Wednesday, May 28, 2008

A Battle Cry _ The Call

The Call - ost. Narnia

It started out as a feeling
Which then grew into a hope
Which then turned into a quiet thought
Which then turned into a quiet word

And then that word grew louder and louder
'Til it was a battle cry

I'll come back
When you call me
No need to say goodbye

Just because everything's changing
Doesn't mean it's never
Been this way before

All you can do is try to know
Who your friends are
As you head off to the war

Pick a star on the dark horizon
And follow the light

You'll come back
When it's over
No need to say good bye

Now we're back to the beginning
It's just a feeling and now one knows yet
But just because they can't feel it too
Doesn't mean that you have to forget

Let your memories grow stronger ans stronger
'Til they're before your eyes

You'll come back
When it's over
No need to say good bye

So many things I have to fix up.

Ini sebuah cerita seorang pejuang cilik bernama Yani
Karena tidak punya uang, Yani harus menunggu untuk bisa sembuh.
Karena tidak punya uang, Yani tidak bisa sekolah.
Karena tidak punya uang, Yani harus menunggu bantuan dari luar.
Karena tidak punya uang, belum tentu Yani bisa sembuh.

Kondisi benjolan di mata kanan Yani, membuat Yani menjadi sorotan publik.
Tidak sedikit orang menoleh melihat Yani yang polos tak berdaya.
Suatu hari ketika duduk bersama Yani, beberapa orang menghampiri kami, rasa kasihan mendera mereka.
Namun ada juga yang melihat Yani, lalu tertawa terkekeh-kekeh dan spontan bilang :”amit-amit”.

Usianya masih 7 tahun// anak perempuan// adik lelakinya/ adit/ 6 tahun/ juga tidak bersekolah//
Keseharian ayah Yani bekerja/ untuk mengumpulkan barang bekas/ lalu menjualnya di salah satu kawasan ibukota Jakarta//

”Kasihan yah...duh matanya kenapa...kasihan yah...”
Suatu hari di lift, saya berpapasan dengan seorang bapak yang menggendong anak perempuannya. Sekilas saya tidak engeh kalau anak perempuannya bukan anak kecil biasa, sampai akhirnya ada suara-suara kasak-kusuk di belakang saya. Saya pun menoleh dan itulah kali pertama saya melihat seorang pejuang cilik bernama Yani. Usianya masih 7 tahun. Sudah 3 tahun lamanya Yani tidak nyaman dengan kondisi di mata sebelah kanannya. Kira-kira 4 tahun silam, Yani pernah terjatuh ketika sedang bermain, dan bagian wajahnya terbentur ke tanah, cukup keras pastinya. Tidak berapa lama kemudian, muncul benjolan kecil di bagian kanan mata Yani. Lama-kelamaan semakin besar, dan menggeser posisi hidungnya.
Nafasnya terengah-engah seperti bengek, tubuhnya mungil dan semakin mengurus dibandingkan pertama kali saya bertemu dengan Yani. Tangan mungilnya, tubuh mungilnya, tidak membuatnya jera dengan kehidupan. Kalau ditanya Yani mau sembuh nggak? Spontan Yani akan menjawab dengan nada cukup keras : MAU! Kalau sudah sembuh Yani mau ngapain, tanya kami. Aku mau sekolah, jawab Yani. Yani juga bisa mengaji dan menyanyi lagu Balonku dengan lancar dan fasih sekali. Bisa juga berhitung dengan baik, tapi sayang, Yani belum bisa membaca dan belum mengerti abjad a-z.
Kesehariannya, Yani mengisi hari-harinya dengan bermain, nonton TV, atau kadang menemani ayahnya untuk mencari nafkah. Selentingan berita pun mengatakan, kadang Yani dan ayahnya berkeliling di pusat keramaian ibukota untuk meminta belas kasihan dari orang-orang sekitar.
Walau ala kadar, pemberian uang bermakna besar bagi keluarga sederhana ini.

Renungan saya :

I don’t know sampai batas mana limit gue dan sampai mana gue harus bertahan. Yang gue tau sekarang gue berjuang untuk jalanin yang terbaik yang gue mampu dan gue menjalani apa yang bisa gue jalani. Dan sampai sebatas mana gue bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain dan berhak untuk menolong dia. Come on, setiap orang punya power masing-masing, gue percaya itu dan gue sungguh memberikan kepercayaan kalau setiap orang pasti bisa membuktikan kekuatannya yang terpendam. Di saat semakin banyak hantaman dan kejutan datang silih berganti, gue belajar satu hal : untuk diam sejenak. Pejamkan mata. Dan menyadarkan diri gue, yes, im still alive, dan gue masih bernafas, dan gue belajar untuk merasakan masih ada hembusan nafas yang keluar dari saluran indra ini. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi gue belajar untuk selalu melakukan segala hal sesempurna yang gue mampu, dan gue terus bertekad dan berjuang untuk menjadi manusia yang semakin sempurna. Sempurna dalam memaknai arti kelahiran gue dalam hidup ini. Hidup ini menyenangkan sekali bagi gue, kadang dateline-dateline menjadi warna indah yang pasti dan ada banyak hal yang erat kaitannya dengan dateline. Saking terbiasa untuk hidup dengan dateline, gue pun sampai pada satu titik, hidup pun akan ada dateline nya, ketika saat itu tiba dan berarti sudah selesai dan sudah tuntas semuanya, tidak bisa lagi mundur dan mendapatkan tambahan waktu ataupun bonus umur lagi. Semuanya ada dateline. Pekerjaan. Kepanitiaan. Kesehatan pun akan ada datelinenya. Usia tua itu pasti. Suntik hormon sana sini, tetap saja tubuh akan menua. Hanya satu yang akan terus bertahan abadi, yaitu jiwa. Jiwa tidak akan pernah jadi tua selama selalu ada passion untuk bergerak, bertindak, berkarya, bermanfaat bagi kehidupan.

Ini sebuah perjalanan mendaki gunung yang tinggi, dan sepanjang jalan itu akan ada beraneka batu, bunga, pohon yang indah, dengan segala pemandangan yang bervariasi silih berganti, cuaca dan iklim yang terus berubah. Lelah jika memandang dari jauh, kok nggak nyampe-nyampe ke puncak itu. Pertanyaannya bukan : kapan saya nyampe ke puncak itu? Tapi : apa yang perlu saya perbuat untuk menuju puncak itu?

Pengalaman baru-baru ini misalnya, mempersiapkan satu acara, tapi yang sudah dipikirkan pertama adalah apa hadiahnya, tapi belum tau apa yang bisa membuat peserta mendapatkan hadiah itu? Seperti sudah mempersiapkan piala sebelum mempersiapkan lomba apa yang akan dirancang untuk mendapatkan piala itu.

Anyway, perjalanan hidup itu sebenarnya menyenangkan dan setiap hari dan setiap detik ada kisah menarik yang bisa kita petik dan patut kita syukuri. Seperti perjalanan cinta misalnya. Mendengar kata cinta yang terlintas adalah akhir indah dari kisah cinta itu, entah pesta pernikahan megah, keluarga sempurna, dan anak-anak yang lucu, memang benar kita fokus dengan hal-hal positif dan optimis, but proses perjalanan menuju itu akan jauh lebih bermakna jika kita selalu sadar dan menikmati moment-moment berharga itu.

Waktu lagi susah uang, kita cenderung berpikir kapan punya uang kapan punya uang, tapi apa artinya pikiran itu tanpa bergerak, tanpa bertindak, tanpa melakukan hal nyata yang memang mengarah ke tujuan itu.

Waktu sudah selesai. Waktu jam makan siang telah selesai. Sudah lama sekali tidak ngeblog, tidak nulis, sempat berhenti, rehat, bukannya patah asa jadi penulis, tapi mencoba mundur sejenak, apa sebenernya yang sedang terjadi di dunia hadapan saya ini. Begitu banyak hal yang bisa saya angkat dalam sebuah naskah. Malah bikin writer`s block, tapi sadar lagi, ini hanya dalih, kalau mau nulis yah nulis aja nggak usah banyak cing cong, nggak ada tuh yang namanya writer`s block, yang ada tuh writer`s lazy, itu itu aja. Dan emosi berpinjar dengan pikiran dan logika. Emosi berkelana jauh sekali bertarung dengan logika-logika yang bersaing untuk bisa menang. Dan akhirnya bukan emosi yang menang ataupun logika yang akan kalah. Tidak sama sekali. Ini bukan soal siapa yang lebih hebat dan siapa yang lebih payah. Tidak sama sekali. It`s just more than that. Ini lebih dari sekedar cinta, ini lebih dari sekedar satu rasa, ini berbagai tipe dan rasa dan bentuk menyatu jadi satu.

Maafkan hidup karena saya yang sempat menyalahgunakan hidup dan hari-hari saya terlalu membabi buta sampai lupa untuk menghitung berapa banyak nafas saya per 3 detiknya. Maafkan karena saya sempat mengeluh karena BBM naik dan semakin banyak orang miskin di dunia ini dan maafkan saya karena saya pun sempat sumpah serapah pada para mahasiswa yang hanya bisa demo dan menjatuhkan pemimpin tapi tidak pernah bisa menjawab apa solusi untuk negara ini. Ada lagi para siswa yang baru lulus malah kejar-kejaran sambil membawa golok. Edan! Ups, maaf, khilaf, tapi sempat kesal dengan kondisi ini, but still, saya pun tidak jauh berbeda dengan mahasiswa pendemo yang membakar ban di uki ataupun mustopo, saya tidak tau apa solusi untuk masalah di negara ini. Tapi saya hanya bisa melakukan peran saya dengan sebaik-baiknya dan berharap dengan sepenuh hati suatu hari semua akan berubah dan saya percaya segelintir orang akan memberikan perubahan besar bagi dunia ini. Kekuatan cinta bakal memenangkan semua kericuhan dan anarkis di negara ini. Dan ada banyak hal yang begitu penting untuk dikerjakan di dalam hidup kali ini, bukan hanya sekedar mengejar sesuatu yang nyata dan bisa dilihat oleh mata saja. Banyak banyak banyak sekali yang bisa kita lakukan untuk membuat dunia ini lebih baik, lebih bahagia, dan lebih penuh cinta lagi.

Love,

Maeya 29 May 2008

No comments: