Sunday, February 24, 2008

Nikah/ Nggak Nikahin?

Jakarta, 25 Februari 2008

Dua hari lalu banyak cerita baru dari seorang teman. Tentang kisah-kisah teman dan kenalan kami. Menyedihkan. Tragis. Mengerikan. Tema utamanya : salah pilih pasangan, masalah ekonomi dalam perkawinan, dan perceraian. Saya fikir saya ogah mendengar kisah sedih dari perkawinan, supaya tidak terpengaruh dan supaya tidak berfikir dari sisi negatif. Tapi ternyata dengan mendengarkan pengalaman dari orang lain, saya belajar hal, bahwa sepertinya ada beberapa hal yang kudu dan patut dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menikah. Siap-siap. Dengan beberapa kisah yang – mungkin – terasa ekstrim dan tragis. But this is truely true story, bukan rekayasa, bukan karangan, dan bukan ditambah bumbu kecap penyedap. Oh yah, bagi yang merasa tahu kisah ini, ssstt....dengan niat yang baik, untuk kebaikan orang lain dan teman-teman kita, maafkan kalau saya pinjam kisahnya ini yah. Nah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah:

1. FINANCIAL. Financial sudah siap, barulah menikah. Ada kisah pasangan muda yang karena sudah terlanjur hamil di luar nikah, memutuskan untuk menikah, padahal cicilan rumah belum selesai, so harus tinggal di rumah mertua dan suami istri harus bekerja supaya bisa survive biayain anak-anaknya. Ada lagi pasangan muda mudi, sudah punya dua orang anak perempuan, tapi si suami harus mencari-cari pinjaman uang ke orang lain, entahlah untuk apa, dan entahlah apakah gajinya sebegitu minimnya kah? Seingat saya, si suami ini lulus dengan predikat cum laude, dan nggak percaya aja, ada yang bilang kalau gajinya hanya di bawah 2 juta rupiah saja.

2. Tidak direstui orang tua, pikir-pikir lagi. Ada seorang kenalan saya, sudah 2 tahun berpacaran dengan duda beranak satu. Ibu dari pihak perempuan menentang habis-habisan dan disuruh pilih : Mau pacar atau mau mama. Alasannya : itu duda, dan dulu sering pukul istri sehingga akhirnya si istri meninggalkan dia. Namanya cinta, sudah berkali-kali putus, tapi akhirnya nyambung lagi, begitu dan begitu terus.

3. Pacaran 7 tahun, bukan jaminan bahagia perkawinan. Sudah pacaran 7 tahun, tapi akhirnya cerai juga. Karena masalah sepele : tidak jujur. Ketika lagi keluar kota , si suami tanya si istri dimana, si istri bilang lagi di rumah, ternyata si istri pulang ke rumah orang tua. Ketika suami pulang dan istri tidak di rumah. Suami marah. Mereka bertengkar dan si suami menggampar si istri habis-habisan, karena kesal. Mereka pun bercerai dan sempat ke pengadilan untuk selesaikan kasus perkawinannya mereka ini.

4. Pasangan yang nge-drugs, tinggalkan saja. Ada lagi kisah satu perempuan, sejak SMA sudah pacaran dengan 1 cowo, sampai 5 tahunan mereka pacaran, tapi si cowok nge-drugs, walau tajir, tapi selalu saja ngedrugs, sempat di rehab, tapi kambuh lagi. Saking cintanya, mereka nggak bisa kendalikan diri, si cewek hamil dan mereka menikah juga. Dengan kondisi si istri masih kuliah dengan perut sudah hamil, tapi si suami malah dalam kondisi kecanduan. Terbakar rasa cemburu ketika melihat si istri diantar pulang seorang cowok, teman kampus, si istri dijedotin ke tembok, dipukul, waktu itu masih hamil. No way out. Setelah melahirkan, si suami makin menggila, selalu marah-marah dan pukul si istri. Ketika anak mereka berusia 2 tahun, si istri putuskan untuk cerai saja. Dan kini membesarkan anaknya seorang diri, berjuang untuk kredit rumah, kredit mobil. Di usia muda, masih 25 tahun, sudah harus berjuang dengan anaknya yang berusia 4 tahun sekarang. Apa mau dikata, sudah terjadi, waktu nggak bisa diputar ulang lagi.

5. Kekayaan bukan jaminan. Seorang wanita berjuang dalam perkawinannya. Suaminya keturunan India, selingkuh dengan pembantu rumah tangga. Walau di rumah mewah, kecewa berat, suaminya kok bisa-bisanya selingkuh dengan pembantu. Diputuskanlah nggak pakai pembantu rumah tangga. Konsekuensinya, si istri ke pasar dan kemanapun naik sepeda, nggak boleh naik mobil, tapi hanya boleh naik sepeda saja. Padahal tinggal di kawasan rumah super mewah di daerah Tangerang. Ada lagi, kisah seorang istri yang suaminya punya toko, tapi setiap bulan hanya dikasih uang 300 ribu saja untuk beli makanan, dan si istri harus jaga toko juga, tapi uang harus diserahkan semua ke suaminya. Tidak boleh melawan. Di zaman pacaran, si suami tajir, mobil sedan, pesta resepsi pun cukup mewah, entah apa kesalahan dari si istri sampai si suami berubah seperti itu.

6. Jangan menikah terlalu muda, dan terjebak dengan mitos indahnya perkawinan. Seorang perempuan memutuskan menikah di usia 23 tahun, dengan pacarnya yang kaya, punya bisnis dimana-mana. Bayangannya, pasti bahagia lah yah, mau apa dibeliin. Ternyata, suaminya jam 10 siang selalu masih tidur, dan dia yang harus buka toko banting tulang. Sekarang perempuan ini terkena virus dalam tubuhnya, ada makna terbaik juga, dengan kondisi suaminya yang seperti itu, lebih baik jangan punya anak dulu, daripada nanti anak yang jadi korban ketidaksiapan ayahnya yang belum mengerti tanggungjawab sebagai seorang lelaki.

Dari beberapa kisah selenting ini, ada beberapa catatan penting yang bisa saya simpulkan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih pasangan hidup dan memutuskan untuk menikah :

1. Materi memang bukan segala-galanya, jangan melihat pasangan dari kekayaannya atau harta milik keluarganya, itu bukan jaminan, tapi, materi itu penting, kalau memang financial belum siap, jangan menikah dulu, karena bisa jadi masalah. Ketika harus berpikir keras, membeli susu untuk anak, biaya sekolah, kredit rumah, dan sejubel biaya lainnya. Setidaknya pasangan suami istri harus siap dengan rencana financial, akan seperti apa rencana mereka membiayai rumah tangga mereka. Ingat! Jangan melihat dari kekayaan keluarganya dan dari mobilnya, tapi juga, jangan sampai menutup mata ketika pasangan ataupun kita sendiri belum memiliki persiapan uang yang cukup untuk biaya rumah tangga dan perkawinan.

2. Perempuan harus bisa mandiri dan memiliki tabungan. Zaman sudah berubah. Zaman dulu, perempuan cukup bisa masak dan urus rumah, tidak perlu hasilkan uang sendiri. Tapi kini, dari beberapa kasus yang ada, perempuan menjadi tidak dihargai oleh suaminya ketika hanya menggantungkan hidup pada uang suami saja. Walau suami sudah seharusnya membiayai semua, bukan berarti itu satu-satunya hukum yang berlaku. Jaga-jaga saja, dengan segala kemungkinan.

3. Jaga diri, jaga harta kita, Perempuan-perempuan. Ketika memutuskan untuk hubungan di luar nikah, berarti sudah siap untuk hamil. Apakah mau menikah hanya karena sudah terlanjur hamil? Mungkin saja he`s not the right one, dan mungkin saja, kemungkinan untuk batal masih ada, tapi karena sudah hamil, biasanya tidak bisa lari dan mau tidak mau harus memilih orang yang mungkin tidak seharusnya tidak kita pilih. Karena secara financial dia belum siap, atau secara karakter masih terlalu muda, tidak bisa ambil keputusan, dan mungkin saja dia seorang yang nge-drugs! Seperti kasus yang sempat dibahas di atas. Sebenarnya sudah tau kalau pasangannya nggak bener, tapi karena udah terperangkap dalam perasaan cinta, nekad juga nikah!

4. Bukan hanya atas nama cinta, bukan hanya atas nama ”sudah terlanjur sayang”. It`s more than that. Bukan matre, kalau kita mencari ketenangan financial. Bukan salah, kalau kita berubah pikiran, dan memutuskan untuk putus dari pacar kita – meski sudah 8 tahun pacaran dan meski sudah pernah ML –

But, the truth is cinta itu kadang membutakan pikiran dan cinta itu membuat kita melepaskan kejujuran hati dan kebutuhan kita yang sesungguhnya. Tapi belajar dari pengalaman yang sudah ada, ketika sudah mengambil keputusan untuk menikahi seseorang, waktu tidak bisa mundur lagi, nasi sudah jadi bubur, dan mengenaskannya adalah anak-anak yang menjadi korban.

Masih ingat mungkin, di masa kecil kita/ teman-teman kita pernah menjadi pelampiasan kekesalan orang tua yang lagi bermasalah dengan perkawinannya. Itulah yang dialami salah satu perempuan yang dibahas di atas. Tidak tahan dengan suaminya yang nge-drugs, lalu bercerai, harus banting tulang biayain anak semata wayangnya, yang makin hari makin badung dan hiperaktif, tidak ada jalan lain, selain membentak dan memukul si anak supaya bisa tenang dan supaya tidak banyak bergerak sana kemari.

Kontradiksi memang : jangan pilih pasangan dari materi atau kekayaannya, tapi di sisi lain, jangan pilih pasangan yang belum siap materinya dan masih serba kekurangan. Jangan pilih pasangan hanya karena rasa cinta saja, tapi disisi lain, fondasi awal perkawinan adalah rasa cinta yang kuat antara suami dan istri. Sebagai perempuan, jangan terlalu mengejar karir dan jangan terlalu kaya supaya lelaki tidak takut untuk mendekati, tapi kenyataannya, perempuan pun harus mapan secara financial, untuk mempersiapkan diri menghadapi segala perubahan dan kemungkinan hidup.

Untuk masalah seperti ini, semakin dipikir, akan semakin pusing dan nggak tahu, jadi yang seperti apa yang harus dipilih! Ditambah lagi dengan pendapat orang tua dan keluarga. Orang tua lebih tenang jika kita memilih seorang lelaki kaya raya dan keturunan ningrat, dibandingkan seorang lelaki yang bekerja di perusahaan swasta biasa dengan gaji standard. Namun, ada benarnya apa petuah orang tua, kenyataan menunjukkan, uang yang kurang menjadi masalah dalam perkawinan, dan uang yang berlebihan pun menjadi masalah dalam perkawinan. Jadi apa yang harus dipertimbangkan? Kualitas pacaran, buka mata lebar-lebar, pasang mata pasang hati, lihat apa sifat asli dari orang yang akan kita pilih itu. Jangan terlena dengan jaguar merahnya, tapi coba lihat apakah dia bisa bangun pagi setiap harinya? Apa dia selalu minta uang ke mamanya? Apa dia bisa menabung dan berpikir kalau harus ada rencana yang disiapkan untuk membangun sebuah perkawinan? Apa dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa harus makan obat-obat penenang? Dan sejuta pertanyaan jujur lainnya.

Ini bukan paham pesimistik, tapi ada kalanya, banyak permasalahan hidup yang tidak bisa dipikir dengan akal dan kepintaran kita saja, ada kekuatan lain yang terselubung dalam diri setiap orang. Saya percaya dengan kekuatan doa, kekuatan dari jiwa dan pikiran yang suci dan bersih. Jika setiap hari menjalankan kebaikan, berada di lingkungan yang baik, cara berpikir dan cara merasakan kita akan menjadi baik juga. Ditambah dengan doa yang rutin untuk selalu membersihkan hati dan pikiran, ketika ada masalah muncul dan ketika ada masalah yang genting, kita bisa mengambil keputusan yang tepat yang terbaik bagi hidup kita selanjutnya.

Dalam ajaran agama Buddha Niciren Daisyonin, setiap hari kita menabung kebaikan, dengan terus-menerus menyebut mantera “NA MMYO HORENGEKYO”. Maknanya, dengan selalu menyebut mantera ini, jiwa akan bersih, pikiran akan jernih, dan akan ada kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tepat, kemampuan untuk menentukan pilihan, tidak sekedar didasarkan “Suara hati” pribadi, tapi lebih dari itu, keputusan yang didasarkan oleh kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Keputusan yang terbaik adalah ketika keputusan itu akan membahagiakan diri sendiri dan orang lain. Jika keputusan hanya membahagiakan satu pihak saja, itu bukan keputusan yang tepat. Terus berdoa, terus menyebut mantera ”NAMMYOHORENGEKYO” agar hati lebih tenang, lebih suci, dan akan ada jawaban terbaik dari doa-doa yang kita haturkan setiap saat.

So, kalau ada seseorang yang memang punya Jaguar dan orangtua kita pun merestui banget, secara, kalau dapet pasangan tajir, pasti jaminan kebahagiaan, tapi kalau suara hati kita sepertinya sedikit mengganjal dan ragu, is he/ she the right one? Segera saja haturkan doa dan tenangkan pikiran, supaya bisa berpikir jernih, dan mendapatkan jawaban terbaik dari pertanyaan hidup kita ini.

Seorang guru spiritual saya, mengajarkan jika ada masalah dan kesusahan hati yang mengganjal, segera duduk tenang dan sebut mantera NAMMYOHORENGEKYO, minimal 3 jam per harinya, dan kalau masalah terlalu berat, 5-8 jam per harinya. Terus dan terus. Kuncinya adalah keyakinan kalau doa kita akan ada jawabannya nanti, kalau masalah kita akan ada jawaban terbaiknya juga nantinya.

Apapun agama Anda, tidak masalah, sebut saja mantera ini, karena ini sebuah mantera. Sama seperti kekuatan kata ”CINTA”, siapapun yang mendengar kata ”CINTA” akan merasakan sensasi dalam dirinya. Begitupula mantera ini, memiliki power untuk menenangkan hati siapa saja yang galau dan menemani siapa saja yang sedang dirudung oleh masalah hidup.

Bagaimana mengejanya? Mudah. Ini bahasa Jepang, memang. Begini : NA – MYO – HO – REN – GE – KYO

Selamat mencoba! Dan semoga bisa mengatasi segala rintangan dan masalah hidup ya. Life is Beautiful!

1 comment:

aswinindra said...

Hi there,
Saya baru saja mengalami ujian yang paling berat dalam hidup saya yakni bercerai. Setelah semua usaha dan doa untuk mempertahankan rumah tangga dan anak, ternyata garisan Tuhan berkata lain. Memang jalan keluar yang tak menawarkan jalan keluar adalah sabar dan sabar serta selalu berdoa. Saya pun sekarang sedang dalam perjalanan tersebut dan saya berusaha akan selalu yakin bahwa setelah semua ujian ini akan selalu ada buah yang manis.
Terimakasih.