Thursday, November 24, 2005

Panic Attack..

suddenly..
I`m feeling so bad...and down...
I swear to the moon and sun...
Gue bete banget...
gelisah...
down...
sedih...
dan...
seperti ada batu di dada ini :)

Thursday, November 17, 2005

TTM? Time to Quit I think

Nice Chat with some cute guys these days...
TTM itu ya TTM, jangan meminta lebih huhuhuhuh...ok..
Then...just open your heart when love wants to enter you...don`t close it kyaaaa....:) hot kick for me ck ck ck ....

Tuesday, November 15, 2005

sweet song

wo shen me dou mei you...(gue ga punya apa - apa buat lo)
zhi shi you yi dian chao ... (hanya saja gue sedikit bawel)
ru guo ni hen ji mo... (ketika elo merasa kesepian)
wo dai gei ni re nao... (gue akan berikan keceriaan buat lo)

so sweet....
nggak selalu materi yang bisa memberikan kebahagiaan

Monday, November 14, 2005

Look what I`ve done

Learn From Mistakes...
Yup...I`ve did mistakes for the many times...and I just smiled to this world ...
Oh man....what have I done...Look what I`ve done...
That`s ok...someone said to me..
You can learn from your mistakes...
But It`s so embarassing...
Yup...but you can get something from that....right?
I still can`t get what he meant...
It`s not fair when I always did mistakes but nobody can tell me what i should do...
This is life....sometimes we have to learn to accept...and learn to think positively...there must be many blessing behind all this disaster..
Life must be fair when I believe in life justice that there`s a law of justice on this earth.

I saw him ... he sent me a smile message...I`m happy...very very happy..
But I have to lose this chance...He`s not for me...
Time to quit?!
or
Time to play the game?!

Sunday, November 06, 2005

.... Kosong Tak Berujung .....

“Sudahlah, anggap saja gue sudah mati dan nggak ada di bumi ini!”
Pria setengah baya, dengan kulit sedikit keeling itu sekejap menghilang dari ruangan itu dan membawa lengkap semua koper berisi pakaiannya. Lemari pakaian itu kosong sudah.
Si istri terdiam sejenak menatap ke arah jalan, tatapan yang kosong, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Di sekelilingnya, terlihat pecahan kaca, sedikit lumuran darah, sisa pertengkaran beberapa menit yang lalu. Sejak dulu, semua hal ini sudah sering terjadi. Seperti bom waktu saja, hari inilah hari jadi meledaknya kekesalan itu.

Si istri masih menatap kosong, melihat selembar foto kusam yang sudah sedikit robek, menitikkan air mata. Matanya yang sendu seolah tak berdaya lagi untuk melihat keindahan yang tersisa dari foto itu. Masih teringat dalam benaknya, ketika si suami berlari-lari mengejar dirinya, menarik lalu menggenggam erat tangannya. Mereka pernah bahagia. Itu dulu. Kini semuanya sudah berubah. Si suami pergi entah kemana, merudung pada kekecewaan, kecewa karena harapan tidak bisa terwujud. Harapan yang pernah dijaring dalam sebuah mahligai indah di rumah mungil yang remang-remang tempat mereka 20an tahun tinggal bersama.

Tidak ada yang bisa menjawab kemana perginya si suami. Si istri hanya bisa bertahan dengan luka perih yang disisakan. Bukan bongkahan emas berlian untuk bertahan hidup, tetapi hanya cercahan pedih yang menggorehkan irisan pahit dalam batin si istri. Marah, caci maki, bukan lagi jawaban dari kepedihan itu. Si istri tidak ingin memilih untuk lepas dari semua ini. Si istri hanya yakin, lebih baik ia bertahan saja sampai ajal nanti menghampiri dan sampai luka-luka itu membusuk dan mematikan dengan sendirinya.

Cinta Yang Tak Berlogika

“aduh….susah yah hidup itu…”
“nggak kok, hidup itu gampang…”
“iya iya deh…”
“kenapa sih harus menganggap hidup itu susah…”
“Yah…sejak ngalamin ini semua…saya jadi sering mikir…kenapa yah orang bisa berubah secepat itu…’
“Bukankah itu hal yang wajar…perubahan setiap detik bisa terjadi…”
“Iya…”

Dia, masih terus mengingat masa lalunya. Masa lalu kelam yang sepertinya terus mengusik batin dan pikirannya. Masa lalu yang membuatnya sedih dan ingin menangis jika boleh. Jika air mata tidak bisa habis, ingin rasanya dia terus menangis dan meluapkan semua kekecewaan itu.

“Alo Mir….masih tidur yah…”
“Iya..he eh baru bangun nih…”
“Hehehehe…pantesan aja dari tadi ditelpon nggak diangkat…”
“Eh…barusan manggilnya “Mir” loh…”
“Oh iya yah…aduh sory…”
“Nah…siapa itu “Mir”…”

Seharusnya aku marah, benci, atau mungkin ilfil. Dia salah sebut namaku. Tapi aku masih bisa berpikir yang lain. Aku berpikir, dia sedang khilaf saja dan itu bukan kesengajaan, mungkin dia belum bisa lupa dengan masa lalu dan kenangannya yang dulu. Mungkin saja dia butuh waktu lebih lama lagi untuk bisa lepas dari semua ini.

“Apa sih yang elu mau…, gue bener-bener nggak mengerti…”, Rob, salah satu pria yang pernah mengisi ruang hatiku 5 tahun lamanya, sudah jengah dengan permainan bodohku ini. Aku tidak mengerti apakah rasa sayang harus terbatasi oleh logika dan pandangan benar dan salah. Rob bilang dia tidak ingin aku menyakiti diriku sendiri terus-menerus dengan permainan melelahkan seperti ini. Sejak Rob tahu aku sedang terjerat dengan kisah asmara bersama seorang pria yang menjadikan aku sebagai pelarian untuk bisa lupa dengan mantannya, Rob kesal setengah ampun dan menjadi sering kirim sms ke aku. Rob terus menanyakan perkembangan diriku, mungkin tepatnya, Rob ingin tahu apakah aku masih bertahan dengan permainan cinta ini.

Rob, jika aku boleh memilih, apa yang aku mau, sejujurnya, aku mau kamu….Sayangnya, itu tinggal impian saja toh. Aku memilih jalan ini, aku tahu aku salah, aku tahu aku hanya dijadikan pelampiasan, aku juga tahu aku hanya sedang membuang waktu dan energi saja. Aku juga sadar, aku tidak seharusnya terlibat dalam percintaan tidak menguntungkan seperti ini. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi pada diriku, aku sendiri tidak mengerti. Yang pasti, aku merasa nyaman dengan permainan ini. Aku mendapatkan apa yang aku butuhkan walaupun akan terkesan bodoh dan tidak masuk diakal, tapi ini memang sungguh terjadi pada diriku.