Thursday, April 10, 2008

Tumbuh ke arah mana Jiwa Berkembang

Lagi. Kasus Bunuh Diri di tahun 2008 ini.

Seorang lelaki usia 30 tahun lompat dari lantai 7 gedung Gajah Mada Plaza, karena hubungan cinta tidak direstui oleh orang tuanya. Ada yang bilang, karena nganggur, pihak keluarganya tidak kaget mendengar dia bunuh diri, lompat dari gedung. Sempat ada sekelompok anak kecil mau menyelamatkan, tapi lelaki ini tidak selamat. Ada lagi yang bilang, posisi matinya tidak wajar, seperti sedang mencoba melindungi diri, oh mungkin terpeleset.

Seorang bapak pengusaha kaya raya, tinggal di perumahan elite Jakarta, minimal harga rumah 5 M, baru saja bunuh diri juga, gantung diri di tangga rumahnya yang tinggi sekali. Istrinya menderita kanker dan tiap bulan harus jalani kemoterapi di luar negri, minimal 100 juta biayanya, dugaannya, bapak ini stress karena biaya pengobatan yang tinggi. Takut uangnya bisa habis nanti. Ah, nggak mungkin, dia punya banyak sekali asset rumah!

Seorang siswa SMP bunuh diri karena tidak bisa membeli tas sekolah yang baru. Bukan kasus pertama, tahun lalu ada juga seorang anak sekolahan bunuh diri karena tidak punya uang jajan lebih. Tahun lalu juga ada seorang ibu bunuh diri setelah memberikan racun serangga kepada ketiga anak-anaknya, karena stress terjerat masalah ekonomi.

Soal kerjaan...

Kenapa jadi kesel, kan ini sumber masalahnya dari diri sendiri. Kenapa kok jadi sewot waktu dikritik, kan namanya juga kerjaan harus ada yang memberikan komentar dan masukan. Kenapa kok jadi gelisah sendiri, lah wong kebanyakan mikir kurang action yah jadinya begindang. Kenapa harus kebawa stress gara-gara masalah orang lain. Iya, banyak orang stress di sekeliling kita, tapi bukan berarti virus stresnya itu menyebar ke diri kita lah yah. Iya, itu teorinya, tapi ketika berada di dekat orang yang sedang penuh dengan kekesalan, kebencian, dan kemarahan, oh yah, dan terus-terusan sumpah serapah khas keluhan, pilihannya : jauhin dia sejenak atau justru hadapi dengan tahan banting?

Saat ini saya belajar untuk menerima kenyataan, ada seorang rekan yang begitu membenci pekerjaannya dan jadi sering uring-uringan kesal dan pesimis terus. Ada juga seorang rekan yang mulai patah semangat dan benci dengan sistem yang tidak menguntungkan bagi karirnya. Ada juga seorang teman yang benci pada cinta yang perlahan membunuhnya. Ada lagu baru yang menjadi theme songnya, yaitu lagunya D`Massive ”Cinta membunuhku” begini liriknya : kau membuat kuberantakan, kau membuat kutak karuan, kau membuat kutak berdaya, kau menolakku acuhkan diriku. Bagaimana caranya untuk meruntuhkan kerasnya hatimu. Kusadari kutak sempurna, kutak seperti yang kau inginkan. Kau hancurkan aku dengan sikapmu, tak sadarkah kau telah menyakitiku, lelah hati ini meyakinkanmu, cinta ini membunuhku, bagaimana caranya untuk meruntuhkan kerasnya hatimu, kusadari ku tak sempurna, ku tak seperti yang kau inginkan. Kau hancurkan aku dengan sikapmu, tak sadar kah kau telah menyakitiku, lelah hati ini meyakinkanmu, cinta ini membunuhku”

Sakit banget yah membunuh rasa cinta itu. Sakit banget yah mencintai yang tak terbalas. Sakit banget yah lari dari kenyataan kalau ternyata rasa cinta itu masih ada belum hilang, tapi harus dilepas. Tapi cinta itu banyak yang menyakitkan juga kok. Pada akhirnya hidup itu nggak kekal kan. Cinta seindah apapun pasti akan terpisahkan juga sama yang namanya kematian. Nggak mungkin kita terus bersama orang yang kita sayangi dan kita cintai. Ada orang tua atau saudara yang sangat kita sayangi. Ada sahabat yang selalu ada di dekat kita bertahun-tahun. Tapi saat itu akan selalu tiba. Perpisahan. Ajal akan memisahkan. Ada lagi kisah menyakitkan, teringat film drama Korea ”Endless Love”, percintaan incest yang tidak bisa bersatu, seorang perempuan mencintai lelaki yang ternyata adalah kakak kandungnya sendiri, sedarah pula.

Kenapa cinta abadi itu cinta yang terpisahkan oleh ajal? Romeo dan Juliet menjadi contoh kisah abadi karena Juliet sudah membunuh diri terlebih dahulu, lalu Romeo menyusul. Kalau kisah cinta yang normal? Misalkan kita putus ga baik-baik dengan orang yang kita sayangin, maka kisah cinta itu nggak jadi kisah cinta abadi, tapi itu kisah cinta yang kelam. Bisa nggak sih putus cinta tanpa harus saling melukai dan tanpa harus menjadikan kisah cinta yang lalu itu kisah pahit yang musti dikubur dalam-dalam, nggak perlu lagi diungkit-ungkit lagi, dibuang dan dienyahkan sejauh mungkin? Naif, jika bilang ya. Pesimis, jika bilang tidak. Nggak ada yang nggak mungkin dalam hidup ini.

Entah kenapa saya jadi teringat kejadian tiap kali bertengkar hebat dengan kakak kandung saya, dari kecil sampai SMA kita ribut melulu seperti kucing dan anjing. Mulut saya sering dianggap menusuk hatinya. Padahal niat saya baik sama dia, tapi bisa bikin dia kesal dan bener-bener ngamuk. Lalu kita pun bertengkar, banting pintu, atau sumpah serapah kasar. Besokannya kita bertemu lagi, sarapan pagi bareng, masih diam-diaman sedikit, tapi siang dan malamnya sudah damai. Ngobrol biasa lagi. Dan kita saling maaf-maafan, walau via sms aja, maklum nggak biasa ngomong sorry secara lisan, jadi pake tulisan aja deh. Kok bisa ya sama kakak saya, sejahat-jahatnya saya atau sesadis-sadisnya dia, nggak pernah terpikir sedikitpun untuk putus hubungan dari dia, dan saya selalu bisa menerima kesalahan dia, begitu juga dirinya pada saya. Tapi kenapa jika dengan orang lain yang tidak ada hubungan darah dengan saya, entah sahabat atau pacar, biasanya sulit sekali untuk memaafkan kesalahannya atau menerima kekurangannya. Walaupun ada juga kejadian kakak adik sedarah bermusuhan sampai ajal memisahkan pun masih musuhan, bisa karena rebutan harta atau sirik-sirikan. Apa sumbernya kita bisa sayang seseorang dan menerima dirinya apa adanya? Itu masih terus menjadi pertanyaan di kepala ini, bahwa hubungan antar manusia begitu kompleks dan sulit dijelaskan hanya dengan teori saklek A atau B, tapi selalu saja ada teori dinamis yang tidak akan pernah sama antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Nggak mudah untuk menyayangi seseorang apa adanya, setelah bertahun-tahun terbiasa untuk membenci dan melihat sisi negatif dari orang lain, maupun hidup.

Ahahhahaaha....ternyata belum sabar, belum tenang, belum jernih hati dan pikirannya. Ternyata masih mudah terpancing suasana dan kondisi yang tidak menentu. Ternyata masih mudah masuk angin ketika angin berhembus tak biasanya. Ternyata masih mudah terserang demam ketika cuaca mendadak berubah drastis. Huah. Iya. Iya. Iya.

Musim dingin pasti berubah jadi musim semi...

Quote of the day :

”...tumbuhlah ke arah mana jiwamu harus tumbuh dan berkembang dan mencintai orang itu berarti to let him grow , to set him free krn dia punya jiwa yg akan tumbuh dan berkembang ke arah mana ia harus tumbuh dan berkembang...” (special thanks for Berna)

Regards,

Maeya

No comments: