Kembang Perawan – Eps 2
Ketika waktu mendatangkan cinta, aku putuskan memilih dirimu. Setitik Rasa Itu Menetes Dan Semakin Parah…Bisa kurasa getar jantungmu, mencintaiku, apalagi aku. Jadikan aku pilihan terakhir hatimu. Butterfly terbanglah tinggi, setinggi anganku tuk meraihku, memeluk batinmu yang sempat kacau karena merindu (Butterfly, Melly Goeslaw feat Andika)
Lagi suka lagu ini. Lembut. Alunan enak. Romantis. Apa mungkin karena suasana hati pun lagi cocok dengan lagu ini? Pilihan lagu berubah-ubah tergantung suasana hati. Sambungan lagi dari cerita sebelumnya (Kembang Perawan), soal cinta mencintai.
Ketika lagi jatuh cinta, perasaan lebih positif dan imajinasi bisa lebih meningkat.
Dengan mencintai, tubuh lebih segar, hormone endorphin lebih aktif berproduksi.
Ketika lagi menyayangi seseorang, pikiran tidak sekedar terpaku pada diri sendiri saja.
Dengan mencintai, berarti kita belajar untuk memikirkan orang lain.
Ketika menyayangi seseorang, kita belajar untuk berbagi, membagikan segala rasa yang ada di hati dan segala bersit pikiran yang muncul tak terduga.
Dengan mencintai, kita belajar untuk menerima kekurangan orang lain dan juga kekurangan diri sendiri, dengan lapang dada.
Ketika jatuh cinta, apa yang biasanya terlihat buruk, menjadi terlihat biasa saja, bisa ditolerir.
Dengan menyayangi seseorang, kita bisa belajar melihat sisi lain dari diri kita.
Membuka pikiran baru. Bahwa hidup menjadi lebih berarti ketika ada orang lain yang bisa kita jaga dan perhatikan.
Siap jatuh cinta, berarti siap untuk memperhatikan, menumbuhkan, merawat, dan melindungi orang yang kita pilih itu.
Ketika sudah sayang seseorang, seburuk apapun sifatnya, sejelek apapun temperamennya, selalu ada kesempatan untuk memaafkan dirinya. Seperti yang Pipit alami berikut ini :
“Hah, cowok elo udah umur 36 tahun, tapi masih nganggur, dan elo mau sama dia?”, tanya Asti ke sahabatnya, Pipit.
“Dia lagi coba terus kok cari jalan untuk buka usaha”, bela Pipit.
”Iya, udah hampir 2 tahun, dan buktinya? Cowok itu masih nganggur sampai sekarang, Pit!”
”Boleh nggak kalau gue nggak bahas soal ini lagi”, tanya Pipit.
”Pit, pikir dong, pikirrr....apa iya elo mau relain masa depan elo demi cowok seperti itu”
”Please, elo nggak bakal bisa ngerti apa yang gue rasain, kecuali elo ngerasain sendiri”
”Pit, you deserve a better one, beneran!”
“Dari pertama ketemu, gue hanya merasa dialah yang selama ini gue tunggu dan gue bener-bener mau perjuangin hubungan gue dengan dia”
“Mau sampai kapan, Pit?”
“Gue nggak tau, tapi gue sadar kok, dan gue nggak bego, gue masih mikir, ke depannya mau gimana…”
Pipit, wanita muda, masih berusia 26 tahun, tidak sengaja 2 tahun lalu berkenalan dengan seorang lelaki yang 10 tahun lebih tua darinya. Awalnya, Pipit optimis kalau jadian dengan cowok yang 10 tahun lebih tua, pastinya masa depan bisa terjamin. Umur sudah lebih tua, kepribadian dan kemapanan pun bisa diandalkan, donk. Ternyata, dugaan Pipit keliru. Kekasihnya walau sudah berumur kepala 3, ternyata masih menganggur, masih tinggal dan makan di rumah mama, setiap siang melewati hari dengan menonton tayangan infotainment atau sinetron TV, dan sesekali menjemput Pipit di tempat kerjanya. Pipit dan pacarnya pun jarang keluar rumah, jarang nonton bioskop, jarang makan di café, dan jarang go public, kecuali hanya pacaran di rumah saja, menikmati hidangan masakan ibunya Pipit, dan ngobrol terus sepuasnya. Di mata Pipit, kekasihnya adalah pemberi semangat bagi hidupnya. Nggak peduli, nganggur atau sifatnya kasar kek, yang penting Pipit sayang dan mau sama pacarnya itu. Dan, hanya Pipit seorang yang akan menentukan sendiri akan seperti apa masa depannya nanti. Apakah tetap bersama pacarnya sekarang atau memilih orang lain yang lebih bisa diandalkan dan dipercaya sebagai pelindung Pipit. Love is not just about Love..
- with a good heart, everyday is a good day – maeya 20071205 #16
No comments:
Post a Comment