Monday, September 20, 2010

manajemen Hidup

Manajemen Strategi Kesuksesan Maeya
(Oey Mayasari 10006744906) – Kelas B

“Bisa lahir sebagai manusia bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan jutaan kalpa tahun untuk bisa terlahir sebagai mahluk hidup atau manusia, untuk itu isi kesempatan hidup ini dengan hal yang bermakna dan bermanfaat bagi kebahagiaan hidup orang banyak’ (Buddha Niciren Daisyonin)

Ada 4 komponen sukses yang perlu saya camkan dalam hidup saya yaitu :
1. Goal. Goal saya adalah menjadi penulis profesional yang produktif dan inspiratif yang bisa memberikan inspirasi perubahan positif bagi bangsa Indonesia khususnya dan dunia juga.
Tujuan jangka pendek : mengasah kemampuan menulis dan merintis karir profesional di media cetak yang berkaitan erat dengan dunia penulisan. Sambil membangun jaringan sosial dan bertemu dengan banyak orang yang memiliki kisah dan ilmu hidup mereka masing-masing. (kira-kira saya akan merintis karir ini minimal 5 tahun dari sekarang, agar benar-benar terasah kualitas penulisan saya).
Tujuan jangka panjang : menjadi penulis serba bisa (fiksi, non fiksi, naskah film dan sinetron, artikel sosial humanis politik), merilis minimal 10 buku yang bisa diterbitkan di kancah internasional, dan saya mau mendirikan sekolah menulis di kawasan Puncak yang sejuk, mendidik calon-calon penulis muda. Harapannya, agar Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang menghasilkan karya-karya sastra fiksi maupun nonfiksi yang kreatif dan inspiratif. (di saat usia 45 tahun, saya akan pindah ke kawasan Puncak yang dingin dan konsentrasi untuk menulis dan mengembangkan center menulis disana, bagi siapa saja yang ingin menulis, bisa ke Puncak dan menginap di asrama yang sudah saya siapkan).

2. Understanding The Environment
Teori Benchmarking
Untuk bisa mencapai tujuan utama, saya mencoba menemukan sosok teladan, sehingga saya bisa membandingkan diri saya dengan seseorang yang lebih hebat. Saya kagum dengan seorang penulis bernama Mitch Albom yang menulis buku “Five People You Met In Heaven”, “Tuesdays With Morrie”, karena tulisannya begitu inspiratif dan menggugah perubahan dalam hidup saya dan banyak pembaca lainnya.
Well, Mitch Albom tidak ada di Indonesia, sih. Saya juga kagum dengan penulis skenario Titien Watimena yang produktif menghasilkan karya-karya film, lalu Albertiene Endah yang semakin bersinar dengan karir penulisannya. Untuk bisa mengikuti jejak Albertiene Endah, saya sudah berada di jalur yang mirip dengannya yang memulai karir penulis di perusahaan saya bekerja saat ini, karena memang banyak kesempatan untuk mengasah potensi menulis di sini.

Selalu Ada Risiko
Risiko adalah sesuatu yang tidak pasti, dan saya menyadari beberapa risiko yang mungkin terjadi dalam proses mencapai tujuan saya. Sejak usia 16 tahun saya sudah jatuh cinta dengan profesi menulis, lalu di usia 21 tahun saya magang di sebuah majalah, dan setelah lulus kuliah, saya terjun ke media televisi, belajar banyak hal yang berhubungan dengan menulis, salah satunya : menulis skenario film. Namun kenyataannya ada risiko yang harus siap saya hadapi untuk mencapai tujuan ini, yaitu :
- Siap hidup susah jika memutuskan untuk menjadi penulis lepas. Tahun 2006 saya mengambil keputusan nekad, dengan berhenti dari perusahaan, lalu memilih untuk fokus menulis. Itu berarti : tidak ada penghasilan untuk hidup sehari-hari, sehingga saya mulai stress dan depresi karena karya tulisan saya ditolak juga oleh penerbit.
- Siap mengalami penolakan jika tidak sesuai dengan permintaan pasar. Kini buku menjadi lahan bisnis sehingga tidak heran untuk merilis buku, memang perlu modal sendiri, kecuali karya saya memang benar-benar out of the box dan unik. Saya pernah ditawarkan untuk merilis buku, asalkan siap menjual sendiri 1000 buku saya ke kenalan saya sendiri. Saya menyerah, tidak berani ambil risiko ini, maklum tabungan pun pas-pasan. Akhirnya saya ambil keputusan untuk bekerja lagi sambil terus mengejar impian saya menjadi penulis profesional.
- Siap dikritik dan dibantai oleh publik. Pengalaman pertama saya tahun 2009 saya menulis sebuah artikel yang intinya menceritakan kesan saya melihat ibu memberikan ASI di tempat umum. Karena kesalahan judul dan kata, saya diteror dan dihina oleh hampir 80 pembaca, mereka marah karena tulisan saya seolah menghina para wanita yang memberikan ASI. Padahal maksud saya bukan itu, tapi mereka menganggap saya anti dengan ASI, ini pelajaran berharga, bahwa menjadi penulis berarti harus siap dimarahi atau dipenjara jika salah ketik, apalagi kondisi politik yang kadang masih sensitif, kalau menulis hal yang menghina seseorang, bisa langsung dituntut dan mungkin dipenjara.
“Adjustment to a change”, untuk bisa sukses, saya harus bisa cepat beradaptasi dengan perubahan, termasuk mengubah visi hidup saya sesuai dengan kenyataan yang ada. Saat saya nekad menjadi penulis lepas yang tidak bekerja kantoran, ternyata tidak sesuai dengan kondisi saya saat itu (tabungan belum memungkinkan saya untuk tidak bekerja tetap di kantor). Sehingga saya harus segera beradaptasi dan mencari solusi bagi masalah saya, yaitu dengan kembali bekerja kantoran.
Selain beradaptasi dengan perubahan, saya juga perlu menerapkan prinsip Market base (menurut Michael Focker) yaitu melihat pesaing di lingkungan sekitar saya berada. Ya ya ya, nama saya belum dikenal oleh publik, kecuali sejak kasus kesalahan tulisan saya, selebihnya nama saya tidak dikenal, tidak seperti Clara Ng, Albertiene Endah, atau Marga T yang dikenal karena tulisannya sukses di pasaran. Pesaing saya adalah para penulis senior yang sudah memiliki nama dan jam terbang melebihi saya, sehingga saya perlu menciptakan hal unik yang menjadi ciri khas saya, seperti Mitch Albom yang menjadi penulis berkarakter, dengan buku-buku inspiratifnya tentang kehidupan. Selain itu masyarakat Indonesia belum memiliki minat membaca yang tinggi, tidak seperti Singapura atau Amerika yang sudah terbiasa untuk melahap buku-buku tebal, selain komik atau novel picisan. Sejalan dengan tujuan saya untuk bisa mendirikan sekolah menulis di kawasan Puncak, saya berharap bisa mengasah minat membaca dan merangsang potensi menulis generasi muda khususnya dan para dewasa muda tua yang memiliki banyak kisah menarik tapi tidak mengerti bagaimana mencurahkannya ke dalam sebuah tulisan dan buku.
Selain itu untuk bisa menjadi penulis skenario film dan sinetron sesukses Titien Watimena, saya harus memiliki kemampuan dan energi konsisten yang luar biasa tinggi untuk bisa selesaikan 100 halaman naskah. Masalah yang sama, saya belum dikenal oleh para produser atau filmaker sehingga kemungkinan untuk bisa menulis film masih 20% saja. Syukurlah saya sudah kenal dengan beberapa sutradara hebat seperti Upi Avianto yang juga penulis naskah film yang sukses, Nia Dinata yang berhasil membangun karirnya di film, dan juga Titien Watimena penulis naskah film drama yang cocok dengan minat saya juga.

3. Resource Appraisal
Komponen ketiga adalah memahami diri saya dengan sedalam-dalamnya, seperti apa kata Socrates “Kenalilah Dirimu”.
Kalau saya tidak tahu kekuatan saya dimana, saya juga tidak tahu akan invest ke bidang apa. Saya menyadari potensi menulis saya berawal dari hobi saya menulis buku diary dan menulis artikel di internet, banyak yang merespon dan suka dengan tulisan saya. Saya pun mantap untuk menginvestasikan energi hidup saya di bidang penulisan dan juga media. Dua bidang ini saling berkaitan erat, sehingga pengalaman 5 tahun saya di bidang media televisi, cetak, film, pastinya akan mendukung proses pencapaian tujuan saya.
“Saya akan menang jika saya bisa mengatasi kelemahan saya”
Di sisi lain, saya tidak bisa pungkiri bahwa ada beberapa kelemahan dalam diri saya yang seringkali menghambat proses pencapaian tujuan saya sebagai penulis sukses, yaitu :
- Sensitif dengan kritikan. Saya mudah terpengaruh oleh komentar orang lain, khususnya yang negatif, sehingga ada masa-masa dimana saya bisa patah semangat jika melakukan kegagalan atau kesalahan fatal. Selain itu saya sering bermasalah dengan keyakinan diri sehingga mudah kuatir walaupun belum berjuang.
- Pembosan. Ini kelemahan yang sangat menghambat perkembangan karir sebagai penulis, biasanya kalau sedang menulis 1 tema, saya tidak tuntaskan lalu mulai berpikir ke tema lain, istilahnya “melompat-lompat sesuka hati”. Akibatnya, tidak ada tulisan yang benar-benar selesai, semuanya hanya setengah-setengah saja.
- Mudah terganggu dengan masalah pribadi. Saat mengalami masalah pribadi, seperti masalah konflik keluarga, saya sering terbawa emosi dan larut, lalu rasa percaya diri terkoyak dan jadi minder, karena tidak tahan dengan tekanan negatif atau kritikan atau keraguan dari orang-orang terdekat saya. Solusi yang pernah saya terapkan adalah dengan menutup telinga dan ingat selalu bahwa saya baik atau buruk pasti ada yang komentar, sehingga lebih baik saya tidak terlalu mengambil hati apa kata orang mengenai pilihan hidup saya.

4. Implementation
Tidak cukup hanya menuliskan impian hidup, jika tidak berusaha dan bertindak nyata. Selama 5 tahun terakhir ini saya merintis perjalanan yang mengarah pada visi hidup saya yaitu menjadi penulis yang bahagia dan mencurahkan hidup saya untuk dunia ini. Beberapa tindakan nyata yang telah saya lakukan, adalah :
1. Memilih karir sebagai penulis di sebuah majalah
2. Banyak membaca buku dari penulis yang saya teladani
3. Memperkaya pengetahuan, dengan lanjut kuliah S2 misalnya, sambil terus memperkaya kosa kata dan bahasa
4. Mengikuti kursus penulisan skenario film dengan Titien Watimena, rutin hadir dalam seminar film Jiffest yang menghadirkan penulis sukses yang sudah membuktikan karyanya.
5. Rutin menulis blog www.maeya.blogspot.com, dan posting untuk facebook maupun situs lain.
6. Banyak belajar dengan mereka yang sudah lebih dahulu sukses dan merintis karir di bidang penulisan.
Selain itu, saya perlu mengasah keunikan dan ciri khas dari kepribadian saya, karena :
“Kalau mau kompetitif, kita harus mempunyai sesuatu yang unik dan melebihi orang lain, agar tidak mudah diimitasi oleh orang lain”
Pengalaman hidup saya unik dan ini bisa menjadi modal saya untuk menjadi penulis berkarakter. Selain itu saya pernah menjadi ‘kutu loncat’ yang merasakan perubahan dinamis, mulai merasakan bekerja di televisi, menjadi sekertaris, guru SMA dan TK, marketing MLM, penulis skenario sinetron FTV, presenter televisi, reporter televisi sosial humanis, sampai menjadi reporter selebriti gosip. Saya pernah mengalami masalah keluarga yang cukup rumit, krisis percaya diri, sampai dengan krisis menentukan arah hidup. Pengalaman ini pasti akan dialami oleh banyak orang, sehingga tulisan saya pastinya akan bermanfaat bagi mereka yang merasakan hal yang pernah saya alami.
Saya menciptakan gaya bahasa dan penulisan saya agar menjadi ciri khas karakter penulisan saya yang beberapa waktu ini cenderung bergaya perenungan tapi tidak mengajari, dan saya banyak belajar dari Mitch Albom yang bisa menuliskan kata-kata inspiratif tanpa berkesan menggurui.

Kesimpulan : Strategi Manajemen Hidup Saya
1. Tidak berhenti mengenali visi hidup, kualitas positif dan negatif dari diri saya, dan mengikuti perkembangan lingkungan dan dunia tempat saya berada.
2. Mengambil keputusan sesuai dengan kata hati dan bakat saya. Untuk mengambil keputusan dengan tepat, saya mencari informasi sebanyak-banyaknya, dan memikirkan segala keputusan dengan prinsip sebab dan akibat. Selain itu saya menerapkan visualisasi ke masa depan, kira-kira keputusan saya saat ini akan membawa dampak seperti apa di beberapa tahun mendatang. Ini semua bisa dilakukan dalam kondisi jiwa yang tenang dan damai.
3. Tindakan nyata untuk menjadi seseorang yang kuat, tangguh, tidak mudah putus asa, tidak pernah berhenti berkarya setiap harinya dan terus menulis.

Tugas 1 – Strategi Manajemen Komunikasi – 21 September 2010

2 comments:

Hendrik Sumardi said...

may, tulisan loe soal ASI itu kena kok dan gue ngerti pandangan loe tentang itu dan gue bisa posisikan diri gue sebagai wanita,
memang pandangan orang itu beda beda dan kita cuman bisa jadikan itu pembelajaran aza..
so good luck with your target..

Hendrik Sumardi said...

maksudnya, kita nggak bisa kontrol apa perasaan orang yang baca tulisan kita,
orang orang cenderung menyalahkan atau tidak senang dengan pendapat yang bukan atau tidak selaras dengan pendapat mereka, but for democracy , free speach and writing is ok