Di malam ini.
Dia menangis.
Tepat di bahuku.
Ada sedikit rasa basah di bahuku.
Dia benar-benar menangis sepertinya.
Fairy tale?
Apa itu.
Aku tidak percaya
Tidak mau juga mencoba untuk percaya
Cerita dongeng murahan.
Tidak berisi!
Mungkinkah aku adalah pangerannya?
Dia bilang, dia ingin aku yang jadi pangerannya.
Dia lagi-lagi menangis.
Dia bilang, itu hanya mimpi saja
Aku tidak mungkin menjadi pangeran baginya.
Karena,
Aku sudah dimiliki oleh yang lain.
Tidak mungkin aku dimiliki oleh dia.
Pilihan ini menyesakkan.
Walau belum terlalu menyakitkan.
Dia masih menangis di bahuku.
Tak berani dia menatap mataku.
Aku mengalih juga.
Ke sisi lain di ujung sana.
Biar kurasakan saja isakan ini.
Sampai waktunya tiba,
Aku dan dia akan berdiri kaku.
Di persinggahan sempit dan sendu ini.
Sambil melepas genggaman yang beku.
Semuanya pun berakhir.
Fairy tale terlalu indah?
Yup, I think so.
Dia bukan lagi tokoh di fairy tale versiku
Aku juga tidak jadi menjemputnya
Seperti pangeran menjemput Cinderella
Inilah kehidupan yang sesungguhnya.
Fairy tale yang mulai basi.
Seperti lelucon garing yang tidak greget.
Tapi kerinduan akan selalu hadir.
Semoga fairy tale benar-benar terjadi.
No comments:
Post a Comment