Wednesday, July 18, 2007

Some Lessons

Jakarta, 18 Juli 2007
Rambut gue masih bau obat keriting
. Baru saja keramas dan masih terasa aroma kimia obat keriting rambut di kepala gue ini hahahaha, saking dasyhatnya nih obat, pantes aja keriting gue kok pekat banget yah!
Terima kasih, Mul. I have a friend (male) and I should really thank him. Tadi siang bertemu dengannya dan dia kaget dengan model rambut keriting gue dan dia pun bilang, nggak gitu cocok dengan karakter wajah gue. Well, dia pun menghibur, maksud dia bilang seperti itu adalah karena dia perhatian dan sayang lagi sebagai teman, nggak ada maksud untuk mengkritik atau menyindir gue. Thank you. Dan itu berarti banget buat gue, walaupun jarang ketemu dia, tapi tatapan matanya dalem banget pas melihat rambut gue hahahahaha. Gue mendapat pengalaman berharga, anyway, karena orang-orang di sekeliling gue dalam sekejap menjadi perhatian sekali, hanya karena rambut keriting ini! Bayangkan, betapa penampilan luar itu ternyata sangat diperhatikan sekali oleh manusia-manusia di bumi ini. Oh yah, belum selesai cerita soal temen gue yang barusan gue ceritain itu. Jadi, gue salut dengan satu temen gue ini, he has a handsome and cute face, bodynya atletis, senyumannya menawan, dan cara bergaulnya sangat menyenangkan sekali. But, unfortunately, he lost his right hand, and he became handicapped. Walaupun begitu, still, he feels okay with his life, from the way he treats himself, and treats others. Seringkali gue pun lupa kalau ada keterbatasan dalam diri dia. He looks so perfect from one side, and from his smile, we can find that life teach him a lot. Pelajaran penting yang gue dapet hari ini setelah bertemu sapa dengan dia adalah : “Oh, Jeez, gila yah gue, kalau cuma karena rambut keriting, jadi nggak percaya lagi ama diri gue, or jadi nggak nyaman lagi dengan diri gue ini, sedangkan, temen gue yang satu ini, kebayang nggak sih, he only has one hand, dan itu pun left hand, tapi dia oke-oke aja tuh” Manusia memang sering membesar-besarkan masalah kecil, contohnya : cuma karena rambut gue yang tadinya lurus tapi jadi keriting dan jadi looks weird aja, jadi seru gitu. Thank you, all, perhatianmu dan ternyata walaupun penampilan ini nggak seideal yang sebelumnya, ternyata teman-teman masih tetep perhatian dan bersikap biasa saja. It means that persahabatan ini bukan dinilai dari penampilan fisik saja, tapi lebih dari itu, ada kualitas yang lebih tinggi yang kita hargai dan kita pentingkan. Thanks, Guys!!!
Terima kasih, Akho. I have an annoying auntie, yang sejak kecil gue takuti dan gue segeni banget, karena she really has a bad hobby : critique maniac. Sering banget dia mengkritik gue dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dari cara berpakaian gue, tas yang gue pake, sandal yang gue pake, model rambut yang gue pilih, pacar yang gue pacarin, dan pernah juga pilihan pekerjaan dan jurusan kuliah yang gue mau.
Setelah gue renungkan tiga tahun terakhir ini, ternyata gue mengerti kenapa dia bersikap seperti itu.
1. Karena dia seorang ibu rumah tangga yang super santai dan hanya bertugas mengantar anak sekolah dan menikmati keindahan shopping mall beserta kartu kredit tanpa limitnya, so she`s too free dan kurang kerjaan, sehingga tiada hari tanpa mengkritik orang lain, secara kebetulan, guelah yang kena getahnya.
2. She just wished me to be a perfect one. Simple saja, dia pingin gue bahagia dan bisa menjadi seseorang yang sempurna, cantik, menarik, high class, dan tentu saja bisa menikah dengan suami kaya seperti yang dia alami :P. Tadinya gue jengah banget kalau berada di dekat dia, yah, karena alasan yang ke-1 itu lah, karena she`s too free dan doyan banget kritik orang, klitikkin mungkin bakal much better dibandingkan kritikkin. Kini, gue sadar how lucky I am bisa punya auntie se-annoying dia hahahahaha.
Karena banyak sekali pelajaran berharga yang gue dapet dan gue jalani akibat muak dengan perlakuannya ke gue. Apa saja itu?
1. I know how to groom well : cara menata rambut, bermake up dengan wajah, dan memilih model pakaian yang chick dan sesuai dengan kepribadian gue.
2. I realize kalau perempuan itu memang perlu cantik dan mempercantik diri, dan menghargai dirinya sendiri, salah satu caranya adalah dengan menjaga penampilan sebaik mungkin.
3. Sekarang gue udah cukup kenyang dengan yang namanya kritikan, sehingga akan lebih mudah buat gue ketika menerima kritikan dari orang lain dan juga ketika menerima kekalahan dalam suatu kompetisi. Karena gue pernah merasakan yang lebih nyelekit daripada kondisi apapun yang tergolong sepele dan ringan.
Terima kasih, Engkong. Bertahun-tahun mengumpulkan kertas-kertas, surat-surat kenangan, dan lemari sampai menumpuk sesak penuh dengan kertas yang entah masih berguna atau sudah tidak lagi berguna. Biasanya : bon-bon belanjaan, kartu ucapan dari teman kita, hadiah-hadiah dari orang yang kita sayang, kertas-kertas coretan yang sudah tidak terpakai sebenarnya tapi sayang untuk dibuang. Tadi sore I saw my grandfather, ngubek-ngubek sampah di halaman rumah, I was so curious, mau ngapain sih, ternyata, my auntie who`s my grandfather`s daughter merobek kertas-kertas itu tanpa sepengetahuan my grandfather. I can understand how he feels, and how my auntie intents to do, sama-sama gemes. Yang satu (my grandfather) kesal dan gemes kenapa sih barang yang berharga buatnya dibuang begitu saja, ini kurang ajar dan melanggar privasi banget deh. Yang satu lagi (my auntie) juga gemes melihat laci penuh dengan kertas-kertas nggak jelas, bikin sumpek lihatnya, dan secara dia adalah seorang ibu rumah tangga yang anti dengan keberantakan dan kesumpekan rumah, dibuanglah kertas-kertas itu seenaknya saja. Sorenya, barulah my grandfather sadar kalau ada yang beda dengan lacinya, FYI, he`s 73 years old, langsunglah he called my auntie, dan my auntie avoided his call by asking her son that she`s already asleep. Mencaklah my grandfather : Ah…boong! Nggak mungkin jam segitu udah tidur (waktu itu baru Pk 19.00), pantesan aja dia takut terima telpon, kurang ajar, sembarangan aja robek-robekin kertas orang, kalau ada yang penting gimana!!!
Analisa sebagai orang ketiga :
Seyogyanya (ugh, kenapa ada kata dengan kota Yogyakarta ini yah), my auntie nggak sembarangan merobek surat yang penting, dan mustinya udah dicheck terlebih dahulu apa isi dari kertas-kertas di laci my grandfather. Kalau tadi sekilas ngintip, kertas-kertasnya sih kebanyakan bon-bon bekas dan kertas-kertas brosur produk in Chinese. Oow, masalahnya adalah most of those papers are in Chinese, and her Chinese isn’t quite fluent. Crap!
My grandfather pun memang perlu mulai melepaskan kenangan masa lalu dan hidup dalam masa sekarang saja kali yah. Seringkali kita menyimpan banyak sekali kenangan masa lalu dan takut untuk melepaskannya jauh-jauh. The truth is that most of his friends already passed away, dan sepertinya surat-surat itu adalah kenangan dari teman-teman lamanya yang sudah tidak ada (mungkin, lho), dan sisanya kebanyakan adalah surat-surat dari teman-teman sekampung di negri China, tempat kelahiran my grandfather. Secara mereka jauh dan kalau mau kasar omong, apalah arti kehadiran mereka, toh, ada apa-apa di negri sini pun mereka nggak bisa berbuat apa-apa, karena mereka lagi di negara yang berbeda dengan my grandfather.
Pelajaran penting dari kasus my grandfather and auntie is that :
1. Jangan sembarangan membuang barang milik orang lain, walaupun punya niat baik untuk membantu membersihkan dan merapihkan. Come on, tiap orang punya kriteria rapih masing-masing, kan, dan nggak bisa kita menyamaratakan kondisi rumah orang lain harus sama rapihnya dan sama style posisi letak barang-barangnya seperti kondisi di rumah kita sendiri.
2. Terkadang kita harus berani membuang kenangan-kenangan masa lalu yang sudah tidak perlu dibawa lagi di masa sekarang. Seperti lemari baju, kalau sudah kebanyakan baju lama yang sudah tidak cocok lagi dipakai, buang sajalah, karena kondisi yang sumpek dari rumah kita atau meja pribadi kita adalah simbol dari sumpeknya pikiran dan hati kita. Pernah ada yang bilang, kalau mau merapihkan pikiran dan hati, mulailah dengan merapihkan benda-benda di sekeliling kita.

Beberapa alasan orang senang berpacaran dengan seseorang adalah :
1. Bisa saling memperhatikan dengan saling mengingatkan : kamu udah makan belum? aku mau main ke rumah kamu yah malam ini.
2. Menemani ke kondangan pernikahan, ulang tahun, acara keluarga, reuni sekolah, atau upacara pemakaman kenalan.
3. Bergandengan, bersentuhan, berpelukan, dan juga berdekatan satu sama lain.
4. Berantem kecil lalu saling maaf-maafan : Sayang, maafin aku yah? Dan dijawablah : Aku lagi yang salah, bukan kamu, maafin aku juga yah!
5. Ketika ditanya “Udah punya pacar belum?”, bisa menjawab dengan lantang :”Udah!” Ditanya lagi : “Anak mana?” Dijawab lagi : “Temen lama pas zaman sekolah” Beres deh.
6. Ada satu hari yang dinanti-nanti karena pasti ketemuan dan pergi bareng berduaan, entah nonton bioskop atau mungkin jalan-jalan ke mall saja. Beda kasusnya kalau long distance yah!

No comments: