Wednesday, May 31, 2006

Againn....Serendipity

Oow, I couldn’t deny anymore. Yes I fall my heart to him, a guy with his nice looking, nice way to treat me, nice smile to see, nice care to receive.
Ya ya ya….sayang sekali kita berbeda.
Ada perbedaan yang susah ditepis, jalan tengah pun tidak akan bisa ketemu lah yao….
Ya wis….sudah saatnya berhenti dari semua ini, sebelum terjerembab lebih dalam lagi, dan yang terpenting, sebelum terjerat lebih perih lagi karena guratan-guratan kekecewaan dan kesedihan.
Gue nggak tau yah tapi most of my words selalu menyerempet pada kesedihan dan kekecewaan, apakah ini berarti gue sering kecewa dan sedih, I never know…eh I know deh….cause it`s talking about myself and talking about what I need and what I supposed to be.
Seneng banget melihat senyuman dia dari kejauhan. Seneng banget setiap kali serendipity dengan dia, bertemu tanpa direncanakan, and it happens many times. Seneng banget kalo bisa bersama dia dan bertatap muka langsung.

What I want sometimes is what I don’t want.

Cuma lagi bingung aja…
Gelisah…
Belum sampai resah…
Pelan-pelan semuanya lebih baik dan lebih rapih tentunya.
Langkah yang tadinya belum pasti, kini lebih pasti, lebih teratur..
Kuingin melihat sisi di ujung sana, tapi kuputuskan untuk urungkan niat ini…
Perlukah melakukan sesuatu yang sia-sia dan tidak bermanfaat?
Pernah kutanya seorang sahabat apakah perla aku merubah dunia ini…
Merubah dunia sesuai keinginanku, aku ingin dunia yang lebih baik…
Aku rindu kedamaian…
Jawabnya padaku…
Kedamaian hanya ada di satu tempat paling aman tidak terusik oleh siapapun.
Hah?
Kedamaian ada di hati diri sendiri, di hati terdalam setiap orang.
Buat apa sibuk berlari-lari untuk terus merubah dunia untuk bisa merasa damai.
Dengan hitungan sedetik, kedamaian itu bisa segera muncul, sayang.
Hm….
Masuk di akal. Dan bisa diterima.
Siapa lagi yang rindu kedamaian?
Mungkin jauh di kedalaman hatinya, dia masih merasa kacau dengan perasaan jiwanya sendiri.
Sulit diterima kadang ketika harus mengakui bahwa sumber ketidakdamaian justru tidak jauh-jauh dari luar diri kita sendiri.
Semuanya ada di dalam diri ini.
Di dalam perasaan yang bisa paling jujur dan tidak perlu dirangkai-rangkai dengan rentetan skenario elegan.
Kedamaian hati akan selalu menenangkan jiwa dan membuat dunia menjadi lebih menyenangkan untuk dirasakan.
Bukan hanya dikeluhkan dan disalahkan.
Tidak selalu dunia luar sana yang salah.
Kemungkinan terbesar, dunia diri kita sendiri yang patut untuk dipersalahk
an.

Tuesday, May 30, 2006

Cantikkah Saya?

Pernahkah merasa menjadi seorang wanita yang cantik dan berharga? Saya sering merasakan itu. Seperti kejadian yang baru saja saya alami. Sebelum bercerita detail mengenai kejadian tadi, saya akan cerita dulu hal-hal lain yang menyenangkan yang pernah terjadi dalam hidup saya.
Bisa dibilang, kisah perjalanan hidup saya selama hampir seperempat abad ini dikelilingi oleh cerita indah dan manis dengan laki-laki yang berbeda-beda. Dari kisah-kisah manis yang pernah saya alami, saya menyadari bahwa wanita memang sangat membutuhkan pria, begitu juga sebaliknya.

Inspirasi ini berawal ketika tadi siang sesudah jam makan siang, salah satu kawan saya di tempat kerja yang sangat sering bilang saya cantik. Tadinya saya selalu mengelak dan bilang betapa gombalnya dia, betapa indahnya kata-katanya. Setelah 6 bulan berlalu, saya kira dia tidak main-main dengan kata-katanya, dan dia masih tetap sering bilang saya cantik. How sweet. Ini kali pertama saya menemukan lelaki seperti dia, yup, dia seorang lelaki yang bertubuh tinggi, agak kurus, rahangnya kuat, tatapannya menusuk, senyumannya dingin, tetapi warna suara dengan logat Jawanya menenangkan siapa saja yang mendengarnya. Pernah saya baca di salah satu artikel, easy come easy go, dan sesuatu yang dilakukan terlalu berlebihan dan tidak wajar, biasanya tidak bertahan lama. Tapi, saya kok merasa tidak juga yah, caranya menatap saya dan menunjukkan rasa sayangnya sangat indah dan menyejukkan. Hari ini sungguh berharga karena detik itu juga self esteem saya meningkat dan wajah saya langsung sumringah. Well, i really apréciate what he did to me.

Tadi saya sedang serius membaca sebuah buku kisah hidup Sarah Ferguson yang telah bercerai dengan suaminya, Pangeran Andrew, dan tiba-tiba dari belakang seperti ada bayangan. Ada seseorang menyentuh rambut saya, dan dia bilang “…cantik…”. Dueng…..saat itu juga, saya hanya terperangah, apa iya yah kata-katanya bisa dipercaya. Saya merasa cantik dan menarik, tetapi saya tidak terbiasa dengan pujian. Sejak kecil sampai sekarang, saya dibiasakan untuk tidak pongah, dan itu membuat sebuah pujian pun dianggap sebagai selingan saja. Setiap ada pujian menghampiri diri saya, mama langsung mengingatkan saya untuk tidak terlalu menganggap serius pujian itu. “Ingat, pujian itu hanya membuat kamu melayang-layang dan lupa diri”. Hari ini saya mencoba untuk meresapi pengalaman berharga tadi, menerima pujian dari seseorang yang tadinya asing dan tak dikenal. Tapi dialah orang yang paling sering memuji saya cantik, selama fase hidup ini.

Seperti yang tadi saya bilang, hidup saya yang dipenuhi dengan kisah manis dengan bermacam-macam lelaki, mulai dari papa, kakek, kakak laki-laki, sahabat, sampai dengan musuh kebuyutan saya. Lelaki adalah sumber inspirasi dan kreativitas saya. Jika seorang seniman lelaki bisa bilang kalau wanita adalah sumber inspirasi mereka, saya berani bilang kalau lelakilah sumber gairah hidup dan semangat saya. Dengan mengenali lelaki, menelusuri jalan pikiran lelaki, saya merasa bahagia dan menemukan ada misteri indah yang akan saya coba temukan. Apakah rahasia dari lelaki itu. Ari Lasso pernah menulis lagu berjudul “Rahasia Perempuan”, dan saya sebagai seorang perempuan justru merasakan sebaliknya, seandainya saja ada lagu dan buku-buku yang membahas rahasia lelaki, tentu akan sangat bermanfaat sekali.

Mulai dari hubungan saya dengan kakak laki-laki yang bersifat cukup keras, tetapi bisa menangis ketika melihat saya menangis. Papa yang super cuek dan dingin, tetapi membanggakan diri saya di depan orang-orang dan teman-temannya. Kakek yang keras dan masih membawa budaya asli daratan Cina nun jauh disana, kata-kata yang saklek tidak bersahabat, kental dengan kedisiplinan yang sulit diterima orang banyak, tetapi kakek sangat penyayang dan he knows how to treat his granddaughter very well. Sahabat akrab sekaligus konselor jangka panjang saya yang saya kenal semasa kuliah di fakultas Psikologi dulu, kini dia memilih untuk menjadi relawan di Aceh, mencoba untuk membagikan kasih sayangnya kepada orang-orang disana yang membutuhkan kelembutan dan ketulusan sayangnya. Yang terakhir tetapi juga akan menjadi kisah terpanjang adalah para lelaki yang pernah menjadi gebetan dan pernah meruntuhkan benteng kesendirian saya, pernah membuat hormon kewanitaan saya bergejolak tidak menentu, membuat saya susah tidur, membuat saya tidak berdaya dengan ketidakpastian perasaan, dan membuat saya yakin bahwa hubungan pria dan wanita memang indah dan menghidupkan.

Saya pernah jatuh cinta berkali-kali, bisa dibilang saya merasakan apa yang disebut jatuh bangun cinta, perasaan yang berkecamuk, dari rasa tertarik, rasa suka, rasa sayang, rasa egois ingin memiliki, rasa penuh nafsu, rasa kecewa, rasa benci, rasa dendam, rasa tidak berdaya, dan rasa putus asa. Semua itu saya alami karena mengenal lelaki dan menyimpan kisahnya dalam hati dan pikiran ini dalam jangka waktu yang khusus. Lelaki pertama saya adalah teman SMA saya dan selama 4 tahun lebih saya mencurahkan perasaan hanya untuk dia. Lelaki jenis lain pernah saya kenal juga dan bukan sekedar berteman saja, tetapi lebih dari itu. Mulai dari lelaki yang kurus jangkung dengan logat bicara yang khas, lelaki yang lebih muda 3 tahun dari saya, lelaki yang ternyata suka memukul mantan pacarnya ketika sedang marah, lelaki yang berbeda agama dengan saya, lelaki yang secara fisik lebih pendek dari saya, lelaki yang tadinya adalah sahabat terbaik saya tetapi saya pun jatuh hati padanya, lelaki yang 8 tahun lebih tua dari saya dan punya posisi bagus di sebuah perusahaan besar tetapi tidak pernah berhenti membahas mantan kekasihnya yang memutuskan dirinya menjelang hari H pernikahannya, dan yang terakhir adalah lelaki yang tinggal tepat di sebelah rumah saya dan kami adalah teman main ketika kanak-kanak dulu dan setiap malam kami bercengkrama di atas tempat jemuran dan bertatapan di bawah siraman sinar bintang yang terang.

Masih banyak kisah dengan lelaki yang pernah terjadi, tetapi tidak semuanya bisa membuat saya tersenyum dan marah, ada yang sambil lalu saja dan tetap saya simpan. Semua kisah ini tidak perlu disesali, walaupun tidak jadipun, tetapi ada makna di balik semua ini, dan saya lebih menghargai laki-laki. Jika lelaki seharusnya bisa lebih menghargai wanita ketika melihat proses melahirkan, saya sepertinya bisa lebih menghargai laki-laki yang bisa membuat saya merasa berharga, entah karena kata-kata yang diberikan untuk saya atau curahan perhatian yang pernah diberikan kepada saya. Walaupun tidak harus jadi sebagai pasangan yang resmi, saya sudah amat sangat puas dengan apa yang saya miliki. Pengalaman berharga yang tersimpan indah di dalam sebuah box kumpulan kisah-kisah cinta di masa muda saya. Ups. Sekarang saya belum merasa tua, tetapi sudah pernah terjadi banyak hal dalam hidup saya. Terima kasih, hai semua lelaki yang pernah saya kenal.