan siang telah selesai. Sudah lama sekali tidak ngeblog, tidak nulis, sempat berhenti, rehat, bukannya patah asa jadi penulis, tapi mencoba mundur sejenak, apa sebenernya yang sedang terjadi di dunia hadapan saya ini. Begitu banyak hal yang bisa saya angkat dalam sebuah naskah. Malah bikin writer`s block, tapi sadar lagi, ini hanya dalih, kalau mau nulis yah nulis aja nggak usah banyak cing cong, nggak ada tuh yang namanya writer`s block, yang ada tuh writer`s lazy, itu itu aja. Dan emosi berpinjar dengan pikiran dan logika. Emosi berkelana jauh sekali bertarung dengan logika-logika yang bersaing untuk bisa menang. Dan akhirnya bukan emosi yang menang ataupun logika yang akan kalah. Tidak sama sekali. Ini bukan soal siapa yang lebih hebat dan siapa yang lebih payah. Tidak sama sekali. It`s just more than that. Ini lebih dari sekedar cinta, ini lebih dari sekedar satu rasa, ini berbagai tipe dan rasa dan bentuk menyatu jadi satu.
Maafkan hidup karena saya yang sempat menyalahgunakan hidup dan hari-hari saya terlalu membabi buta sampai lupa untuk menghitung berapa banyak nafas saya per 3 detiknya. Maafkan karena saya sempat mengeluh karena BBM naik dan semakin banyak orang miskin di dunia ini dan maafkan saya karena saya pun sempat sumpah serapah pada para mahasiswa yang hanya bisa demo dan menjatuhkan pemimpin tapi tidak pernah bisa menjawab apa solusi untuk negara ini. Ada lagi para siswa yang baru lulus malah kejar-kejaran sambil membawa golok. Edan! Ups, maaf, khilaf, tapi sempat kesal dengan kondisi ini, but still, saya pun tidak jauh berbeda dengan mahasiswa pendemo yang membakar ban di uki ataupun mustopo, saya tidak tau apa solusi untuk masalah di negara ini. Tapi saya hanya bisa melakukan peran saya dengan sebaik-baiknya dan berharap dengan sepenuh hati suatu hari semua akan berubah dan saya percaya segelintir orang akan memberikan perubahan besar bagi dunia ini. Kekuatan cinta bakal memenangkan semua kericuhan dan anarkis di negara ini. Dan ada banyak hal yang begitu penting untuk dikerjakan di dalam hidup kali ini, bukan hanya sekedar mengejar sesuatu yang nyata dan bisa dilihat oleh mata saja. Banyak banyak banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk membuat dunia ini lebih baik, lebih bahagia, dan lebih penuh cinta lagi.
Love,
Maeya 29 May 2008
Monday, May 26, 2008
Untuk Pak Kapeno _ Soal Kemping di Pendopoh
Pak Kapeno, Maaf sebelumnya karena saya baru e-mail di jam ini.
Berikut ini informasi mengenai kegiatan kemping di Pendopoh :
Tanggal Pelaksanaan : 6-9 Juli 2008 dengan susunan acara sebagai berikut :
6 Juli 2008 (Pk 09.00) : tiba di Pendopoh dan peserta yang akan memasang tenda dengan dibantu oleh 4 orang tentara dari Kodam.
7 Juli 2008 : hiking keliling kebun sawit, dilanjutkan dengan keliling pabrik sawit.
8 Juli 2008 : pertandingan olah raga, malam api unggun.
(untuk acara tanggal 7 & 8 Juli fleksibel mengikuti jadwal tim Pendopoh).
9 Juli 2008 : operasi semut (merobohkan tenda), siangnya menuju ke Palembang.
Target peserta : 250 orang (belum bisa dipastikan berapa jumlah putra dan putrinya).
Yang perlu disiapkan adalah :
- Lokasi tenda untuk peserta (sebanyak 7-8 buah tenda ukuran 4x10 meter) & tenda komando ukuran 10x30 meter (dan akan dibangun agak tinggi, seperti panggung) & 5 tenda kecil untuk tim konsumsi & P3K. Note : Pak, bisa tulung kirimkan Denah lokasi keseluruhan (mulai dari mess, lapangan sepak bola, pabrik, area waduk, dan lokasi hiking)?
- Lokasi 20 buah MCK buatan + saluran pembuangan air + tangki air ( 1 truk = 1000 liter) untuk peserta.
- Lokasi dapur umum yang disertai dengan tempat mencuci perkakas (saluran pembuangan air).
- Meja-meja untuk acara seminar di tenda komando, meja untuk meletakkan makanan-makanan peserta, meja untuk meletakkan galon minuman/ dispenser minum.
- Penerangan di sepanjang jalan (mulai dari mess karyawan hingga ke lokasi kemah) akan dipasang lampu jalan.
- Penerangan di area tenda +
- Supply listrik akan menggunakan genset dari pabrik kelapa sawit.
- Acara hiking : 4 orang pemandu jalan untuk menemani peserta melewati jalur hiking. Note: Pak, bisa tulung kirimkan kami Denah rute hiking (yang waktu itu sudah sempat kita survey).
- Acara keliling kebun sawit : lokasi kebun sawit yang sedang panen. Jika ada 200 peserta, rencananya akan dibagi ke dalam 4 kelompok berdasarkan usia SMP, SMA, Kuliah, Kerja. Pertanyaan : Apakah memungkinkan jika ada presentasi sekilas mengenai kelapa sawit dan teori-teori mengenai sawit, dan peserta bisa melihatnya dengan slide show/ presentasi kit. Jika iya, peserta akan dikumpulkan di satu ruangan untuk mendengar penjelasan mengenai kelapa sawit (dari tim Suryabumi) kira-kira 30-45 menit.
- Acara Pertandingan Olah Raga : dayung, basket, sepak bola, futsal.Pertanyaan : untuk lomba dayung, kami membutuhkan tim dari Suryabumi untuk mendampingi, mengingat lokasi danau sedalam 7 meter.
Kira-kira beberapa hal ini yah Pak yang saya informasikan. Terima kasih sebelumnya, saya berharap acara ini bisa berjalan lancar dan baik. Untuk informasi selanjutnya jika ada tambahan, saya akan segera kabari . Terima kasih yah Pak.
Regards,
Maya.
Sunday, April 27, 2008
Satu Lagi Soal Hidup
Hidup. Bicara soal hidup. Hidup tidak kekal. Ada pertemuan ada perpisahan. Ada kelahiran ada kematian. Cinta dan rasa pun tidak kekal.
Setelah melewati minggu-minggu perenungan ini, saya belajar ulang beberapa hal soal kehidupan.
1. Hidup tidak kekal, mati itu wajar. Sejak pertama kali waktu usia 8 tahun, kakek saya meninggal dunia di pagi hari sebelum saya berangkat sekolah. Bangun tidur saya melihat mama menangis dan saya pun tahu kalau kakek telah meninggal dunia. Waktu itu saya tidak berpikir terlalu banyak. Barulah di rumah duka, waktu itu kami pihak keluarga memakai baju putih dan mengikuti ritual kematian yang begitu panjang. Tante dan om dan termasuk mama sudah menangis histeris. Saya masih terpaku diam. Tapi akhirnya saya melihat ke arah jenazah. Iya kakek sudah tidak berkutik. Saya menangis juga hingga sepupu yang lain pun akhirnya menangis. Hingga tahap pembakaran jenazah, tangisan lebih histeris lagi, saya pun tidak bisa tahan untuk tidak menangis. Tahun demi tahun berlalu, barulah di usia saya ke – 19 saya menghadapi kasus kematian, seorang teman meninggal dunia setelah melahirkan putra pertamanya. Saya syok apalagi ketika melihat bibirnya hitam bekas gigitan waktu mengeden ketika melahirkan. Saat itu syok saya rasakan, ternyata hidup itu begitu singkat, dan saya, kita, tidak pernah tahu kapan hidup itu akan berakhir. Pertanyaan yang tidak pernah bisa dijawab, sekalipun orang bilang tukang ramal ada yang bisa meramal, tapi saya masih yakin, tidak. Kematian tidak bisa diramal oleh siapapun. Selalu ada kemungkinan umur bisa lebih panjang atau sebaliknya. Yang bisa saya lakukan saat ini, berjuang terus dengan sisa umur, dan melakukan yang terbaik, dan selama saya masih punya tugas besar dalam kehidupan ini, saya yakin, umur itu pun bisa berubah dan fleksibel, tapi ketika waktu itu tiba pun, saya belajar bahwa siapapun kita harus siap menerimanya.
2. Hidup terlalu singkat, hidup terlalu berharga. Jujur saja, hampir seperempat abad hidup saya habiskan untuk melakukan apa yang saya senangi dan apa yang saya inginkan. Termasuk apa yang saya pikirkan, saya lihat, dan saya dengar, semua itu saya pilih karena saya yakin itu bisa memberikan kesenangan bagi saya. Beberapa halnya, saya ingat sebagai seorang pecandu film serial, saya rela tidak tidur sampai jam 7 pagi, dan menghabiskan puluhan film drama itu, tak peduli badan rontok, mata sembab, di pikiran saya hanya satu : saya suka! Makanya saya jalani itu. Pernah juga di liburan semester kuliah, dari pagi sampai sore saya nonton semua berita infotainment, dengan tema yang sama, tapi saya lihat terus terus dan terus. Hingga kini kebiasaan itu masih sulit dihilangkan dan masih menjadi bagian dari minat saya. Namun saya sadar ketika di satu masa, saya menjadi sinis akan hidup, ketika melihat bad news yang menjadi good news, ketika ada artis terkenal melakukan perbuatan hina, but still dianggap cool dan glamour. Saya mulai jadi jago analisa hidup orang, khususnya artis, bener-bener nggak penting, dan puncaknya ketika mimpi ketemu artis sering terjadi tiap kali saya tidur malam. Alarm berbunyi. Saatnya hentikan kebiasaan konsumsi berita seperti ini. Ada hal yang harus saya pilih, harus saya sortir. Ceritanya begini, sejak sering mencandu infotainment, saya terus bergulat dengan topik itu-itu saja – topik yang bukan seharusnya saya urusi, tapi saya urusi juga – entah poligami, affair, divorce, drugs, free sex, dan seputar kehidupan glamour yang tiada hentinya. Apa iya hidup hanya seputar ini saja?
3. Kembali ke dunia nyata, bangkit dari imajinasi semu. Satu hari dalam perjalanan kereta menuju Bekasi, duduklah saya di sebelah seorang ibu dan tiga anaknya. Dua anaknya berusia 4 dan 7 tahun, dan adik kecilnya digendong oleh si ibu. Dan si anak sulung membuka kotak makanan : nasi putih yang cukup padat. Dan si ibu memberikan sekantong ikan teri goreng dan menuangkannya sedikit untuk si anak. Hanya sekitar 5-6 keping teri saja, kira-kira. Dan mereka makan dengan nasi putih yang cukup padat, si ibu yang tidak sabaran terus memarahi anaknya yang makan dikemut. Waktu itu saya melirik sedikit, dalam hati saya bergumam, pasti itu seret dan tidak enak sekali, dia butuh air. Tapi tidak ada air. Boro-boro anak kecil, orang dewasa disuruh makan seperti itu pun pasti seret. Tak lama kemudian si anak sulung bangkit dari duduk, bajunya dekil, tangannya penuh dengan borok luka basah, dan si ibu menggeplak kepala anaknya untuk segera bergegas. Ayo cepetan, GOBLOK!!! Dan si anak dengan langkah kecilnya mulai memunguti gelas-gelas bekas di sepanjang gerbong kereta, dan kembali dengan senyuman tiap kali berhasil mendapatkan gelas bekas itu. Waktu itu saya tersadar, tidak ada yang saya bisa lakukan. Itu hanya satu kasus dari jutaan kondisi kemiskinan di Jakarta. Moment ini pula yang membuka pikiran saya dan saya sadar, selama ini saya sudah wasting begitu banyak energi untuk hal yang sepertinya tidak penting! Seperti apa misalnya?
4. Soal ketidaksetiaan dalam hubungan. Mendengar berbagai kisah, melihat berbagai contoh nyata, soal ketidaksetiaan, membuat saya berpikir kalau di dunia ini sulit sekali untuk bisa percaya kalau kesetiaan itu masih ada. Kecuali kesetiaan seorang ibu ke anaknya yang terbukti paling hebat. Kesetiaan antara pasangan, masih terus diragukan. Tadi pagi seorang rekan gelisah karena mantan kekasih suaminya masih sering menelpon suaminya untuk curhat. Rekan saya yang sedang hamil 4 bulan tidak tenang, dia takut jika suaminya digoda dan akhirnya tidak setia. Woof. Bukan kasus pertama yang seperti ini kan. Dalam mimpi saya, saya sering berharap andai saja semua orang jiwanya bersih dan semua orang bisa setia. Dan semoga saja perempuan-perempuan yang berniat untuk menggoda suami orang bisa sadar kalau itu tidak boleh dilakukan. Dan semoga saja lelaki-lelaki pun mampu tahan banting walau digoda seperti apapun juga. Minggu lalu ada percakapan konyol bersama teman-teman saya, ada 6 orang lelaki, waktu itu heboh berita Dewi Persik yang memang bohai itu. Lalu saya iseng tanya, misalkan nih elo udah punya cewe yang sangat elo sayangggg banget, lalu suatu hari ada seorang cewe lain sebohai Dewi Persik mau mencium mesra, apa yang elo lakukan? Teman-teman lelaki saya tertawa mesum J dan kesimpulannya : mereka tidak nolak kalau dapat rezeki. Tapi elo sayang banget loh sama cewe elo, tanya saya lagi. Ya, tapi gimana yah, namanya juga rezeki. OK, arah topik saya sebenernya soal GODAAN. Kalau godaan itu ada dimana-mana, sama seperti virus dan kuman yang beredar dimanapun kita berada. Nggak mungkin kita membasmi semua virus di bumi ini, mulai dari virus pilek, batok, bahkan virus HIV AIDS saja belum bisa ditemukan gimana cara menghadapinya. Nah virus penyakit kan makin hari makin banyak, dan tim kedokteran bukannya sibuk membasmi virus itu, tapi sebaliknya mencari cara gimana supaya nggak terkena virus itu. Sama halnya seperti godaan – godaan untuk tidak setia, dalam hal ini bukan ditujukan untuk cowok saja, tapi juga untuk cewek, godaan itu akan selalu ada, dan tidak bisa dihilangkan, mau jungkir balik atau salto kek, tapi yang bisa kita lakukan adalah mencegah supaya virus itu tidak masuk dalam hidup kita. Maksud loe?
5. Ya, maksudnya begini, daripada buang energi untuk menghujat dan mengecam, lebih baik energi itu dialihkan untuk hal yang lebih bermanfaat dan tentunya positif. Segala hal yang didasari oleh kemarahan atau benci, itu hanya menambah virus baru dalam kehidupan. Seorang teman yang sangat-sangat taat beragama, telah mengajarkan saya banyak hal. Termasuk soal menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, menghadapi kasus-kasus yang menyebalkan. OK, siapa sih yang nggak kesel melihat tingkah artis MS yang berseliweran di layar kaca karena keberhasilannya mendapatkan seorang lelaki turunan keluarga besar, tak sedikit ibu-ibu kesel sumpah serapah – ups, termasuk saya dan pembantu saya J - dan menghujat artis MS itu. Tapi hidup itu memang pilihan kan. Dan teman saya bilang satu hal yang mungkin agak aneh. Dia bilang. Tau nggak sih MS itu tuh kasian banget lagi, dia harus jalani kondisi seperti ini, dan kenapa nggak kita doain aja dia. Hah doain orang seperti itu? Dan siapalah dia, kenal aja kagak. Pointnya, kenapa selama ini lidah dipakai hanya untuk menghujat dan menggosip negatif, gimana kalau setelah melihat rumor negatif itu, kita pakai lidah ini untuk mendoakan pelaku negatif itu, dan berdoa supaya mereka kembali ke jalan yang benar, dan bersyukur karena dia udah menunjukkan apa yang tidak boleh kita lakukan, dengan kisah nyatanya itu. Begitu juga soal ketidaksetiaan, tidak bisa kita ingkari, segala hal itu dinamis, perasaan pun bisa berubah, dulu saya suka dan maniak boneka barbie, tapi saya pun berubah, boneka barbie bukan lagi hal menarik lagi bagi saya. Dalam hubungan pun, bisa jadi seperti itu, banyak ahli psikolog perkawinan mengatakan realita, perasaan cinta bisa berubah, seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan hidup. Dan begitu banyak godaan di luar sana, tubuh kita saja bisa mengalami serangan flu atau batuk ketika kita lengah, begitu juga perasaan hati kita. Dan kalau ternyata ada orang yang tidak mampu tahan dengan godaan yang ada, dan memutuskan untuk berselingkuh, ya ada satu cara untuk mengikhlaskannya, anggap saja orang itu memang sedang tidak fit dan akhirnya terserang virus itu, dan ”sakit” deh istilahnya. Doain biar tuh orang cepet sembuh. Titik.
6. Yang terakhir, yang semakin menyadarkan saya. Seorang teman lama, sudah 1 tahun tidak bertemu, tiba-tiba muncul lagi, dengan berita mengejutkan. Kanker payudara stadium 3. Saya kira dia cuti panjang untuk program hamil, ternyata saya salah, teman saya ini sibuk sana sini untuk kemoterapi. Kondisinya sehat, wajahnya ceria, tidak ada tanda-tanda aneh apapun selama 36 tahun usianya. Dan faktanya, teman saya harus menerima kenyataan kalau kanker payudara menyerangnya. Waktu dengar berita ini, saya kaget, dan semakin belajar satu hal penting : hidup tidak kekal, tubuh ini tidak kekal, rasa tidak kekal, apalagi materi, materi pun tidak kekal. Mau tidak mau, saya – kita – harus menerima itu. Hidup tidak kekal. And, pertanyaan pun muncul dalam diri saya, apa yang sudah saya lakukan yah dalam hidup ini?
Final words, tulisan kali ini ibarat masakan, masih belum sempurna bumbu-bumbu penyedapnya, tapi harus saya olah sebelum lupa dan sebelum layu. Anyway, terimakasih selalu buat segala hal yang membuat saya pingin nulis seperti ini dan special thanks buat kehadiran seorang teman lama saya dengan ketegaran hatinya mau membagikan pengalamannya dan perjuangannya hingga saat ini.
<
Regards,
Maeya
maerose11@yahoo.com
Thursday, April 10, 2008
Tumbuh ke arah mana Jiwa Berkembang
Lagi. Kasus Bunuh Diri di tahun 2008 ini.
Seorang lelaki usia 30 tahun lompat dari lantai 7 gedung Gajah Mada Plaza, karena hubungan cinta tidak direstui oleh orang tuanya.
Seorang bapak pengusaha kaya raya, tinggal di perumahan elite Jakarta, minimal harga rumah 5 M, baru saja bunuh diri juga, gantung diri di tangga rumahnya yang tinggi sekali. Istrinya menderita kanker dan tiap bulan harus jalani kemoterapi di luar negri, minimal 100 juta biayanya, dugaannya, bapak ini stress karena biaya pengobatan yang tinggi. Takut uangnya bisa habis nanti. Ah, nggak mungkin, dia punya banyak sekali asset rumah!
Seorang siswa SMP bunuh diri karena tidak bisa membeli tas sekolah yang baru. Bukan kasus pertama, tahun lalu ada juga seorang anak sekolahan bunuh diri karena tidak punya uang jajan lebih. Tahun lalu juga ada seorang ibu bunuh diri setelah memberikan racun serangga kepada ketiga anak-anaknya, karena stress terjerat masalah ekonomi.
Soal kerjaan...
Kenapa jadi kesel, kan ini sumber masalahnya dari diri sendiri. Kenapa kok jadi sewot waktu dikritik, kan namanya juga kerjaan harus ada yang memberikan komentar dan masukan. Kenapa kok jadi gelisah sendiri, lah wong kebanyakan mikir kurang action yah jadinya begindang. Kenapa harus kebawa stress gara-gara masalah orang lain. Iya, banyak orang stress di sekeliling kita, tapi bukan berarti virus stresnya itu menyebar ke diri kita lah yah. Iya, itu teorinya, tapi ketika berada di dekat orang yang sedang penuh dengan kekesalan, kebencian, dan kemarahan, oh yah, dan terus-terusan sumpah serapah khas keluhan, pilihannya : jauhin dia sejenak atau justru hadapi dengan tahan banting?
Saat ini saya belajar untuk menerima kenyataan, ada seorang rekan yang begitu membenci pekerjaannya dan jadi sering uring-uringan kesal dan pesimis terus. Ada juga seorang rekan yang mulai patah semangat dan benci dengan sistem yang tidak menguntungkan bagi karirnya. Ada juga seorang teman yang benci pada cinta yang perlahan membunuhnya. Ada lagu baru yang menjadi theme songnya, yaitu lagunya D`Massive ”Cinta membunuhku” begini liriknya : kau membuat kuberantakan, kau membuat kutak karuan, kau membuat kutak berdaya, kau menolakku acuhkan diriku. Bagaimana caranya untuk meruntuhkan kerasnya hatimu. Kusadari kutak sempurna, kutak seperti yang kau inginkan. Kau hancurkan aku dengan sikapmu, tak sadarkah kau telah menyakitiku, lelah hati ini meyakinkanmu, cinta ini membunuhku, bagaimana caranya untuk meruntuhkan kerasnya hatimu, kusadari ku tak sempurna, ku tak seperti yang kau inginkan. Kau hancurkan aku dengan sikapmu, tak sadar kah kau telah menyakitiku, lelah hati ini meyakinkanmu, cinta ini membunuhku”
Sakit banget yah membunuh rasa cinta itu. Sakit banget yah mencintai yang tak terbalas. Sakit banget yah lari dari kenyataan kalau ternyata rasa cinta itu masih ada belum hilang, tapi harus dilepas. Tapi cinta itu banyak yang menyakitkan juga kok. Pada akhirnya hidup itu nggak kekal kan. Cinta seindah apapun pasti akan terpisahkan juga sama yang namanya kematian. Nggak mungkin kita terus bersama orang yang kita sayangi dan kita cintai. Ada orang tua atau saudara yang sangat kita sayangi. Ada sahabat yang selalu ada di dekat kita bertahun-tahun. Tapi saat itu akan selalu tiba. Perpisahan. Ajal akan memisahkan. Ada lagi kisah menyakitkan, teringat film drama Korea ”Endless Love”, percintaan incest yang tidak bisa bersatu, seorang perempuan mencintai lelaki yang ternyata adalah kakak kandungnya sendiri, sedarah pula.
Kenapa cinta abadi itu cinta yang terpisahkan oleh ajal? Romeo dan Juliet menjadi contoh kisah abadi karena Juliet sudah membunuh diri terlebih dahulu, lalu Romeo menyusul. Kalau kisah cinta yang normal? Misalkan kita putus ga baik-baik dengan orang yang kita sayangin, maka kisah cinta itu nggak jadi kisah cinta abadi, tapi itu kisah cinta yang kelam. Bisa nggak sih putus cinta tanpa harus saling melukai dan tanpa harus menjadikan kisah cinta yang lalu itu kisah pahit yang musti dikubur dalam-dalam, nggak perlu lagi diungkit-ungkit lagi, dibuang dan dienyahkan sejauh mungkin? Naif, jika bilang ya. Pesimis, jika bilang tidak. Nggak ada yang nggak mungkin dalam hidup ini.
Entah kenapa saya jadi teringat kejadian tiap kali bertengkar hebat dengan kakak kandung saya, dari kecil sampai SMA kita ribut melulu seperti kucing dan anjing. Mulut saya sering dianggap menusuk hatinya. Padahal niat saya baik sama dia, tapi bisa bikin dia kesal dan bener-bener ngamuk. Lalu kita pun bertengkar, banting pintu, atau sumpah serapah kasar. Besokannya kita bertemu lagi, sarapan pagi bareng, masih diam-diaman sedikit, tapi siang dan malamnya sudah damai. Ngobrol biasa lagi. Dan kita saling maaf-maafan, walau via sms aja, maklum nggak biasa ngomong sorry secara lisan, jadi pake tulisan aja deh. Kok bisa ya sama kakak saya, sejahat-jahatnya saya atau sesadis-sadisnya dia, nggak pernah terpikir sedikitpun untuk putus hubungan dari dia, dan saya selalu bisa menerima kesalahan dia, begitu juga dirinya pada saya. Tapi kenapa jika dengan orang lain yang tidak ada hubungan darah dengan saya, entah sahabat atau pacar, biasanya sulit sekali untuk memaafkan kesalahannya atau menerima kekurangannya. Walaupun ada juga kejadian kakak adik sedarah bermusuhan sampai ajal memisahkan pun masih musuhan, bisa karena rebutan harta atau sirik-sirikan. Apa sumbernya kita bisa sayang seseorang dan menerima dirinya apa adanya? Itu masih terus menjadi pertanyaan di kepala ini, bahwa hubungan antar manusia begitu kompleks dan sulit dijelaskan hanya dengan teori saklek A atau B, tapi selalu saja ada teori dinamis yang tidak akan pernah sama antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Nggak mudah untuk menyayangi seseorang apa adanya, setelah bertahun-tahun terbiasa untuk membenci dan melihat sisi negatif dari orang lain, maupun hidup.
Ahahhahaaha....ternyata belum sabar, belum tenang, belum jernih hati dan pikirannya. Ternyata masih mudah terpancing suasana dan kondisi yang tidak menentu. Ternyata masih mudah masuk angin ketika angin berhembus tak biasanya. Ternyata masih mudah terserang demam ketika cuaca mendadak berubah drastis. Huah. Iya. Iya. Iya.
Musim dingin pasti berubah jadi musim semi...
”...tumbuhlah ke arah mana jiwamu harus tumbuh dan berkembang dan mencintai orang itu berarti to let him grow , to set him free krn dia punya jiwa yg akan tumbuh dan berkembang ke arah mana ia harus tumbuh dan berkembang...” (special thanks for Berna)
Maeya
Sunday, April 06, 2008
Puasa Infotainment
RESOLUSI MINGGU INI – kalau perlu, sampe selamanya –
Ngomongin soal gudang pikiran dan alam bawah sadar. Kalau setiap hari kita berada di lingkungan teman-teman yang hobi mengeluarkan kata kasar, cepat atau lambat pasti akan mempengaruhi kita juga. Saya punya pengalaman nyata, akhir-akhir ini selalu berada di lingkungan teman orang Jawa, saya pun mulai terbiasa dengan logat dan dialek Jawa itu. Dan dalam mimpi pun saya bicara dengan bahasa Jawa. Padahal boro-boro ngerti bahasa Jawa, belajar aja nggak pernah, ya karena biasa makanya jadi bisa deh! Kebayangkah kalau setiap hari mendengar berita infotainment yang membahas soal perselingkuhan, perceraian, perebutan hak asuh anak, perebutan harta gono gini, artis yang terlibat dalam narkoba dan sedang diproses secara pidana, dan sejenisnya dan sejenisnya? Ya saya sudah mengalaminya, menjadi seorang pecandu infotainment, mulai lihat di TV, lalu lihat di media cetak, lalu lihat berita di website internet, dan mendengar berita di radio. Lengkap kan? Pengaruh media bagi kehidupan!!! Then sejak nonton infotainment secara rutin, hidup mulai berubah jadi nggak gitu penting lagi, waktu selama 30 menit terbuang sia-sia hanya untuk memikirkan si A beneran cerai nggak ya dengan si B, si D beneran selingkuh nggak yah dengan si M! Padahal masih banyak orang yang lebih penting untuk saya pikirkan : keluarga saya, sahabat saya yang sedang stress dengan masalah percintaannya, atau kakek saya yang lagi kesepian di masa tuanya, dan mungkin teman-teman lama yang sedang bingung mau ngapain yah dalam hidupnya ini.
Rentetan berita infotainment pula membuka pikiran saya, kalau energi itu jangan dihabiskan buat hal-hal yang nggak bermanfaat. Kira-kira, apa manfaatnya kalau sudah melihat berita artis A resmi menikah dengan artis B, atau berita artis C baru saja memberikan santunan ke panti asuhan dan diwawancara kenapa sih kok mau memberikan santunan? Apakah setelah melihat tayangan itu, kita jadi terdorong untuk ikut ke panti asuhan juga untuk kasih santunan? Atau kita lebih terdorong untuk berpikir kira-kira artis A dan artis B yang baru menikah itu bisa langgeng yah? Kalau mau bahas program tayangan TV sepertinya sih nggak bakal ada habisnya, masih ada program kriminal, program berita, sinetron ala India, dan segala jenis program yang nggak ada manfaatnya sebenernya, selain untuk menghibur, mengisi kejenuhan hidup, dan mengalihkan pikiran dari masalah yang bikin kepala mumet. Nah, udah pernah nonton DaaiTV? Channel baru di Jakarta, 59 UHF, prinsipnya : nggak ada iklan, nggak boleh ada berita kekerasan, berita kriminal, no gossip, tapi hanya boleh ada berita soal kebaikan, inspirasi kehidupan, cinta kasih, kesabaran untuk menjalani hidup, cinta pada lingkungan hidup, dan juga berita kisah-kisah orang biasa yang melakukan hal-hal sederhana supaya bisa bermanfaat untuk orang lain. Kalau mau jujur, ketika disuruh pilih mau nonton DaaiTV atau nonton Silet di RCTI, saya akan pilih Silet, lebih menarik, lebih menghibur. Iya, saya tau itu berita negatif nggak penting, kalau DaaiTV lebih positif dan mengajak untuk berbuat baik. But the question is : tayangan apa yang bisa menghibur tanpa harus membahas hal yang jelek-jelek tapi juga nggak melulu bahas hal yang bagus-bagus aja? Quiz? Ok juga. Oprah Winfrey? Ini my favorite, karena setelah nonton ini akan dapat sesuatu yang bisa diingat (yang penting tentunya!). Dibandingkan dengan Dorce Show? Nggak kebanding, karena setelah nonton Dorce Show nggak dapet manfaat apa-apa selain sekedar menghibur. Ada lagi Kick Andy, nah ini baru bisa dibandingkan dengan Oprah Winfrey, karena ada “isinya” dan pembahasannya pun bermanfaat supaya hidup audience bisa lebih bahagia atau setidaknya audience yang sempat pupus harapan hidup, bisa kembali bangkit untuk semangat hidup lagi. Bukannya, setelah nonton tayangan tertentu malah jadi pingin marah-marah, kesal, keluarin kata kasar, benci sama artis tertentu yang ngerebut suami orang, atau jadi negative thinking melihat dunia selebritis yang glamour dan kacau balau.
Final words, hidup adalah pilihan, ketika menonton tayangan apapun semua itu kita yang pilih, remote control ada di tangan kita, dan kita berhak memilih apa yang mau dimasukkin ke dalam pikiran, dan apa yang nggak mau dimasukin ke dalam gudang alam bawah sadar kita. Tapi siapapun nggak akan ada yang bisa mengatur, Cuma diri kita sendiri aja yang bisa atur mana yang mau kita pilih dan mana yang mau kita pikirkan. Kalau Sony Set kampanye “Jangan Bugil di Depan Kamera”, untuk minggu-minggu ini saya juga mau ah kampanye “Jangan Nonton Infotainment di TV”. Regards, Maeya.
Thursday, April 03, 2008
Single Forever
SINGLE FOREVER
Jefry Rahmat
Baik atau buruknya suatu hub tergantung dari siapa saja yang terlibat dari hubungan itu. Banyak orang yang tidak mengerti tentang relationship. Hubungan dalam arti hubungan antar teman, pacaran atupun hub pernikahan. Contoh : jeruk yang langsung diperas dari mesinnya, ketika dicoba manis sehingga dibeli ketika dibawa ke rumah jus jeruk, tetapi ketika anaknya mencoba rasanya tidak enak. ternyata dari semua jeruk yang diperas, ada jeruk yang buruk sehingga membuat semuanya menjadi tidak enak, contoh lain adalah omelet, bila ada satu telur busuk yang disatukan dengan telur lain yang baik,maka telur busuk dapat over power, lebih berkuasa dari yang lain, mengalahkan yang baik, dan ketika telah diaduk dan disatukan menjadi omelet, telur tersebut tidak dapat dijadikan telur seperti semula lagi, sama seperti sebuah pernikahan.
Kej 2:18 alone / seorang diri saja bukan single, alone = sendiri, eklusif, terisolasi. alone belum tentu lonely, tidak baik bagi seseorang untuk seorang diri saja, karena kasih tidak dapat berdiri sendiri, sifat dasar dari kasih ialah memberi, God is love supaya Ia bisa mengasihi maka diciptakan manusia, supaya Dia bisa memberikan kasihNya sehingga dengan demikian kasih menjadi sempurna. Si penerima kasih harus menjadi sama dengan si pemberi kasih. Hal sama terjadi pada adam sehingga dicipatakan hawa, agar adam bisa memberi kasihnya. Wanita diciptakan untuk menerima kasih. Woman is a receiver, man is a giver. Hal ini dapat dilihat dari organ seksualnya. Wanita bukan hanya penerima tetapi juga pengandung. Hati2 dengan saudara (laki2) beri kepada dia, juga dalam perkataan, jangan sembarang bicara. Suatu saat saya pernah tidak sengaja, tidak bermaksud mengatakan demikian kepada istri saya, tetapi istri saya menerima dan tidak dikembalikan saat itu juga, tetapi dikandungnya dan dikembalikan berminggu2 kemudian dan dikembalikan dengan kedahsayatan sendiri. Jangan taruh yang negative, beri yang positif sehingga saat dikembalikan berlipatkali ganda adalah hal yang positif. Manusia tidak dapat sendiri untuk memperoleh keturunan, talenta dan kemampuan dapat dikembangkan sendirian, tapi untuk mengembangkan karakter diperlukan orang lain, maka dari itu Tuhan berkata tidak baik manusia seorang diri saja, alone = all in one, sendiri, menyendiri, terisolasi, tidak punya teman. It’s not gud to be alone, but it’s gud to be single. Single = tunggal, utuh, komplit, tidak terpisahkan, unik. Tuhan tidak berkata it’s not gud to be single, lalu bagaimana dengan Yesus sendirir ataupun Paulus. Adam single, komplit, utuh sebelum dia bertemu dengan wanita yang kemudian dia beri nama hawa. Tuhan menciptakan adam single, utuh, komplit. kej 1 : 31. Tidak tercatat adam mencari sesuatu untuk komplit, tidak mencari kekosongan dirinya. Pada dasarnya Adam sangat sibuk melakukan pekerjaannya, yaitu mengusahakan dan memelihara taman
Wanita tidak diciptakan untuk membuat pria menjadi komplit, karena adam sudah komplit sebelum bertemu dengan Hawa. Tuhan berkata, “Aku akan menjadikan penolong baginya.” Contoh : saya bisa mengangkat barang sendirian, tetapi akan lebih mudah jika ada seorang penolong, tapi saya ga perlu penolong untuk mengangkat benda itu, tetapi ketika ada penolong kita akan lebih merasa mudah. Kita tidak perlu menikah untuk dapat masuk surga, untuk jadi berkat bagi org lain, untuk mendapat urapan. Dan sdr tdk prl mnikah utk dapat menerima panggilan Tuhan. kapan saudara siap untuk mendapat pasangan, yaitu ketika anda tidak merasa membutuhkannya, karena pada saat itu saudara komplit. Singleness harus dicapai oleh orang terlebih yang mau menikah, hanya org yg single yang siap masuk ke dlm pernikahan. pernikahan harus terdiri dari 2 orang yang single, antara pria yang utuh dan wanita yg utuh. Ttpi yg srg tjd adl org menikah dengan org yg saling tidak utuh. Ilustrasi : gelas tidak utuh dengan gelas yang tidak utuh, ini yg sering terjadi antara pria & wnt yang tidak utuh. Jika salah satu memenuhi yang lainnya, dan berkata bersama dia aku komplit tetapi gelas yang satunya menjadi…? sehingga yang terjadi dalam pernikahan saling tarik menarik. Kita harus mengerti The basic of relationship. Are u single? matius 22:39 supaya kita bisa mengasihi kekasih kita, istri kita, suami kita, mertua, menantu yaitu kita harus mengasihi diri sendiri, kalau kita tdk dpt mengasihi diri sendiri, kita tdk dpt mengasihi org lain. Mengasihi diri sendir bukan berarti egois, ttpi mengasihi diri sdr disini adl utuh, komplit. Bagaimana caranya dapat mengasihi diri sendiri :
1. mengenali diri sendiri ( pertanyaan mengenai identitas )
Apakah saudara tahu siapa diri anda dalam Tuhan, tahukah kenapa anda ada disini didunia?
2. menerima diri sendiri
Yesus tahu siapa dirinya dan dpt menerima dirinya Yoh 8 : 14.
Hal yang paling mengerikan adalah orang yang tidak single menikah dengan yang tidak single sehingga banyak perceraian tjd dan org tdk bahagia dlm pernikahnnya. adalah lebih aman menunda suatu pernikahan daripada melaksanakannya ketika belum utuh. Amsal 25 : 28, hanya org yg pnh yg bs mengendalikan hidupnya. org yg tidak utuh tdk dpt memberikan apa2 kpd pasangannya, krn tujuannya mencari pasangan adalah dia sibuk mencari kekosongan dirinya. Untuk dapat mengisi kekosongan hidup kita hanya Tuhan. Mat 6 : 33. sdr tdk prl seorg wanita / laki2 untuk menjadi komplit. Saudara harus tahu tujuan hidup saudara, bisa mengasihi diri sendiri. kunci menuju kebahagiaan adl bila kita menjadi utuh, mengenali keadaan kita dlm Thn baik kita dalam keadaan menikah ataupun tidak menikah. ktk org yg tidak single menikah dengan yang single dia akan merusak pasangannya, apalagi dengan yg tdk single akibatnya adalah ketidak bahagiaan dan perceraian. Pernikahan adl utk pria dan wanita yang telah utuh, kita tidak saling mengosongkan tetapi saling melengkapi. saat pasangan kita tidak ada lagi kita tidak akan terpuruk karena kita sudah utuh. Menikah atau tidak STAY SINGLE!!!
Thursday, March 27, 2008
Cinta Lokasi
CINTA LOKASI
”...Cinta Lokasi Bisa Terjadi Dimana Saja...”
Bukan hanya selebriti saja yang identik dengan cinta lokasi, orang biasa pun bisa mengalami cinta lokasi.
Karena sering bersama, cinta bisa tumbuh. Karena sering kerja bareng, rasa bisa tumbuh. Karena sering susah senang bersama, rasa senasib pun tumbuh. Karena sering bertemu dan bercanda, rasa butuh itu tumbuh. Dan karena sering tertawa bersama, rasa ingin terus dekat tumbuh menguat.
Mengapa sering terdengar ada kasus cinta lokasi dan cinta yang sudah dibina selama bertahun-tahun kandas begitu saja karena kehadiran orang baru yang tidak disangka-sangka. Seperti yang dialami Fika, sudah berpacaran selama 12 tahun dengan pacarnya, tapi mana sangka, ketika pacarnya sudah berbeda kota, pacarnya bertemu dengan teman lama di salah satu resepsi pernikahan. Meski hanya sekali ketemu, tapi itu menjadi awal perubahan. Pacar Fika jatuh cinta pada seorang perempuan dan nggak bisa tahan untuk mendekati perempuan itu. Entah mungkin karena sudah bosan kali, 12 tahun pacaran, sejak SMP, les bareng, di kelas duduk bareng, dan kuliah pun bareng dan tinggal bareng di apartemennya.
Kasus dialami juga oleh Mita, sudah pacaran 6 tahun dengan cowonya, dan backstreet karena dilarang orang tua tapi akhirnya direstui juga, lalu Mita pergi ke luar negri untuk studi dan ketemu dengan seorang cowok baru, dan langsung Mita jatuh cinta dengan cowok baru itu. Dan hubungan 6 tahun itu kandas begitu saja, walaupun sudah diperjuangkan.
Cinta lokasi terjadi biasanya di kalangan para pemain film atau sinetron : Lydia Kandau – Jamal Mirdad, Marissa Haque – Ikang Fawzi, Widyawati – Sophan Sophian, Nicholas Saputra – Mariana Renata, Dewi Sandra – Glenn Fredly, Raffi Ahmad – Velove, Glen Alinsky – Chelsea Olivia, ada juga Ariel – Luna Maya. Sesama artis. Berawal dari pertemuan di ruang artis, dandan bareng, lalu reading script bareng, becanda bareng ala selebritis, dan tebar-tebar pesona siap dimulai. Karena 1 scene diulang sampai 20 kali, misalkan ada adegan berpelukan yang diulang-ulang, dari perasaan yang biasa saja, lama-lama bisa kerasa juga sensasi kedekatannya. Itu di kalangan artis. Ada lagi kisah cinta lokasi yang sering kejadian, yaitu di kantor. Berawal dari meeting bareng, diskusi bareng, dan lembur bareng, makan siang dan makan malam bareng, pulang kerja bareng, rasa cinta pun muncul tak bisa ditahan. Di tempat kerja, kemungkinan untuk cinta lokasi sangat tinggi. Gimana nggak, dari jam 9 sampai jam 6 sore bareng, dan frekwensi ketemu begitu tinggi, toh. Perasaan dekat pun muncul.
Tapi, nggak mungkin kan kalau kita terus ngintil dan mantau pasangan supaya nggak lari dari kita. Dan mana mungkin kita telponin pasangan kita untuk selalu tau apa yang sedang dikerjakannya. Dan apa iya kita akan menghambat karir pasangan, hanya karena takut pasangan kita terlibat dengan cinta lokasi dengan seseorang yang nggak pernah bisa kita duga.
Di tempat ibadah, cinta lokasi pun bisa kejadian. Prosesnya sama : karena sering bertemu sapa, sering bareng, ketawa bareng, melakukan kegiatan bareng-bareng, dan yang paling memicu cinta lokasi adalah ketika ada ”klik” dan moment yang ”nyambung” dan ada rasa nyaman yang muncul ketika lagi berbicara. Curhat itu berbahaya, karena curhat itu mendekatkan emosional dan curhat pula yang menjadi awal dari cinta lokasi. Ketika sudah bertanya soal hal-hal yang mendalam dan sensitif, perhatian terfokus pada orang di hadapan kita itu. Lalu tukeran nomer handphone dan mulai menjalin kedekatan yang lebih dalam lagi. Itulah cinta lokasi. Dimanapun bisa terjadi.
Waktu masa sekolah, kita pun sudah biasa menemukan cinta lokasi. Karena duduk sebangku, les bareng, sering kerja kelompok bareng, sering bertemu tak disengaja, sering tubrukan tak disengaja mungkin, atau sering ribut bareng, lama-lama rasa suka itu muncul dan rasa penasaran mulai ada dan makin dekat saja jadinya. Rasa suka dan sayang itu muncul karena kesamaan dan perasaan senasib. Perasaan senasib mendekatkan manusia-manusia. Di saat sulit, biasanya kehadiran seseorang menambah semangat hidup dan membangkitkan lagi gairah kehidupan.
Ikhlas merelakan. Kalau belakangan ini saya berkali-kali kampanye soal anti poligami dan terus riset soal perselingkuhan ataupun kisah-kisah cinta yang kandas. Dan seorang teman (cowok) tanya : ”pasti elo bakal takut nikah ya...” Pertanyaan yang lumayan membuat saya berpikir dan mundur satu langkah sejenak. Apa iya yah saya jadi takut? Takut karena udah nulis eh nanti kemakan omongan sendiri? Syukurlah, saya malah termotivasi untuk bisa menikah dan memotivasi sahabat-sahabat untuk menikah yang bisa langgeng sampe kakek nenek nanti, eh sampe ajal aja deh, ogah dong kayak Koes Hendratmo, memang sih harmonis tapi pas udah tua eh kawin lagi ama istri kedua J . Iya yah, apa yah sebab saya menulis semua seputar ini? Dan saya sudah tahu jawabannya (personally dan dari berbagai kisah nyata orang banyak), dan saya belajar bahwa segala hal itu akan selalu dipandang dari berbagai sisi, jadi saya sih asyik-asyik aja. Kalau ada yang mengira kalau terus-terusan bahas poligami, nanti beneran kejadian baru rasa loe! Tapi dalam pandangan saya, poligami itu mirip seperti satu penyakit yang harus dicari obatnya. Kalau dokter sibuk sana sini riset untuk menemukan obat yang bisa menyembuhkan sakit batuk atau sakit kepala, kenapa nggak menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit jenis ini? Penyakit poligami adalah penyakit untuk memiliki pasangan lebih dari satu dan penyakit tidak puas dengan apa yang sudah dimiliki – dalam hal ini soal pasangan hidup – Dan itulah alasan saya mengapa selama sebulan ini kerapkali menyuarakan masalah perempuan dan juga poligami. Bukan berniat untuk mengungkit kisah petuah berbau agama, sedikitpun tidak, tapi mencoba untuk melihat dari kacamata berbeda. Bahwa setiap orang memiliki pola pandang dan pola rasa yang berbeda-beda, tergantung dari pengalaman dan hasil-hasil pola asuh sejak kecil hingga kini. Dan saya pun belajar untuk tidak menyalahkan mereka yang sudah terlanjur berpoligami, karena selalu ada alasan dari pilihan itu, dan pengalaman masa lalu yang menyedihkan bisa menjadi salah satu penyebab mengapa ada orang yang sulit untuk bertahan dengan satu pasangan saja dan mudah tergoda dan jatuh cinta dengan orang baru yang ditemui. Tidak pernah ada kata puas dalam segala hal, tapi kita semua belajar untuk mengatur semua ketidakpuasan itu, bukannya mengikuti saja semua naluri ketidakpuasan dan memuaskannya atas nama cinta. Halah. Cinta itu ya cinta, tok! Cinta itu bener-bener cinta kalau tidak melukai dan menyakiti pihak lain. Kalau memiliki pasangan lebih dari satu dan mengatasnamakan itu sebagai cinta, coba diputar balikkan kalau kita yang berada di posisi pasangan kita. Apa yang bakal kita rasa kalau pasangan yang kita sayang banget itu memutuskan untuk punya pasangan lain yang kedua, ketiga, dan dengan dalih : ini cinta, ada yang butuh cinta juga, dan yang penting ikhlas dan adil kan. Cinta tidak pernah adil dan sama. Orang tua pun tanpa sadar memberikan cinta yang tidak pernah sama persis antara si bungsu dan si sulung. Dan itu pula yang menjadi alasan, bahwa cinta itu bukan soal adil atau nggak, soal ikhlas atau nggak, tapi cinta itu soal janji. Janji untuk selalu menjaga dan menghargai cinta. Dan cinta itu soal komitmen untuk selalu setia menjaga janji yang sudah diikatkan.
Dan pengaruh media sudah sedemikian hebatnya, karena berita yang jelek-jelek seputar selingkuh – cerai – poligami – lebih laris untuk naikkin rating, berita selebritis selalu seputar yang jelek-jelek saja. Berita keharmonisan pasangan artis, menjadi hal yang biasa dan nggak ada greget, untuk voice overnya saja sudah datar, tidak seperti voice over yang membahas berita jelek, bisa penuh dengan konflik dan nuansa yang dramatis. Akhirnya ini membuka pola berpikir soal hubungan juga, ada yang menganggap affair itu biasa, affair itu keren, apalagi buat sebagian anak-anak band yang mau promo album, dan affair itu membuat sebagai pubic figure makin laris order, dan affair menjadi salah satu strategi untuk mengangkat pamor beberapa artis baru. Dan semua ini kembali pada pilihan, apakah hanya sebatas itu saja makna dari hidup ataupun popularitas? Sengaja mengumbar gosip affair atau perceraian supaya makin dikenal audience dan supaya makin ngetop, meski dikenal dengan gosip yang miring dan kadang – maaf, kacangan - apa nggak pingin dikenal karena musiknya memang keren dan legendaris, bukan karena penyanyinya itu baru aja cerai? Kalau seorang public figure memiliki pandangan sempit soal hidupnya dan setiap hari wajah dan statementnya ditampilkan di media, bagaimana kira-kira pola pikir para audience dari kelas C,D,E yang begitu kagum dengan public figure yang wara wiri di media ketika melihat sidang-sidang perceraian idolanya di TV? Selesai sidang cerai, artis akan dikerubuti wartawan dan ditanya apa perasaannya, dan walau sebenarnya cerai itu sebenarnya sebuah aib, tapi dalam sekejap media merubahnya menjadi sebuah “prestasi” yang mengukir kisah perjalanan hidupnya. Bahkan ada juga seorang public figure yang dicerca karena merebut suami orang, menjadi kaya mendadak, tapi semakin seringnya berita itu, bukanlah hal yang membuat public figure ini hilang dari peredaran. Suatu hari saya melihat public figure di sebuah mal elite, dan masyarakat masih memandangnya dengan kagum “weow....artis tuh....” Saat itu terbersit sedikit saja : ok, karena dia public figure walau melakukan hal buruk, akan tetap dianggap mahluk terhormat. Bahkan seorang yang dikenal sudah berdosa besar pun bagi suatu bangsa, ketika meninggal dielu-elukan selayaknya mahluk paling suci di negri ini. Perubahan kondisi secara otomatis akan terjadi juga, kalau dulu, orang biasa tiba-tiba bercerai, para tetangga akan menganggapnya hina sekali, tapi karena sekarang public figure banyak yang bercerai, malah dianggap “wah mirip seperti artis”, alias keren juga lah walau cerai. Bahayanya, ketika public figure dengan bangga dan bertutur seperti orang paling benar dan paling mengerti ayat-ayat suci, bercerita kalau dia mengambil keputusan – maaf, poligami lagi nih – dan audience melihat dan mendengar statementnya itu, audience pun belajar “tuh, dia aja orang hebat, berpoligami, berarti nggak salah dong kalau saya juga sama seperti dia”. Hal-hal yang salah dianggap biasa, lalu dianggap tidak salah lagi, dan hal-hal yang benar mulai terlupakan dan kalah pamor. Hal-hal salah yang lebih menarik untuk digosipkan. Akibatnya : tak sedikit orang berbondong-bondong melakukan hal salah yang keren, supaya bisa ngetop dan terlihat makin “berimage” dong.
Oya, ternyata tidak sedikit pasangan yang berhasil membuktikan janji cinta dan kesetiaan, dan kasus kegagalan cinta itu tidak sebanyak kasus kesuksesan cinta. Seperti kalau di satu kelas zaman sekolah dulu, ada 40 siswa, dan biasanya akan ada 10 siswa yang gagal untuk naik ke tingkat lebih tinggi lagi, dan harus mengulang lagi karena nggak naik kelas dan nilainya kebanyakan merah, kisah cinta pun seperti itu, ada yang gagal dan itu ternyata tidak sebanyak yang berhasil. Kebetulan saja, yang gagal yang lebih sering diekspos di media, yang berhasil jarang diekspos, sehingga terasa kalau kegagalan kok banyak dan sering terjadi yah? Mau bukti? Coba aja ke badan statistik, tingkat perceraian ternyata tidak tinggi-tinggi amat kok, dan kalau ada rekan atau sahabat atau saudara yang harus menjalani itu, termasuk para public figure yang sukses karir tapi gagal dalam percintaan, ya itu karena belum mengerti dan belum lolos ujian cinta aja, jadi sedikit ketinggalan dibanding yang lain yang sudah berhasil lulus ujian cinta dan berhasil membuktikan kalau bisa meningkatkan kualitas hubungan cinta dengan pasangannya. Tapi bukan berarti itu prestasi cinta loh, itu tetap saja nggak naik kelas dan banyak merah di rapor cintanya.
Mau lulus ujian cinta? Belajar dan tahu dulu soal cinta sama yang udah berhasil membuktikan sebagai juara cinta, then kerjakan soal-soal nyatanya, kalau gagal dan skor masih rendah, introspeksi ulang, dimana yang masih kurang, latihan terus, sampai akhirnya mahir soal cinta-cintaan. Terima kasih buat semua teman-teman dan saudara dan public figure yang menjadi inspirasi saya selama sebulan ini untuk nulis banyak soal nikah, poligami, cerai. Especially buat Maia – Dhani, kisahnya terus jadi bahan analisa yang sayangnya belum ada endingnya nih. Karena kok ulur-ulur gitu dan saya curiga aja nih jangan-jangan itu salah satu strategi untuk ningkatin penjualan album aja nih, abisnya kok lagu Wonder Woman selalu diputar nggak jauh waktu setelah atau sebelum lagu EGP diputar hehehe. Kalau ternyata semua itu gosip, syukurlah, tapi kalau ternyata semua berita pasangan ini beneran, walah, gimana nasib Al, El, Dul nantinya yah kalau sudah beranjak besar nanti? Yah, tetap saja akan dianggap keren walau punya orang tua broken home, karena kan mereka anak public figure. Coba kalau anak biasa yang punya orang tua kacau balau perkawinannya, apa iya akan dipandang se”tinggi” seperti orang memandang anak-anak public figure?
Maeya
Maerose11@yahoo.com
Friday, March 21, 2008
Film Indonesia Bangkit dari "Kubur"
FILM INDONESIA : BOMBARDIR SEKS, HANTU, DAN KEKERASAN PADA PEREMPUAN
Saya terbakar! J Yes, I do love Indonesian Movie, tapi siapa sangka banyak yang mencerca film Indonesia, salah satunya dua orang sahabat saya. Halah, sayang-sayangin aja buang duit nonton film Indo, film Indo kan basi konyol jayus, paling setan-setanan doang. OK. Ya sudahlah, teuteup saya cinta film Indonesia, kecuali film bertema hantu, saya takut hantu, saya tidak percaya adanya hantu, dan kalaupun memang ada hantu saya tidak berminat untuk mengetahuinya lebih jauh.
Back to topic : ”Saya terbakar! Emosi saya terbakar waktu nonton dua film terbaru di bioskop : dua film
Nggak jauh-jauh, pasti :
Seputar Seks. XL, Quickie Express, DO...(dan adegan seks menjadi adegan yang “menjual” dan membuat penonton akan terkesan, oh gosh, apa iya Cuma seks yang bikin orang memaknai hidup)
Seputar Hantu. Segala jenis pocong, kuntilanak, rumah hantu, halah! Yang lain kek! (gila aja semakin banyak anak-anak suka paranoid tiap kali mau ke kamar mandi dan semakin banyak orang dewasa jadi percaya hal-hal mistis, ke dukun biar cepet kaya lah, atau nyalahin kondisi mistis tiap kali lagi alamin apes).
Seputar Pergerakan dan Kebangkitan Perempuan. Berbagi Suami, Perempuan Punya Cerita.
Seputar Kisah percintaan. Love (it`s nice, ini baru OK), Ayat-ayat Cinta (ini juga ok, tapi kok jadi melegalkan poligami dan kekerasan pada perempuan?), AADC (saya suka Nicholas Saputra, sosok lelaki muda berkarisma tenang tapi berisi dan memaknai cintanya pada perempuan muda bernama Cinta), Butterfly (soundtrack keren, tapi film garing dan gersang makna), Otomatis Romantis (biasa banget sebenernya, tapi cukup fresh dan nggak jayus), 3 Hari Untuk Selamanya (karena ada Nicholas Saputra, maka sukalah saya dengan film ini, though, adegan seks menjadi adegan yang lagi-lagi melegalkan seks itu...)
Seputar Komedi Cinta. Ini jagonya Hanung soal film beginian : Jomblo, Get Married memang lucu dan segar lucuannya dan tanpa harus bergantung pada adegan seks, tapi film-filmnya bisa menghibur.
Film Indonesia Kehilangan Jati Diri? Itu terbukti dari caranya memasang adegan seks. Tontonlah 100 dvd bajakan film Barat dan pastinya akan selalu ada adegan seks/ ranjang di dalam film itu. Sedih sekali, kalau ternyata sineas Indonesia mengacu pada film-film Barat seperti “American Pie” (yang terbukti sukses berat) atau segala jenis romantic comedy ala Barat yang identik dengan “One Night Stand”, “Sex Is a Game”, “Divorce is Normal”, atau “Affair is OK for a relationship”. Iya. Nggak munafik, adegan seks memang fun to see and fun to watch. Bikin berimajinasi macam-macam, secara,
Quickie Express (kerjaannya Joko Anwar) menampilkan adegan horney dan adegan ketika tiga gigolo muda memberikan pelayanan seks bagi para tante girang. Waktu saya nonton ini, kontan, tertawa terpingkal-pingkal, apalagi kalau liat tingkah Aming waktu beradegan dengan Ria Irawan. Tapi apa solusi buat tokoh yang dimainkan oleh Tora Sudiro? Masalah awalnya : nggak ada duit, so jadi gigolo, tapi dia sadar kalau hidupnya bisa lebih berarti tanpa harus jadi gigolo, lalu apa solusinya supaya bisa punya duit? Solusinya : jadilah seorang hunter gigolo. Tokoh Tora pun nggak jadi gigolo lagi, tapi jadi tukang germo gigolo. Halah.
DO. Ups film
XL. memang nggak banyak adegan seks, tapi dialog andalannya adalah “emang ITU elo sepanjang apa...” dan di usia menjelang dewasa, seks seolah menjadi sesuatu yang WAJIB harus dialami sebagai bukti identitas diri yang mantap. Nggak dibahas banyak soal faktor lain yang bisa membuat kaum dewasa muda bisa lebih percaya diri, selain : punya “ITU” gede dan ngerti “TEKNIK GITUAN” dengan berbagai gaya.
3 Hari Untuk Selamanya. Pun, ada adegan seks, ketika Nicholas dan pasangan mainnya berhubungan badan, padahal mereka masih sepupuan, dan baru 3 hari bersama. Lagi-lagi, ini terbawa pengaruh dari film mana yah? Adegan seks seolah menjadi puncak klimaks dari cerita perjalanan selama 3 hari itu. Pesan penting yang “kena” banget buat saya waktu Nicholas menceritakan kalau umur 27 tahun itu umur yang menentukan hidup seseorang, Kurt Cobain meninggal di usia 27 tahun, Sukarno mulai berpolitik di usia 27 tahun, dan ada lagi yang lain (saya lupa...).
Ayat-Ayat Cinta. Bagus, keren, settingnya bagus, dan pesannya kena. Iya, kena banget : kalau ternyata si Fahri begitu “sempurna” karena dia begitu baik, dan dia bisa menyelamatkan seorang perempuan dengan menjadikannya sebagai istri kedua. Terhenyak saya, waktu melihat ada headline di surat kabar, seorang mentri menonton film AAC dan merasa begitu terharu. Oh, terharu di bagian mananya, Pak? “Saya terharu dengan istri pertama Fahri yang bisa ikhlas menerima kehadiran istri kedua dan bisa ikhlas menjalani poligami”, jawab si tokoh negara itu. Oh, terharunya di bagian itunya, saya kira terharu melihat perubahan kualitas dan teknik pengambilan gambar atau editing dari film AAC itu.
From Bandung With Love. My favorite scriptwriter : Titien Wattimena, dan saya berani yakin ini pasti bagusss sebagus film LOVE yang bisa menghibur tanpa harus mengandalkan adegan atau dialog yang mengarah pada “seks”! FBWL harusnya belum selesai, karena membuat rancu pesan dari film itu. Awalnya dibahas kalau hampir semua lelaki pasti selingkuh, dan tokoh VEGA kemakan omongannya sendiri, akhirnya dia nggak tahan untuk selingkuh dengan lelaki. Akhirnya VEGA diputusin pacarnya, dan ya udah katanya, Life must go On, VEGA belajar dari kesalahan. Dan pesan akhir dari film itu : hehehehe terbukti kan, nggak Cuma cowok aja kok yang selingkuh, cewe juga selingkuh tuh! Ya, jadi, boleh kalau selingkuh dalam satu hubungan? Karena toh udah pernah diangkat juga ke layar lebar? Plus, lagu-lagu pun laris manis ketika bahas soal “selingkuh” : Selingkuh Sekali Saja, Selingkuh Itu Indah, Tak Selamanya Selingkuh Itu Indah, Kekasih Gelapku....bla bla bla..
Bukan Bintang Biasa. Yang nulis : Titien Wattimena juga. Menurut saya bagus, dan enak untuk ditonton, tapi orang film jebolan IKJ, ada yang baru 10 menit, langsung keluar dan nggak lanjut nonton lagi. Hehehe. Namanya juga selera, tapi saya tetap suka. Mengangkat permasalahan remaja dari sisi yang positif dan nggak terlalu muluk-muluk. Dan ada Raffi Ahmad!
Perempuan Punya Cerita & Berbagi Suami. Nia Dinata jagonya soal topik begini. Mengangkat wacana yang hampir semua sudah tahu, sebenarnya, but masih terjebak pada lingkaran itu-itu saja, iya ok perempuan itu jadi korban kekerasan, dan iya perempuan itu hanya jadi obyek saja dan iya perempuan selalu diinjak-injak dan nggak dihargai. Lalu apa solusinya? Apa solusi supaya tidak ada lagi tindakan kekerasan pada perempuan? Sedangkan film yang beredar dan diproduksi selalu menjadikan perempuan sebagai obyek dan diperkuat banget dengan adanya adegan ”seks” atau dialog yang mengarah ke ”seks”.
Apa yang saya secara pribadi alami setelah menonton deretan film Indonesia? Saya berspekulasi akan efek – efek berikut ini setelah menonton film-film ini adalah :
1. Seks Bebas menjadi hal biasa dan nggak tabu lagi, nggak peduli di negara agama kek, di negara komunis kek, karena adegan seks membuat penonton jadi ”horney” secara nggak langsung (eh, iya saya sih iya banget waktu liat adegannya Nicholas Saputra di 3 Hari Untuk Selamanya), dan pola berpikir masyarakat akan bener-bener berubah 180 derajat, soal seks. Seks nggak lagi dianggap tabu! Kenapa sih harus anggap seks itu tabu. Ye, jelas-jelas, tauin aja remaja ABG SMP, SMA, Mahasiswa itu kalau lagi jatuh cinta, dunia milik berdua, jadi penasaran mau cobain ”seks”, nah emang udah ngerti cara pake kondom atau cegah kehamilan? Syukur-syukur ga hamil, kalau ampe hamil? Ya udah, ga usah sekolah lagi atau ya udah gugurin aja tuh kandungan, beres kan!
2. Perempuan akan bangkit dan nggak mau lagi jadi korban kekerasan rumah tangga. Perempuan akan menentang perkawinan poligami atau justru akan tutup mata pada kenyataan. Ya udah lah memang udah nasib, nggak usah dikutak kutik deh, kalau ternyata poligami itu suatu keharusan dan kewajaran alam semesta dan kan dianggap sah-sah aja kan dari beberapa sisi? Dan akan semakin banyak LSM perempuan untuk membela hak perempuan. Tapi kapan bisa terdengar ada LSM Lelaki untuk membela hak lelaki dan mengingatkan apa peranan lelaki di bumi ini?
3. Jumlah perjaka dan perawan ting-ting bisa semakin meningkat atau justru menurun? Dan jumlah pernikahan akibat hamil di luar nikah akan makin meningkat atau justru merosot? Lalu jumlah pengunjung Mak Erot/ Mak Siat akan makin meningkat atau menurun? Bagaimana dengan tingkat kepercayaan diri lelaki ketika ”itu”nya dianggap iii (imut imut impoten) (taken from film DO)? Bagaimana dengan tingkat poligami di Indonesia? Bagaimana dengan tingkat kasus perselingkuhan yang diikuti dengan kasus perceraian di Indonesia? Dan terakhir, bagaimana dengan tingkat kasus aborsi yang dilakukan para remaja usia sekolah yang terlanjur terlena untuk eksperimen langsung dengan keindahan adegan seks di film bioskop ataupun film blue yang beredar di emperan-emperan Glodok?
Saya terbakar! Karena hanya menjadi tokoh pasif yang melihat dari kejauhan kondisi film dan hanya bisa berkomentar saja, tapi kalau mendadak disodorkan budget 5 M untuk membuat sebuah film box office, apa iya saya bisa? Dan apa iya saya bisa membuktikan kalau film yang tidak berbau seks atau hantu, bisa juga menjadi film tersukses di negri ini?!!! Apa iya kalau film dengan tema lain yang bisa menjawab permasalahan hidup, tidak melulu soal seks, bisa juga menerobos kancah persaingan film yang masih didominasi para kapitalis-kapitalis perfilman?
Berangkat dari kisah-kisah nyata yang ada, banyak orang yang takut dan sebel kalau mengalami masalah hidup. Masalah penyakit. Masalah duit. Masalah keluarga. Atau masalah cinta. Adakah film yang bisa membangkitkan semangat hidup orang-orang yang di ambang kematian karena kanker rahim stadium 4? Karena kunci kesembuhan, salah satunya : nonton film komedi sesering-seringnya, supaya imunitas tubuh meningkat dan bisa sembuh dari kanker. Adakah film yang bisa menjawab permasalahan orang yang lagi stress karena nggak tau harus beli beras pakai apa lagi? Karena udah ga punya duit lagi! Dan adakah film yang bisa membangkitkan keyakinan orang-orang untuk selalu menghargai cinta, pasangan hidupnya, keluarga, dan perkawinannya, dan berjanji untuk selalu menjaga keutuhan cinta itu? Kalau selama ini film memberitahukan teknik melakukan gaya-gaya hubungan ”seks” yang ok, apakah ada film yang bisa menjawab pertanyaan ”gimana supaya pasangan setia seumur hidup dan gimana supaya perkawinan dan hubungan cinta itu bisa langgeng terus, apa tekniknya”? Semoga saja ada, saya menantikan 1 film adaptasi novel ”Laskar Pelangi”, apakah film ini bisa menjawab kegelisahan banyak umat manusia atau film ini hanya menjadi rintihan kesedihan saja tanpa solusi yang pasti?
Anyway, di bulan film nasional ini, selamat...selamat....selamat....film Indonesia sudah bangkit dari ”kubur” tapi jangan merosot lagi ke zaman-zaman film ”Ranjang Tak Bernoda” dong.
Maeya
Maerose11@yahoo.com
Monday, March 17, 2008
Ujian Kesabaran - Semester Ganjil
UJIAN “KESABARAN” Semester Ganjil
Kurikulum : praktek menunggu giliran, praktek menghadapi berbagai karakter orang, praktek menahan keinginan dan ego diri sendiri, dan praktek menjaga emosi supaya tetap stabil walaupun situasi sudah sangat panas dan memancing emosi.
Bahwa hidup adalah proses. Semua ada waktunya. Tidak mungkin hari ini menanam pohon, besok langsung berbuah. Dan kenyataannya, segala hal dalam hidup ini bener-bener membutuhkan proses. Cinta baru tumbuh dengan subur ketika melewati proses-proses yang berkesinambungan. Kekuatan hati dan jiwa terbentuk setelah melalui proses-proses jatuh bangun berkali-kali. Begitu juga kesabaran, perlu dilatih, dan perlu proses untuk membentuk kualitas sabar yang sempurna dan mantap.
Ceritanya begini, bulan ini menjadi bulan saya menjalani banyak sekali latihan, ujian, pr dengan tema utama : kesabaran. Hanya karena ada latihan dan ujian ini, barulah saya bisa mengetahui sampai sejauh mana skor dan nilai kesabaran saya. Kalau ada guru yang bisa mengajarkan mata pelajaran “kesabaran”, saya percaya, itu mata pelajaran yang bakal menguras emosi dan bakal membentuk karakter banget. Berikut ini adalah beberapa latihan dan soal-soal kesabaran yang saya sudah selesaikan dan sudah ada skornya juga :
1. Setting : Sebuah toko elektronik. Kondisinya begini : ada penawaran untuk membeli barang elektronik dengan cicilan 3 bulan, boleh dicicil tapi harga lebih mahal totalnya nanti. Lalu saya putuskan, ok, saya mau cicilan aja yah Mas. Oow. Waktu saya tinggal 5 menit dan saya sudah ada janji lagi. Jantung mulai ga sabar menunggu. Mas, cepetan nih aku ada janji, kata saya pada penjaga toko itu. Lalu penjaga toko mulai stress, ternyata error dengan mesin kartu kreditnya dan sudah 15 menit waktu berlalu. Saya mulai spanning. Duh, ga bisa yah mas, nggak bisa? Gimana sih, aku buru-buru nih, desak saya. Dan penjaga toko mulai panik, tapi bon sudah diprint out, bisa saja saya batalkan pembelian itu, tapi kok nggak pingin juga seperti itu. Dengan santainya, penjaga toko itu pun bilang : bayar biasa aja deh yah Mbak, nggak usah cicilan? Hah, dalam hati saya. Ya udah deh, cepet cepet, cepet cepet, aku telat nih!!! Dan bergegaslah saya tinggalkan toko itu. Hasilnya : saya tidak jadi beli dengan sistem cicilan, saya sudah marah-marah karena tidak sabaran, dan saya terlambat dengan janji saya selanjutnya. Kesal? Ya iyalah! Skor kesabaran saya : masih C minus. Wah bisa bikin IP drop nih kalau ada mata kuliah yang nilainya C minus. Ya sudah, belajar dari pengalaman : lain kali, kalau ada janji, saya lebih baik tidak melakukan hal lain yang bisa menyita waktu, dan sepertinya patut dimaklumi teknologi banking tidak gampang juga untuk dikuasai. Waktu mengerjakan soal-soal ”kesabaran’ ini, sebenernya point-point yang harus dilewati sudah jelas : menunggu, sabar menunggu, dan tenang aja mustinya. Masalahnya karena ada janji mepet aja makanya jadi nggak sabar. Dan kenapa kita nggak sabaran? Karena kita selalu ingin apa yang kita harapkan tuh terjadi. Sebelum ke toko itu, saya menargetkan hanya 5 menit saja sudah harus selesai transaksi, dan itu versi saya, tapi kenyataannya dibutuhkan proses 20 menit untuk selesaikan transaksi itu.
2. Setting : Bengkel Otomotif. Kondisinya begini : dengan waktu yang terbatas, hanya 1 jam saja, saya harus bereskan semua urusan klaim kendaraan dengan pihak bengkel dan asuransi. Dan again, saya harus menunggu lagi, dan melihat gerak-gerik penjaga bengkel yang pelan dan lambat, duh caranya menekan tombol telpon begitu pelan, ya ampun, iya sih itu bapak sekitar 40 tahunan. Awalnya, saya bertahan saja untuk sabar, sambil sesekali melihat ke arah jam dinding. Masih ada 30 menit lagi. Tik tak tik tuk...waktu berlalu, sudah hampir 40 menit saya menunggu, tapi bukti klaim masih belum jadi juga. Waktu ujian ”kesabaran” pun dimulai. Saya bangkit dari duduk, menghampiri petugas bengkel. Udahan belum pak? (dan ini 4 kali saya bertanya seperti ini). Bentar bentar bentar... Ok..saya tunggu. Belum juga. Dan waktu sudah molor 30 menit dari perkiraan saya dan sudahlah, rencana berantakan. Respon terakhir : kok lama sih, Pak, biasanya kalau sama bapak yang ”itu” cepett...! Ups. Bablas juga deh, dan skor kesabaran saya kali ini, lagi-lagi : C, tapi C polos. Owalah. Sumber masalahnya pun sama, apa yang membuat saya kewalahan menyelesaikan ujian kesabaran adalah waktu. Ketika kepepet waktu, ketika memasang dateline, tanpa sadar, sulit untuk tenang dan sabar. Padahal semuanya kan butuh proses. Selamat. Saya dapat C untuk soal nomor 2 ini.
3. Setting : Mobil, dalam perjalanan tol panjang. Sabtu lalu pertama kalinya saya ke daerah Pamulang, butuh hampir 2,5 jam untuk kesana, dari arah Mangga Dua. Karena sedikit buta jalan, dari Mangga Dua, saya menuju ke arah Senen, eh tembusnya ke Kelapa Gading, dan masuk pintu tol, lalu lewati lagi Mangga Dua (Woof...sumpeh deh, insting memilih arah jalan mendadak jadi tumpul banget). Lalu hujan deras di Slipi, lurus terus menuju arah BSD City. Cukup lancar, dengan tanya beberapa orang di jalan, akhirnya sampai juga di lokasi yang saya tuju, Villa Dago Pamulang. Dan waktu itu sudah Pk 13.30. Di hari itu saya memperkirakan Pk 15.00 sudah bisa pulang ke rumah, tapi molor. Dan Pk 16.00 baru bisa ke arah balik. Teman saya sudah menelpon saya kapan siap pergi untuk hangout... dan saya belum kabari. Perjalanan pulang pun dimulai. Dari Pamulang menuju arah Mangga Dua. Kiri atau kanan? Ok Kiri. Eh ternyata macet!! Puter balik ke kanan. Lalu saya masuk pintu tol, dan keluar di Fatmawati untuk drop satu rekan. Macet banget menuju pintu tol selanjutnya, tapi tenang, bisa sambil nelpon. Saya pun nelpon dengan santai dan kejadian lagi, mustinya ke arah Bogor Ciawi dan saya kebablasan ke arah Bandung. Saat itu bawaannya sih mau nyalahkan suasana, coba gue nggak nelpon! Tapi sudahlah udah kejadian. Dan keluarlah saya di pintu tol Tanjung Priok. Hm...tenang, ga jauh lagi sampai Mangga Dua. Kok kanan kiri semuanya truk tenker yang besar-besar. Dan udah bisa tebak : saya salah arah dan itu menuju pelabuhan barang Tanjung Priok dan menuju arah Cilincing. Duh puter lagi, macet banget. Puter sana sini tibalah di satu jalan namanya Jl. TIPAR CAKUNG. Macet sekali, nggak berkutik. Saya telpon kawan saya yang rumahnya dekat situ, dan dia bilang, harusnya saya puter balik. Ya udah lurus terus dan cari jalan dan ketemulah Kelapa Gading yang macet padat. Dari situ langsung masuk tol lagi menuju Mangga Dua. Hmm tenang lah saya. Dikit lagi sampai. Tapi belum sampai disitu, ketika sudah menuju pintu gerbang, ternyata pintunya ditutup dan harus puter balik lagi sekitar 1 km, puter lagi. Dan emosi sudah bergejolak. Saat itu sudah Pk 19.30. Dan bubarlah semua rencana awal saya untuk bisa pergi dengan teman saya Pk 18.00. Saya baru sampai di rumah Pk 20 kurang. Walah walah, ujian kesabaran kali ini, paling ngaco, karena belum belajar sungguh-sungguh, karena kurang tidur, kurang konsentrasi, dan karena asal-asalan aja mencari jawaban dan solusi. Bisa dibilang skor untuk ujian di setting ini adalah D. Dan ini harus ngulang lagi, supaya bisa lebih menguasai.
Ketiga soal ini masih soal ringan dalam mata kuliah ”kesabaran” sebelum menuju semester yang lebih tinggi lagi, untuk bisa lulus jadi sarjana ”sabar”.
Conclusion : Mata kuliah ”kesabaran” ini melatih siswa untuk terbiasa menunggu, dan terbiasa melewati proses-proses kehidupan. Dari bayi hingga dewasa, butuh proses bertahun-tahun. Lalu dalam hal karir, untuk bisa sukses, ada proses-proses yang harus dilewati, nggak mungkin hanya dalam hitungan jentikkan jari langsung jadi orang besar, nggak mungkin hanya dengan berdoa lalu langsung jadi raja. Dalam hal cinta, juga sama, nggak mungkin, hanya dalam hitungan singkat, langsung bisa menghasilkan kualitas cinta yang tinggi dan dewasa. Banyak proses yang harus dilewati untuk bisa membentuk cinta yang berkualitas, cinta itu harus diuji, Bung! Ungkap seorang pujangga cinta. Yang terakhir, tak kalah pentingnya, kualitas iman beragama pun membutuhkan proses yang harus terus berkesinambungan. Dibutuhkan latihan dan soal-soal dan ujian nyata untuk makin meningkatkan kualitas keyakinan dan iman kita, dalam segala ajaran agama, selalu diingatkan, nggak mungkin kalau hidup itu bebas dari kesulitan dan masalah. Banyak yang berbondong-bondong jadi rajin beragama karena satu alasan : mau bebas dari masalah hidup. Yang terjadi, bukan begitu! Karena beragama bukan itu tujuan utamanya. Kalau semua yang beragama, dengan hanya berdoa terus lalu langsung bebas dari masalah dan hidupnya langsung sempurna tanpa sedikitpun kesulitan hidup, saya yakin, berani yakin, tempat ibadah sepi! Tapi, bukan berarti kalau kita berdoa, masalah hidup nggak selesai yah. Kita sering berdoa : semoga saya menjadi orang yang lebih tegar dan kuat menghadapi hidup ini, dan menjadi orang yang sabar dan semakin berkualitas baik. Jawabannya : tiba-tiba muncul masalah bertubi-tubi. Refleks kita bertanya : kok doa saya malah seperti ini, kenapa malah banyak masalah setelah berdoa. Loh, inilah jawabannya, kalau mau jadi manusia yang makin tegar dan kuat, harus mengalami masalah dan kesulitan hidup dulu, supaya iman bisa terlatih dan supaya jiwa bisa makin tahan banting. Dulu, saya berdoa : semoga saya bebas dari masalah, donk.... Dan yang terjadi : masalah masih tetap ada dan nggak mungkin saya lari dari masalah. Lalu saya pun diajarkan untuk mengganti isi doa saya menjadi : semoga saya mampu tegar dan kuat menghadapi masalah hidup saya dan semoga saya bisa lebih bahagia lagi dan bisa membagikan kebahagiaan saya pada orang banyak nantinya. Doa itu bukan hanya untuk diri sendiri saja, ternyata! Tapi juga untuk orang lain. Related to topik ”kesabaran”, untuk bisa menjadi orang yang makin sabar, memang harus dan musti berhadapan dengan banyak rintangan dulu, supaya bisa teruji sampai di mana kesabaran itu. Di hidup keseharian ini, begitu banyak orang yang tidak sabaran dan tidak menikmati proses, dan setiap hari ada ladang untuk melatih kesabaran. Mau jadi orang yang lebih sabar? Nikmatilah kemacetan kota Jakarta dan ruwetnya lalu lintas yang makin menggila saja. Kalau bisa sabar menghadapi kondisi macet dan tetap tenang walaupun sudah 2 jam terjebak di jalan tol yang tidak bergerak, pastinya skor kesabaran meningkat. Tapi kalau masih keluar makian-makian dari kasar sampai lembut, berarti masih harus belajar ulang dan latihan lebih banyak lagi, supaya bisa makin meningkat kualitas kesabarannya. Ok, untuk pembahasan kali ini, kira-kira ini dulu yah, saya udah nggak ”sabar” nih mau isi perut yang kelaparan (kalau soal kebutuhan primer makan seperti ini, bukan ujian kesabaran lagi, kan?)
Maeya
Maerose11@yahoo.com