Friday, August 03, 2007

Too Good isn`t Good Enough

Prokrastinasi (= kebiasaan menunda-nunda) bisa menjadi semakin parah ketika kita tidak mampu mengendalikannya. Seperti menulis blog ini contohnya.

Cinta begini, jembatan kasih, jembatan kembar, planet baru ciptaan korban-korban legenda Romeo & Juliet, dan segala puisi roman tak berkesudahan pernah menjadi bagian penting kisah manusia yang belum sempurna. Sudahlah, ternyata memang benar kalau kita mau bahagia, kita harus fokus dengan apa yang sudah kita miliki, bukannya fokus pada apa yang belum kita miliki. Yang ada, nanti malah bawaannya tidak puas dan terus-menerus menuntut keadilan dan kita mendadak menjadi seorang jaksa super yang pintar sekali berkelit dan menembak kehidupan dengan segala pernyataan-peryataan ketidakpuasan ala manusia bodoh.

Untuk seseorang, masih suka minum juice.

Dia pun menjadi rajin menulis artikel yang menarik dan ”dia” banget.

Tak lama lagi akan pindah kerja kalau diterima di kantor baru.

Dan di usia 20an akhir berjanji akan melepas lajang supaya hidupnya lebih stabil dan terarah.

Akan baik sekali jika kita bisa berteman baik dan mencurahkan apa yang ada di pikiran.

Tanpa embel-embel puitis yang biasa terlontar.

Kita bisa menjalin hubungan yang baik sekali dengan terus saling menerima satu sama lain.

I need you, you need me, we need us.

Merokok tidak baik bagi kesehatan jantung, walau sulit untuk berhenti merokok, tapi semuanya hanya bersumber dari pikiran saja. Manusia akan dengan mudah terbiasa melakukan segala hal, termasuk kebiasaan untuk berbuat jahat (ironisnya!).

Segala hal yang “terlalu” belum tentu baik!
Ada seseorang yang terlalu baik, terlalu sabar, terlalu nrimo, terlalu penyayang, dan terlalu perhatian. Apakah dia memang sungguh baik? Belum tentu! Orang yang terlalu berlebihan kebaikannya, belum tentu sebaik yang terlihat, dan bisa jadi dia berpotensi untuk menjadi orang terjahat di dunia ini. Nggak percaya? Cobain aja jadi orang yang terlalu berlebihan baik dan sabar, lihat sampai kapan kebaikan itu bertahan. Ini bukan ajakan untuk berbuat jahat, tapi hanya inspirasi saja, kalau terlalu jahat itu nggak boleh, tapi terlalu baik pun nggak perlu. Jadi melakukan kebaikan sewajarnya saja dan tidak perlu over acting, karena berdasarkan teori Altruism (perasaan ingin menolong orang lain), pada dasarnya perilaku menolong sehebat apapun, hanya bertujuan satu yaitu untuk membahagiakan diri sendiri! Bull shit kalau bilang hanya ingin membahagiakan orang lain saja. Ketika menolong seorang nenek tua yang menyebrang jalan pun, dalam hati, tanpa sadar ada keinginan untuk bisa mendapatkan sesuatu untuk diri sendiri. So, setelah baca tulisan ini, jadi pingin berbuat baik seperti sebelumnya (kalau sudah terbiasa berbuat baik) atau sedikit enggan berbuat baik (daripada nanti jadi orang jahat)? Pilih saja. Kalau saya, lebih baik jadi orang biasa saja deh, nggak baik-baik amat, tapi nggak jahat-jahat amat juga. Ceritanya begini, ada seorang teman, sering banget bilang sorry dan meminta maaf kepada saya (padahal bukan karena tindakan jahat tuh), dan saya pikir seseorang yang terlalu berlebihan mengucap maaf dan tidak enakan dengan orang lain, itu sedikit aneh dan nggak manusiawi. Toh, namanya manusia, hidup yang wajar-wajar aja deh, kalau memang perlu marah, yah marah lah, nggak perlu jadi dewa pemaaf yang tahan dengan segala hinaan, ejekan, ataupun penyiksaan lainnya.

No comments: