Sunday, July 15, 2007

Pertanyaan Untuk Mr.Hidup

Jakarta, 15 Juli 2007
Pertanyaan ke “hidup”
Hidup, apa sih sebenarnya yang perlu aku tau soal kamu? Somehow, aku hanya berpikir, kalau misalkan aku sudah mendapatkan semua yang aku mau dan bener-bener semuanya sudah terpuaskan, lalu, aku harus ngapain lagi yah?
Kalau aku udah bisa wujudin semua mimpi, semua angan, semua kisah cinta tak sampai (cinta begini, misalnya), dan juga semua hal yang aku mau deh. Aku belum ketemu jawabannya, tuh. Beneran deh.
Kalo kita uda dapet semua yang kita inginkan, apa lagi yang kita lakukan? *#*$@*(#)Rp. 1 trilyun,impian terwujud:jadi penulis,sutradara film,temen akrab dengan Nicholas saputra,rumah,boil nyaman,keliling luar negri,charity,jadi relawan,darmaduta,konsultan kehidupan,konseling karir dan pengembangan diri,aktivis pemberdayaan perempuan,happy family,health,joy,blessings,jadi dosen dan guru,jadi istri dan ibu,suami yang baik dan cocok,suportif dengan kemajuan istri,sahabat2 yang setia dan mendukung.*#*$%**@#
About Money. Beberapa waktu ini survey kecil-kecilan coba kubuat. Kalau punya uang 1 trilyun, kira-kira mau buat apa itu? Inilah jawabannya, sembari menunggu giliran di salon….sigh…disaster yang 3 tahun lalu terjadi, hari ini kejadian lagi, rambut ini sekarang keriting lagi, halah halah halah…oke, kembali lagi ke 1 trilyun.
Kalau gue, misalkan punya 1 trilyun, gue bakal pakai buat ini-ini nih :
rumah 2m,mobil 1m,perabot rumah 1m,sumbang vhara 10m,makan?1m,baju?10juta,biaya pendidikan 2m,kesehatan 2m,menikah?1m Kasih ortu 10m! Parfum 300rb,toni&guy 1juta,laptop 20jt,kamera 50jt.
Total:30m, sisa 770m=1 trilyun. Wah ternyata gue cuma butuh 30 miliar saja, masih ada sisa 770 miliar yang tidak terpakai, jika gue punya 1 trilyun. How about you, teman-teman? Kalau punya 1 trilyun Rupiah, bakal diapain itu tuh? Alasannya begini, selalu saja terdengar orang tidak puas dan tidak cukup dengan uang, dan selalu bekerja keras untuk dapetin uang, nggak mau miskin, pokoknya mau kaya! Kaya itu = berapa rupiah tuh? Jangan-jangan nggak tau definisi kaya itu, akhirnya terjebak dengan rutinitas pekerjaan dan karir dan jarang berpuas diri dengan kehidupan. Padahal hidup itu bener-bener tempat untuk bersenang-senang dan bermain-main, kenapa sih gitu aja kok repot, kenapa harus memposisikan hidup sebagai arena mengerikan tempat berlomba-lomba mengejar waktu, mengejar uang, mengejar hal-hal yang ternyata mudah terhempas tiupan debu.
About Love. Next, perenungan selanjutnya, mengenai cinta, menikah, pasangan hidup. Ternyata, ini adalah salah satu sumber ketidakpuasan hidup. Ketika belum menikah, rasanya hidup begitu tak berarti, tapi setelah menikah, hidup terasa seperti rutinitas pekerjaan “pembantu” (ini bahasa kasarnya). Begini loh, menikah itu dianggap sebagai apa sih sebenarnya? Orang-orang berlomba-lomba untuk segera menikah, entah apa yang mau dimenangkan dan diperjuangkan. (sigh….and I`m one of those racer…marriage racer), kalau belum menikah sama seperti belum mendapatkan pekerjaan setelah lulus jadi sarjana. Kondisinya mirip, sih, soale. Ketika baru lulus, orang-orang bertanya : “Udah dapet kerja belum?” Dijawablah, “Oh, lagi nyari-nyari, Om…” Selesai masalah kerjaan, lanjut ke masalah jodoh alias cinta : “Udah punya pacar belum?”, dijawablah : “Oh, lagi nyari-nyari, Tante, belum ketemu yang cocok” Alamak! Cari pasangan hidup kok disamain kayak cari kerja. Beda dong, kalau cari kerja, tinggal buka Koran kolom lowongan pekerjaan, kirim surat, interview, ditest, kalau cocok, diterima deh, abis itu digaji, lagi! Kalau cari pasangan hidup, kan nggak bisa lewat Koran, ada sih, tapi nggak banget deh ah! Coba, yuk, bayangin bareng-bareng, emangnya menikah itu ngapain aja sih, sepengetahuan dari pengalaman orang-orang yang sudah menikah, menikah itu nggak beda jauh dengan kehidupan sebelum menikah kok, bedanya, menikah itu nambah kerjaan aja, jadi bangun tidur, udah harus mikir untuk masak,bersihkan rumah, hire babysitter 1jt/bln, pembantu 1jt/bln, driver 1jt/bln,urus anak,menulis, berdoa (daimoku), kunjungan anggota, terima sido dari umat, ngajar counseling teacher,urus suami,temeni ngobrol,kerja,pijitin,rawat suami,ke rumah ortu dan mertua,mampir sambil ajak anak2,ngobrol sama mertua dan ortu,temeni anak belajar dan baca buku,menyadari 3 harta:badan,benda,jiwa.Rumah bersih,nyaman,damai,tenang,terawat,adem,banyak tanaman hijau,tiap hari bisa baca buku dan nulis di ruang baca yang disebelahnya ada taman hehijauan yang adem,sejuk,menenangkan,segar.Ga jauh dari situ,ada ruang perenungan buat berdoa dan meditasi. Hmm….itulah menikah. Pertanyaannya, jadi apa yang menarik dari sebuah kondisi menikah itu? Gilanya, “menikah” bisa membuat banyak orang menjadi tidak percaya diri, meratapi nasib kurang beruntung, menjadi minder, menjadi seperti loser yang memalukan. Come on! Masa iya sih hanya karena belum menikah dan tidak menikah, langsung ngedrop rendahan seperti itu? Padahal, apa sih yang perlu dikeluhkan dan dituntut lagi dari hidup kalau kita udah punya tubuh yang sehat dan normal, punya keluarga, punya sahabat, punya perasaan cinta dan emosi, punya rumah, punya baju, punya handphone(?). Ayo, guys, since I know how it feels, when feeling as a useless loser came up everytime people measure happiness with marital status, just realize how foolish it`s gonna be if we keep giving a damn to those rubbish question : KAPAN KAWIN? J hehehe, anyway, untunglah masih ada orang-orang yang senang sekali bertanya seperti itu, setidaknya, jadi terus sadar kalau menikah itu adalah salah satu tugas agung sebagai manusia loh, dan saatnya bergerak mendekati cinta sejati itu yang memang sesuai dengan kebutuhan kita akan cinta.
Cinta Begini. Untuk kesekian kalinya merasakan candu cinta, cinta begini salah satunya, seperti perokok mencoba untuk berhenti merokok, nggak bisa-bisa, udah tau itu mematikan dan merusak jantung, tapi tetep aja mencari-cari batang rokok yang bisa dihisap. Cinta pun sama, bo. Udah tau cinta begini itu salah dan bisa memberikan efek buruk bagi kesehatan jiwa, tapi masih tetep aja dicoba-coba. Gara-gara ketemu Olga Lydia di festival anak jalanan kemarin 13 Juli 2007 di Tugu Proklamasi, pencerahan seolah muncul dalam pikiran ini. 1. Gue janji, nggak akan merokok, u know, keinginan itu begitu besar dan sampe-sampe gue pun membayangkan ada batang rokok di antara telunjuk dan jari tengah kanan gue, tiap kali lagi bengong dan nyetir, untunglah, gue nggak pernah merokok, pingin banget, tapi nggak pernah melakukan, though, kemarin dapet rokok gratis dari LA Light, sorry ye. Nggak mau merokok, soalnya gigi bisa jadi kuning, walaupun Olga Lydia belum tentu merokok sih, tapi cantik-cantik, giginya kok kuning. Duh, gue nggak mau deh kalau gigi gue jadi kuning begitu. Setau gue, gara-gara rokok, gigi bisa jadi kuning dan item-item. Padahal gigi itu senjata gue banget buat menebar kecantikan dalam hati gue :D . 2. Gue pun janji, nggak bakal deh mencoba-coba lagi yang namanya cinta begini. Cinta begini itu cuma sementara saja dan hanya akan menyakiti satu atau dua pihak pelaku cinta seperti itu. 3. Gue janji, bakal segera serius memilih pasangan hidup gue, nggak lagi deh mencoba-coba cinta nggak penting J Well, “Nak, mami tuh udah pernah ngerasain berbagai jenis kisah cinta, dari pahit sampe manis, untungnya mami sih udah puas dan udah siap nih belajar bercinta dengan serius, nggak lagi cuma main yang sementara-sementara aja…”
Untuk pangeran cinta begini : jadi begini loh, setelah kufikir, only if…hanya jika dan hanya jika memang ada planet tanpa perbedaan, barulah cinta begini itu bisa beneran kesampaian, tapi, selama planet tanpa perbedaan itu masih ada, itu artinya, cinta begini hanya bakal jadi cinta sementara aja. Dari jauh, kuterus memperhatikan kamu, kalau kamu mau tau. Walau nggak dengar hembusan nafasmu, walau nggak liat raut wajahmu, walau hanya baca bait demi bait tulisanmu saja, itu sudah cukup dan aku akan selalu tau, kalau kamu baik-baik aja, tanpa sebuah cinta begini.

No comments: