"Pernahkah merasa sepi dan kosong, tidak lagi suara gemericik hujan yang seringkali menemani kelamnya malam?"
Saya pernah mengalaminya, bahkan saat ini sadar bahwa saya sedang mengalami. Kesepian tak berujung, bukan sekedar haus akan sebuah sentuhan atau cinta yang ludus, tetapi lebih dari itu, saya butuh sebuah oase untuk menemani perjalanan panjang ini. Saya melongok ke sekeliling, semua membawa karung hidupnya masing-masing, dan saya? Saya hanya menggenggam sebuah batu apung berwarna biru yang terus saya genggam setiap kali saya melangkah. Saya rindu sebuah oase. Yes, I need that oase.
Bolehkah saya jujur dalam tulisan ini? Saya yakin tidak ada yang benar-benar paham dan mengerti apa yang saya tulis, kecuali orang-orang yang pernah hadir dekat dalam benak dan hari-hari saya. Pertama, soal cinta, saya mulai lupa apa rasa cinta yang selama ini membangkitkan hormon endorfin, asli saya lupa. Saya galau, saya lelah untuk mencari tau apakah yang namanya cinta. Saya cinta ehmm. mungkin bukan cinta, tapi ada seorang bernama si Mr. Womanizer, yang selalu saya suka, tapi memang semuanya harus disudahi saja, tidak akan berhasil, dan ada seorang lelaki yang aneh, asli aneh, entah apa yang sebenarnya dia butuhkan. Saya terhempas dalam sebuah pilihan, untuk merasakan cinta yang aneh sekalipun atau memilih hal lain dan melanjutkan perjalanan yang lebih bermakna lagi, berikutnya.
Tahun 2010 sudah menjadi tahun perubahan, benar-benar perubahan yang sanggup membuat kulit lebih keriput beberapa persen, rambut rontok beratus helai, dan juga degup jantung membangkitkan gas dalam perut dan usus saya. Sesak nafas tak menentu.
Kegelapan itu pernah ada, tapi saya bertahan. Cahaya itu muncul, redup, lalu hilang tertiup angin, dan saya masih disini menahan rasa yang tidak pernah habis.
.....
shitt... saya tidak bisa menulis.
Seorang teman resign karena alasan sederhana : "saya tidak bisa menulis lagi"
Saya mengerti, sungguh mengerti.
Saya pun tidak bisa lagi menulis blog ini, dengan membawa perasaan dan emosi. Saya sudah terlewat logis dan lupa untuk menyebar rasa emosi dalam tulisan.
Saya pun memilih untuk diam sejenak..
maaf kawan... saya sedang rapuh.
No comments:
Post a Comment