Pagi-pagi subuh Pk 04.00, seorang istri bangkit dari ranjang, segera menanak nasi, potong sayur-sayuran di dapur, memasak air panas, menyiapkan makanan di meja makan. Lalu membangunkan anaknya untuk segera berangkat sekolah.
Tak lama, Pk 06.30 si istri segera berdandan, untuk segera berangkat kerja. Di kamar, seorang suami masih tertidur lelap. Mendengkur keras.
Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi. Si suami bangkit dari tidur, membuka tudung saji dan makan pagi. Lalu menyalakan rokoknya dan membuka surat kabar. Dengan kaos oblong dan celana pendek.
Di kantor, si istri lalu lalang dengan berkas-berkas pekerjaannya sebagai seorang sekertaris. Telpon terus berdering dan tiada henti. Si istri pun harus bolak balik menemui atasannya. Terlihat rekan-rekan kerjanya bersantai ria di kala dirinya justru sedang super sibuk. Si istri menelpon ke rumah untuk menanyakan kabar si suami.
Si suami masih dengan posisi santainya menonton televisi dan mengunyah kacang, santai menerima telpon. Tak lama kemudian, anak lelakinya baru saja pulang dari sekolah, ditemani seorang pembantu rumah tangga. Si anak makan siang dan segera tidur siang. Si suami mengantuk dan segera terlelap dalam tidur siangnya.
Si istri masih terus sibuk meeting di ruangan besar dan mencatat notulen meeting. Dengan wajah dan penampilan yang elegan, si istri menjalani profesinya dengan setenang mungkin. Sesekali melihat ke foto keluarganya, ada si suami dan si anak lelakinya.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 17.00. Si suami mencari makanan dan merapihkan rumah, menggosok baju, dan mengepel lantai rumahnya.
Di sisi lain, si istri masih berkutat dengan berkas-berkas, dengan bersama atasannya melewati malam.
Sudah pukul 18.00, si istri sudah siap-siap untuk pulang. Bergegas menuju halte busway, mengantri dalam kerumunan yang sangat padat, sesekali mengantuk dan ketiduran. Menerawang, melihat bangunan-bangunan bertingkat di sepanjang jalan Sudirman.
Di rumah, si suami menemani si anak lelaki mengerjakan pekerjaan rumah dan menemani si anak untuk bercanda. Sambil sesekali si suami melihat ke arah televisi.
Jam sudah menunjukkan Pk 20.00, si istri turun dari angkot dan berjalan menyusuri gang rumahnya yang sudah agak gelap dan cukup terpencil sekali. Dibukalah pintu itu. Dan sang suami dan anaknya menyambut si istri dengan gembira dan senyuman. Si istri memeluk anaknya dan si suami mencium kening si istri. Mereka bertiga makan malam bersama dan tertawa bersama.
Pk 21.00, si anak siap untuk tidur. Si istri menemani si anak membacakan dongeng sebelum tidur, mencium kening si anak, dan merapihkan selimut si anak. Dari luar, si suami melihat si istri dan siap-siap menuju ke satu ruangan di pojok dan membuka komputernya dan mulai mengetik.
Waktu sudah menunjukkan Pk 22.00, si istri masuk ke ruangan kerja si suami dan membawakan secangkir kopi hitam sambil memeluknya dari belakang dan memberikan kecupan sebelum tidur. Menemani sang suami yang sedang mengetik. Si istri memeriksa tas sekolah milik anaknya, lalu si suami memanggil si istri untuk melihat apa yang ada di layar komputer. Mereka berdua tersenyum.
Pk 22.45, si istri segera menuju kamar tidur untuk tidur, sedangkan si suami masih terus mengetik. Si istri tertidur di kamarnya dan memasang weker untuk besok pagi siap-siap lagi beraktivitas.
Pk 03.00, si suami masih terus mengetik di ruang kerjanya, sampai akhirnya Pk 03.45, si suami mematikan komputer dan segera menuju kamar tidur untuk beristirahat. Sebelum tidur, si suami mencium kening si istri yang sudah terlelap sekali.
Pk 04.00, weker berbunyi, dan si istri segera bangkit dari ranjang dan mencium kening suaminya. Segera bersiap-siap menjalani rutinitasnya. Perbedaan profesi, perbedaan jam kerja, bukanlah masalah bagi mereka berdua. Sang istri sebagai seorang sekertaris harus beraktivitas sejak Pk 04.00 hingga Pk 20.00 di luar rumah. Sedangkan sang suami sebagai seorang penulis baru mulai bekerja Pk 21.30 hingga Pk 04.00 dini hari. Dan perbedaan menjadi warna indah bagi perjalanan keluarga ini.
No comments:
Post a Comment