Thursday, August 31, 2006

Miss You, Freedom!

Kenapa memutuskan untuk tidak kerja kantoran untuk sementara dan memilih seperti sekarang ini?
Tidak terasa sudah lewat juga 2 bulan kritis ini, tepatnya adalah masa transisi dan adaptasi dengan gaya hidup baru, dari sebagai karyawan sebuah perusahaan dengan gaji standard fresh graduate dengan fasilitas kesehatan yang cukup memadai, menjadi seorang freelancer dan pengasong di beberapa tempat : jualan produk door to door, ikutan jadi agen asuransi, founder di lembaga eo dan training, menulis proyek buku, mengurus perusahaan keluarga, sampai mencoba untuk bergabung sebagai aktivis perempuan di LSM Nasional. Apa tujuan dari segala pilihan yang kadangkala tidak sealiran dan justru sangat berkontradiksi? Sederhana saja sebenarnya, satu hal yang saya butuhkan untuk saat ini : KEBEBASAN.
Dua bulan terakhir ini adalah masa kebebasan saya untuk bisa memilih jalan hidup yang saya inginkan, bukan karena siapapun, entah permintaan dari orang tua, aturan umum yang sudah berlaku, ataupun konsep-konsep umum yang sudah terbentuk selama ini di masyarakat.
Hal-hal yang saya putuskan untuk saya pilih bisa dibilang terinspirasi dari perasaan terkungkung di satu masa, yaitu masa LUNCH (makan siang), saya mengambil contoh sederhana ini. Rindu sekali rasanya ketika saya memutuskan untuk makan siang adalah karena saya menginginkannya, bukan karena saya menjadikannya sebagai keharusan untuk bisa diterima di sebuah lingkungan. Jika masa LUNCH dianggap sebagai masa yang biasa saja dan apa pentingnya, saya si sosok melankolis bisa mengubah hidup saya dengan drastis hanya karena masalah “LUNCH”. Aneh? Bagi saya, tidak aneh, karena kebutuhan makan siang ternyata telah banyak membentuk pola berpikir dan pola pengambilan pilihan hidup saya. Saya berani untuk menentukan jalan hidup saya atau justru saya terlalu membesar-besarkan masalah saja?

Jakarta, 31 Agustus 2006
Entah apa penyebabnya, tapi saya yakin pasti ada penyebabnya. Hari ini super uring-uringan, tidak bete atau kesal, tetapi lebih pergolakan mood yang tidak jelas. Jika dulu saya sering menyalahkan faktor hormon sebagai penyebab kegundahan hidup, sekarang saya sadar kalau itu semua hanyalah permainan pikiran saja. Hari ini mudah sekali berpikir negatif, dan sulit untuk berpikir positif. Kekesalan terpendam seperti mencuat dan tidak dipungkiri terpancar dari lekukan wajah saya yang kesal dan mungkin emosional negatif yang agak sulit terbendung.
“…aku harus pulang nih, soalnya Papa sakit gigi, aku harus anter ke dokter gigi…”, seorang rekan kerja saya, pria lugu yang sangat family oriented, berpamitan kepada kami, aku dan beberapa rekan kerja lain.
“…Ah, meditasi dong, sakit gigi pun bisa sembuh…”, seorang rekan saya yang sangat fanatik dengan ilmu-ilmu kesehatan dan fengshui menyeletuk.
Entah efek apa yang membuat saya menjadi begitu kesal dan emosi, saya spontan menyeletuk.
“….Hey, come on, kalau sakit gigi yah harus ke dokter gigi, ditambal, karena ada gigi yang busuk…”
“…nggak! Orang nggak ngerti, kalau sakit gigi bisa sembuh dengan meditasi, ada titik meridian yang tertutup dan harus dibuka…..”
Entah apalah maksud titik meridian, tetapi ada hal yang saya sesalkan dari pernyataan kawan saya itu. Apa maksud dari pandangannya itu?
Pendaman kekesalan dan kebingungan bisa saya analisa. Mulai dari caranya menggerak-gerakan tangannya untuk mengambil energi dari benda-benda yang ia sentuh, sampai dengan gerakan seolah-olah membuang energi buruk dari benda (asli! Seperti dukun sesat yang terobsesi dengan energi-energi yang ada, yang ingin dibuang jauh-jauh….Hey Dude!). Come on. Saya sempet tertarik untuk mempelajari ilmu alam, ilmu fengshui, terinspirasi dari dia, tapi yang ada, sepertinya ada keganjilan yang kurang pas yang saya temukan dari tingkah-tingkahnya yang semakin hari semakin aneh saja (menurut saya).
Hari ini posisi lemari brankas dipindahkan oleh kawan saya, apa sebabnya saya sudah bisa menebak. Dia menaruh sebuah sofa panjang dan itu menghadap langsung ke pintu. Secara fengshui, tidak bagus! Suasana interior ruangan sekarang menjadi agak aneh dan sesak.
Sindiran-sindiran juga seperti panah yang saya kumpulkan untuk kemudian saya gunakan untuk melukai diri saya sendiri. Seorang sahabat kemarin malam baru saja bilang pada saya. “Ra, kamu harus lebih mencintai diri kamu sendiri…”
Sahabat bilang, selama ini saya terlalu banyak mendengarkan apa kata orang. Itu sumber ketidakbahagiaan.
“….ayo dong katanya mau mobil….”
“…nggak papa deh dateng telat, yang penting masih bisa dengar sesi saya bicara….”
“…kalau saya sih nggak terlalu masalahin duit yah….”
Dan seterus-seterusnya. Masih banyak lagi hal lain yang terasa aneh bagi saya.

Back again ke topik awal. Tadi siang, saya mendapatkan tawaran pekerjaan untuk menjadi personal assistant. Entah dari perusahaan apa. Saya tolak, saya bilang saya ada kontrak sampai Desember 2006 nanti. Ini harus ditentukan.
I need money! Tapi kok penjual Koran di daerah Cideng, sudah hampir 8 tahun saya melihat dia dan sekarang anak-anaknya sudah mengikuti jejak ayahnya menjual Koran yang sudah basi. Koran pagi hari dijual di malam hari. Mereka bisa survive! How could they be like that? Lalu pekerja-pekerja jalanan, tukang ojek langganan saya, bisa hidup dengan penghasilan mungkin hanya 500 ribu rupiah saja. Hebat!
I need a freedom. Kebebasan untuk memilih apa yang saya inginkan dan saya ingin tahu. Tidak peduli orang lain tidak setuju atau meledek saya.
Belajar untuk mengurus bisnis keluarga walaupun tidak digaji.
Menjalankan ritual religius lebih tekun lagi.
Lebih dekat dengan keluarga.
Rutin menulis.
Menjadi lebih “wanita” dan dewasa.
Memiliki jam terbang yang jauh lebih hebat dan bervariasi.
Saya ingin bisa menceritakan banyak hal untuk orang lain nantinya. Bahwa hidup begitu dinamis dan banyak hal yang tidak akan habis untuk dipelajari.
Yup, saya ingin terus belajar dalam hidup ini dan tidak berhenti di satu titik saja dan puas begitu saja dengan kestatisan hidup. Hidup harus berwarna. Itu menurut saya.


No comments: