Friday, October 10, 2008

Kado Perceraian _ Riset

Naik Jabatan, Kadonya Perceraian
http://www.surya.co.id/web/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=50263

Thursday, 17 July 2008
Harta, tahta, dan wanita, tiga kata saling bertaut yang tuahnya membetot bagai magnet, setidaknya bagi para adam. Sama yakinnya dengan mengugemi pameo bahwa di belakang sukses seorang pria pasti ada seorang wanita.Namun, ketika wanita berani mengajukan gugatan cerai lantaran berbagai alasan -salah satunya perbedaan pandangan politik- untuk meninggalkan pria, fenomena apa yang sejatinya tengah terjadi?

Berangkat dari data yang dibeber Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, suhu politik yang memanas seiring pemilihan kepala daerah dituding ikut menyumbang andil pada tingginya angka perceraian di Indonesia. Data yang dihimpun dari enam kota besar di Indonesia itu (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar) cukup mencengangkan.

Surabaya mendominasi dengan angka perceraian tertinggi. Sebanyak 48.374 kasus perceraian, 27.805 kasus di antaranya atau 80 persen adalah kasus perceraian yang diajukan sang istri.

Sementara 17.728 kasus di antaranya adalah gugatan cerai yang diajukan suami kepada istrinya.

Berkaca dari kasus-kasus yang ditangani Kebijakan, Pendidikan dan Pendampingan Masyarakat Kelompok Perempuan Pro Demokrasi (KPPD) Samitra Abhaya Surabaya, Yulianti Ratnaningsih SH, staf divisi KPPD tak menampik jika di Surabaya pihak istri yang terbanyak mengajukan gugatan cerai.

Beberapa sumber masalahnya tak sedikit yang disebabkan peningkatan karier atau jabatan suami sehingga memicu sang suami berbuat sewenang-wenang, berselingkuh, dan penelantaran ekonomi.

Tahun 2007, sodor Yanti -begitu ia biasa disapa- mengutip data KPPD, lembaga ini menerima 220 kasus pengaduan dan pendampingan di mana sebanyak 10 kasus pengajuan gugatan cerai oleh istri disebabkan karena peningkatan jabatan suami sebagai pejabat publik. Kemudian ada lima kasus gugatan cerai istri dari istri politisi yang mengalami penelantaran ekonomi dan KDRT. ”Sifat feminin yang dituntut pada perempuan (istri) diartikan sebagai kepatuhan
dan kepasrahan. Perempuan yang kritis dipandang tidak pantas,” tegas Yanti.

Wanita dan tahta, kenapa selalu dikaitkan? Yanti mensinyalir, fenomena itu lebih kepada cara pandang dalam masyarakat bersistem patriarki di Indonesia. Perempuan masih sebagai objek atau alat untuk mencapai tujuan sedangkan posisi pria di atas perempuan (superior). Ini mengondisikan prialah yang lebih banyak memiliki akses kekuasaan, ekonomi, dan sarana publik.

”Sementara perempuan adalah konco wingking alias pelengkap dan bukan mitra. Pada akhirnya perempuan bisa menjadi sosok pelanggeng kekuasaan atau malah korban kesewenang-wenangan pria (dalam hal ini istri oleh suaminya),” papar Yanti.

Inilah yang kemudian membuka pintu lebar-lebar bagi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). KDRT itu sendiri bukan hanya berupa melukai secara fisik, tapi juga termasuk kekerasan psikis (penghinaan, mencaci maki, pemaksaan kehendak), penelantaran ekonomi, hingga pemerkosaan.

Kompromi dan Toleransi
Saat memutuskan untuk menikah, suami atau istri harus siap menghadapi perbedaan-perbedaan di antara mereka. Di antaranya beda budaya, pola asuh, karakter hingga perbedaan pandangan politik. Apakah si suami atau istri merupakan
Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e1s0e Orvcetdober, 2008, 16:09
aktivis politik atau bukan, tentu ada kondisi yang berseberangan.

“Kalau sudah menjadi prinsip biasanya sulit untuk dirubah karena masing-masing pihak memiliki alasan tersendiri. Mereka mempertahankan hal yang diyakininya. Mengingat itu merupakan hak individu,” tutur Fenny Listiana, SPsi
MM, konsultan di Sparta Education Surabaya, Rabu (16/7).

Mungkin banyak orang yang menilai hal tersebut sebenarnya sederhana, namun menurut Fenny, bila perbedaan tersebut dibuat menjadi rumit oleh pasangan suami istri, akan menjadi bom waktu yang berujung pada perceraian.

“Misalnya si suami menghina atau mengejek istrinya karena mengikuti partai A. Dan sebaliknya, si istri mengejek suami karena ikut partai B. Kekerasan psikis seperti ini jika diakumulasi bisa berujung pada perceraian,” tegas Fenny.

Perceraian sebenarnya akumulasi dari berbagai macam persoalan. Bila seseorang sudah terbentur kasus tertentu dan dibiarkan tumbuh subur akan meledak sewaktu-waktu. Salah satunya bisa terjadi jelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah (pilkada).

Belum lagi masalah penghargaan yang tidak didapatkan dari pasangan, namun hanya bisa didapatkan saat ia bergabung di sebuah partai. Di sinilah kebutuhan aktualisasi diri justru didapatkannya di tempat lain.

“Masalah dalam perkawinan sebenarnya ada tiga hal, ego yang sama-sama kuat, kebiasaan yang berbeda dan karakter yang bertolak belakang. Sehingga penyebab perceraian harus ditelusuri lebih jauh. Seperti berapa tahun perkawinan atau apakah ada konflik sebelumnya,” tutur Fenny.

Untuk menyikapi perbedaan yang ada di antara suami istri, Fenny menyarankan untuk mengenal karakter masingmasing, agar mendapat pemahaman satu sama lain. Ditambah, saat menyampaikan pendapat, pasangan lainnya harus legawa menyikapi perbedaan yang disampaikan. “Kuncinya ada tiga, komunikasi, toleransi, dan kompromi.
Artinya saat menyampaikan pendapat, meski beda pendapat, si penerima dan penyampai pesan harus menoleransinya. Setelah itu, barulah hal tersebut dikompromikan,” pungkas Fenny. dta/tis

Didukung Suami 100 Persen
Dukungan terus diberikan sang suami, saat Pungky Sukmawati, 34, memutuskan aktif berkegiatan di Partai Bintang Reformasi (PBR). Bahkan saat ini Pungky telah menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PBR.

“Niat saya untuk bergabung di partai ini didukung suami seratus persen. Ia juga mengijinkan dan memberi restu saya untuk aktif di sini,” terang Pungky. Di sisi lain, suami Pungky, Haykel Al Djufri, 33, bukanlah aktivis politik seperti dirinya. Pria berusia 33 tahun ini seorang pengusaha properti yang juga tengah disibukkan dengan kegiatan bisnisnya. Toh meski bukan aktivis politik, Pungky menyebut suaminya masih mengikuti perkembangan politik yang berlangsung saat ini.

“Sah-sah saja bila suami memilih partai lain. Saya sih berpikir demokratis aja. Ia memang sempat bercanda mengatakan hal tersebut. Saya sendiri tidak memaksa ia harus memilih partai yang diikuti istrinya,” tegas mantan model Surabaya era 2000-an itu.

Meski disibukkan dengan seabreg kegiatan partainya, Pungky mengaku tak meninggalkan kewajibannya di dalam keluarga. Disinggung mengenai latar belakangnya sebagai model dan sempat mengikuti pemilihan kontes kecantikan Putri Indonesia, ditegaskan Pungky hal tersebut tidak menjadi masalah. Keputusannya untuk aktif di bidang politik tidak melenceng jauh dari kontes-kontes yang pernah diikuti sebelumnya.
Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e1s0e Orvcetdober, 2008, 16:09

“Dari dulu saya aktif melakukan kegiatan sosial dan pengabdian pada masyarakat. Dan visi dan misi ini ada di partai yang saya ikuti saat ini. Alasan inilah yang membuat saya bergabung. Yaitu visi dan misi yang sejalan dengan prinsip hidup saya, beramal untuk masyarakat,” pungkasnya. tis

TABEL Perceraian dan Pilkada

KOTA KASUS Diajukan Istri Diajukan Suami
1. Surabaya 48.374 27.805 (80 %) 17.728
2. Semarang 39.082 23.653 (70 %) 12.69
3. Bandung 30.900 15.139 (60 %) 13.415
4. Jakarta 5.193 3.105 (60 %) 1.462
5. Makassar 4.723 3.081 (75 %) 1.093
6. Medan 3.244 1.967 (70 %) 811

Sumber: Dirjen Bimas Islam (2008)

Pemicu perceraian:
1. Ketidakharmonisan rumah tangga (46.723 kasus)
2. Faktor ekonomi (24.252 kasus)
3. Krisis keluarga (4.916 kasus)
4. Cemburu (4.708 kasus)
5. Poligami (879 kasus)
6. Kawin paksa (1.692 kasus)
7. Kawin di bawah umur (284 kasus)
8. Penganiyaan dan KDRT (916 kasus)
9. Kawin lagi (153 kasus)
10. Cacat biologis (581 kasus)
11. Perbedaan politik (157 kasus)
12. Gangguan pihak keluarga (9.071)
13. Selingkuh (54.138 kasus)

Sumber: Dirjen Bimas Islam (2008)
Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e1s0e Orvcetdober, 2008, 16:09

No comments: